Rabu, 27 Agustus 2025

Ada Andil AS dalam Sejarah Nuklir Iran: Dulu Dibenci Ayatollah, Kini Kekuatan yang Buat Israel Parno

Sebelum jadi ancaman strategis dan titik fokus konfrontasi bagi Israel, nuklir Iran sebetulnya lahir dari aliansi dengan AS dan negara barat lain.

Editor: Willem Jonata
JPost
Iran diam-diam makin mengintensifkan pengembangan dan uji coba program senjata nuklir menjelang serangan militer yang akan dilancarkannya ke Israel. 

"Atom adalah hasil karya iblis," kata Khomeini, sesaat sebelum berkuasa, seperti dikutip dari Ynet News.

Sementara, dalam artikel terbarunya untuk Foreign Policy berjudul "When the Ayatollah Said No to Nukes", Gareth Porter, penulis buku Manufactured Crisis: The Untold Story of the Iran Nuclear Scare (Just World Book, 2014), menegaskan sikap Khomeini berkait senjata nuklir.

Khomeini menentang pengembangan senjata tersebut. Bahkan ditegaskannya bahwa produksi senjata semacam itu haram.

Tak pelak, program bom Iran, yang dianggap sebagai ambisi nuklir Shah, dihentikan atas perintah Khomeini. 

Prancis dan Jerman tidak menekan Iran untuk melanjutkan proyek tersebut.

Sedangkan, AS menekan pemerintahnya agar tidak bekerja sama dengan fundamentalis Muslim yang merebut kekuasaan di Iran.

Situasi berubah

Artikel lengkap oleh Ron Ben-Yishai, yang diterbitkan November 1991 di Yedioth Ahronoth tentang sejarah program nuklir Iran, menyebut situasi berubah pada tahun 1985.

Edisi internasional surat kabar Iran Kayhan di bulan November tahun 1985, menerbitkan iklan yang menyerukan para ilmuwan nuklir Iran di luar negeri untuk kembali ke Iran dan berpartisipasi dalam konferensi ilmiah tentang nuklir.

Konferensi tersebut dijadwalkan berlangsung di Bushehr pada bulan Maret 1986.

Rupanya, Irak memantau pengumuman tersebut.

Presiden Irak Saddam Hussein memerintahkan angkatan bersenjatanya menyerang reaktor Bushehr beberapa kali.

Kala itu reaktor Bushehr sedang tahap pembangunan.

Ahli yang diundang pemerintah Iran untuk menilai kerusakan reaktor tidak lain adalah Dr. Abd al-Qadeer Khan, otoritas nuklir tertinggi Pakistan yang dikenal sebagai "bapak bom Pakistan."

Situasi tersebut membuat juru bicara parlemen Iran saat itu, yakni Akbar Hashemi Rafsanjani, berusaha mempengaruhi Khomeini agar menghentikan penentangannya terhadap program senjata nuklir, untuk mengimbangi kekuatan militer Irak yang tidak konvensional.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan