Rabu, 27 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Trump Ngamuk setelah Disebut Plin Plan oleh Iran, Ngambek Tak Mau Bernegosiasi Lagi dengan Teheran

Presiden AS, Donald Trump ngamuk setelah disebut plin plan oleh Iran. Kini, Trump ngambek tak mau bernegosiasi lagi dengan Iran.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
Facebook The White House
DONALD TRUMP NGAMUK - Foto ini diambil pada Senin (21/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani perintah ekonomi independen pada 3 April 2025. Trump ngamuk setelah disebut plin plan oleh Iran dan tak mau lagi bernegosiasi dengan Teheran. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump marah setelah Iran menyebutnya plin plan dalam pemberian sanksi terhadap Teheran.

Iran mengkritik perubahan sikap Donald Trump mengenai apakah ia akan mencabut sanksi ekonomi terhadap Teheran atau tidak.

Bahkan, Iran menyebut Donald Trump tengah melakukan "permainan" yang tidak ditujukan untuk menyelesaikan masalah antara kedua negara.

"(Pernyataan Trump) ini seharusnya lebih dilihat dalam konteks permainan psikologis dan media daripada sebagai ekspresi serius yang mendukung dialog atau penyelesaian masalah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, Senin (30/6/2025), dikutip dari Reuters.

Menanggapi pernyataan Iran, Trump mengatakan bahwa dirinya tidak akan mengadakan diskusi dengan para pemimpin di Teheran.

Terkesan seperti "ngambek", Trump bahkan tidak akan menawarkan apa pun kepada Iran.

"Saya tidak menawarkan APA PUN kepada Iran, tidak seperti Obama, yang membayar mereka Miliaran dolar dengan 'jalan menuju senjata nuklir JCPOA' yang bodoh (yang sekarang sudah kedaluwarsa!), saya juga tidak berbicara kepada mereka karena kita benar-benar MENGHANCURKAN Fasilitas Nuklir mereka." tulis Trump melalui Truth Social, dikutip dari The Times of Israel.

Trump pada Jumat (27/6/2025) sempat menepis laporan media yang mengatakan pemerintahannya telah membahas kemungkinan membantu Iran mengakses sebanyak $30 miliar untuk membangun program nuklir penghasil energi sipil.

Sementara itu, Prancis, Jerman dan Inggris mengutuk "ancaman" terhadap kepala pengawas nuklir PBB setelah Iran menolak permintaannya untuk mengunjungi fasilitas nuklir yang dibom oleh Israel dan Amerika Serikat.

Teheran menuduh Rafael Grossi, kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), melakukan "pengkhianatan terhadap tugasnya".

Tuduhan itu muncul karena Grossi dianggap tidak mengutuk serangan Israel dan AS terhadap situs nuklir Iran.

Baca juga: Trump Tak Akan Perpanjang Deadline Negosiasi Tarif yang Berakhir 9 Juli Mendatang

Bahkan anggota parlemen Iran minggu ini memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan badan tersebut.

"Prancis, Jerman, dan Inggris mengutuk ancaman terhadap direktur jenderal IAEA Rafael Grossi dan menegaskan kembali dukungan penuh kami kepada badan tersebut," kata menteri luar negeri Jean-Noel Barrot, Johann Wadephul, dan David Lammy dalam pernyataan bersama.

"Kami menghimbau otoritas Iran untuk menahan diri dari langkah apa pun untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA," imbuh mereka.

Pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan di X bahwa desakan Grossi untuk mengunjungi lokasi yang dibom adalah "tidak ada artinya dan bahkan mungkin bermaksud jahat".

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan