Jumat, 12 September 2025

Apa Itu Sanseito, Partai 'Anti-Asing' yang Melejit di Pemilu Jepang, Potensi WNI Bakal Diusir?

Deretan kasus WNI di Jepang dalam beberapa waktu terakhir secara tak langsung memompa elektabilitas Sanseito di Jepang.

Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
Kolase Tangkap layar Youtube NicoNico News dan Instagram @localpridegarage
SANSEITO KASUS WNI - Tangkap layar kolase perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) membentangkan spanduk di Jepang serta konferensi pers pimpinan Partai Sanseito, Sohei Kamiya usai Pemilu Parlemen Majelis Tinggi digelar Senin (21/7/2025). Partai yang dipimpin Sohei Kamiya ini mencatat terobosan besar dengan 14 kursi baru (total 15 kursi ) dan 12,6% suara nasional (naik 9,3 poin persentase).  seiring dengan meningkatnya sentimen negatif terhadap imigran asing termasuk WNI 

Partai ini didirikan oleh kelompok aktivis sayap kanan yang memanfaatkan ketakutan masyarakat akan ancaman imigrasi, globalisasi, dan hilangnya budaya Jepang.

Ideologi mereka berfokus pada slogan “Japanese First”, menolak imigrasi, memperketat kontrol perbatasan, serta melindungi tradisi Shinto-Buddhis dari pengaruh asing.

Selain itu, mereka mengkritik kebijakan multikulturalisme yang dianggap “menjajah” nilai-nilai lokal.

Basis Pendukung Sanseito

Popularitas Sanseito yang melejit pada pemilu 2025 sendiri menunjukkan keberhasilan mereka mendulang suara di kalangan pemilih muda di Jepang yang frustrasi dengan pengangguran dan ketidakpastian ekonomi.

Berbeda dari partai tradisional di Jepang, Sanseito lebih mudah merangkul pemilih muda karena mereka memprioritaskan media sosial, terutama YouTube, untuk menyebarkan narasi emosional tentang ancaman imigrasi ilegal, kejahatan, dan kehilangan identitas budaya.

Kesuksesan Sanseito di media sosial juga bisa dilihat dari saluran YouTube resmi mereka memiliki 400.000 pengikut.

Dikutip dari socialcounts.org, angka tersebut jauh lebih banyak daripada yang dimiliki partai lain di platform tersebut bahkan mendekati tiga kali lipat jumlah pengikut Partai Demokratik Liberal (LDP) yang menguasai parlemen dalam 70 tahun terakhir

Partai Sanseito juga menolak investasi asing di sektor strategis seperti teknologi dan infrastruktur, serta mendukung subsidi lokal untuk memperkuat ekonomi domestik.

Dikutip dari Kyodo News, Lokasi basis dukungan Sanseito sendiri terpusat di daerah perkotaan dan pinggiran Tokyo, Osaka, dan Fukuoka.

Namun, pengaruhnya menyebar secara nasional melalui kampanye populis yang menawarkan solusi radikal untuk masalah kompleks, seperti penutupan perbatasan sepenuhnya dan pembangunan tembok di Selat Tsushima untuk mencegah migrasi dari Korea.

Sentimen "Anti-Asing" 

Partai Sanseito juga dikenal dengan sentimen "anti-asing" karena mereka menolak program pertukaran budaya dengan negara asing dan mengkritik kebijakan pariwisata massal yang dianggap merusak lingkungan.

Kenaikan Sanseito juga dipicu oleh kekhawatiran publik terhadap ancaman imigrasi yang dianggap merusak lapangan kerja, keamanan, dan budaya Jepang

Pandemi memperparah ketakutan akan kontak dengan “asing”, baik dalam bentuk virus maupun pengaruh luar.

Selain mendulang suara dari warga yang mulai cenderung berporos "Anti-Asing", Sanseito juga menarik simpati generasi muda yang merasa tertinggal oleh globalisasi.

Mereka melihat Sanseito sebagai alternatif yang menawarkan kebijakan proteksionis dan nasionalisme.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan