Sabtu, 30 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Ekonomi Israel 'Ngeblur' Imbas Perang Kontra Iran, Militernya Kuras Nyaris Rp 24 T dalam 48 Jam

Biaya yang dikeluarkan militer Israel, mencakup operasi ofensif dan tindakan defensif.

|
Editor: Willem Jonata
Kolase X @SuppressedNws
RUDAL GEMPUR ISRAEL - Korban serangan rudal Iran ke Israel pagi hari atau siang bolong waktu Indonesia, rudal lolos cegatan Iron Dome 

TRIBUNNEWS.COM - Berkonflik dengan Iran dalam beberapa hari terakhir, menguras sumber daya Israel.

Biaya harian militer negara tersebut membengkak nyaris enam kali lipat dari tahun lalu, saat mereka berupaya menghancurkan Hamas sekaligus genosida terhadap warga Gaza, Palestina.

Sejak hari pertama militer Israel melancarkan serangan udara ke Teheran mencapai 725 juta dolar AS atau setara hampir Rp 12 triliun.

"Biaya tersebut mencakup operasi ofensif dan tindakan defensif," ungkap Re'em Aminach, mantan penasihat keuangan Kepala Staf IDF, seperti dilaporkan Ynet.

Baca juga: Rudal Iran Meledak Dekat Kedubes Lithuania di Tel Aviv, Kementerian Luar Negeri: Tidak Ada Kerusakan

Lanjut dia, dalam 48 jam operasi militer Israel di Iran mengalami lonjakan menjadi 1,45 miliar dolar AS.

Biaya ofensif, menurut rinciannya, termasuk serangan awal Israel terhadap Iran, mencakup jam terbang pesawat dan amunisi yang menghabiskan biaya 593 juta dolar AS.

Sisanya dihabiskan untuk biaya pertahanan seperti sistem intersepsi rudal dan mobilisasi pasukan cadangan.

Menurut Ynet, Perkiraan perhitungannya tidak termasuk kerusakan pada properti sipil dan dampak ekonomi yang lebih luas.

Tekanan keuangan ini telah mendorong revisi ke bawah terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi Israel untuk tahun 2025.

Ekonomi Israel hadapi masa depan tidak pasti

Itai Ater, seorang profesor ekonomi di Sekolah Manajemen Coller, Universitas Tel Aviv, mengatakan perang itu "sangat mahal" saat ini, dan ada "ketidakpastian besar tentang masa depan jangka pendek dan jangka panjang."

"Biaya militer baik di garis depan ofensif maupun defensif sangat tinggi. Ini pasti akan berdampak pada anggaran, defisit, PDB, dan utang Israel," kata Ater kepada DW.

Ditambah lagi, dalam 20 bulan terakhir, banyak warga Israel telah menghabiskan ratusan hari dalam tugas cadangan. 

Selebihnya telah dievakuasi dari rumah mereka di dekat wilayah perbatasan, sehingga memicu gangguan besar dalam kehidupan mereka.

Di saat yang sama layanan sosial sedang tertekan.

"Sejak serangan Jumat lalu, banyak orang tidak bekerja, termasuk di bidang manufaktur, perdagangan, teknologi, dan sistem pendidikan," kata Ater.

Penerbangan komersial masuk dan keluar negara itu saat ini juga ditangguhkan.

Maskapai penerbangan telah mengevakuasi jet mereka dan wilayah udara di sebagian besar Timur Tengah ditutup.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan