Konflik Iran Vs Israel
Ekonomi Israel 'Ngeblur' Imbas Perang Kontra Iran, Militernya Kuras Nyaris Rp 24 T dalam 48 Jam
Biaya yang dikeluarkan militer Israel, mencakup operasi ofensif dan tindakan defensif.
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Berkonflik dengan Iran dalam beberapa hari terakhir, menguras sumber daya Israel.
Biaya harian militer negara tersebut membengkak nyaris enam kali lipat dari tahun lalu, saat mereka berupaya menghancurkan Hamas sekaligus genosida terhadap warga Gaza, Palestina.
Sejak hari pertama militer Israel melancarkan serangan udara ke Teheran mencapai 725 juta dolar AS atau setara hampir Rp 12 triliun.
"Biaya tersebut mencakup operasi ofensif dan tindakan defensif," ungkap Re'em Aminach, mantan penasihat keuangan Kepala Staf IDF, seperti dilaporkan Ynet.
Baca juga: Rudal Iran Meledak Dekat Kedubes Lithuania di Tel Aviv, Kementerian Luar Negeri: Tidak Ada Kerusakan
Lanjut dia, dalam 48 jam operasi militer Israel di Iran mengalami lonjakan menjadi 1,45 miliar dolar AS.
Biaya ofensif, menurut rinciannya, termasuk serangan awal Israel terhadap Iran, mencakup jam terbang pesawat dan amunisi yang menghabiskan biaya 593 juta dolar AS.
Sisanya dihabiskan untuk biaya pertahanan seperti sistem intersepsi rudal dan mobilisasi pasukan cadangan.
Menurut Ynet, Perkiraan perhitungannya tidak termasuk kerusakan pada properti sipil dan dampak ekonomi yang lebih luas.
Tekanan keuangan ini telah mendorong revisi ke bawah terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi Israel untuk tahun 2025.
Ekonomi Israel hadapi masa depan tidak pasti
Itai Ater, seorang profesor ekonomi di Sekolah Manajemen Coller, Universitas Tel Aviv, mengatakan perang itu "sangat mahal" saat ini, dan ada "ketidakpastian besar tentang masa depan jangka pendek dan jangka panjang."
"Biaya militer baik di garis depan ofensif maupun defensif sangat tinggi. Ini pasti akan berdampak pada anggaran, defisit, PDB, dan utang Israel," kata Ater kepada DW.
Ditambah lagi, dalam 20 bulan terakhir, banyak warga Israel telah menghabiskan ratusan hari dalam tugas cadangan.
Selebihnya telah dievakuasi dari rumah mereka di dekat wilayah perbatasan, sehingga memicu gangguan besar dalam kehidupan mereka.
Di saat yang sama layanan sosial sedang tertekan.
"Sejak serangan Jumat lalu, banyak orang tidak bekerja, termasuk di bidang manufaktur, perdagangan, teknologi, dan sistem pendidikan," kata Ater.
Penerbangan komersial masuk dan keluar negara itu saat ini juga ditangguhkan.
Maskapai penerbangan telah mengevakuasi jet mereka dan wilayah udara di sebagian besar Timur Tengah ditutup.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.