Kamis, 11 September 2025

Apa Itu Sanseito, Partai 'Anti-Asing' yang Melejit di Pemilu Jepang, Potensi WNI Bakal Diusir?

Deretan kasus WNI di Jepang dalam beberapa waktu terakhir secara tak langsung memompa elektabilitas Sanseito di Jepang.

Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
Kolase Tangkap layar Youtube NicoNico News dan Instagram @localpridegarage
SANSEITO KASUS WNI - Tangkap layar kolase perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) membentangkan spanduk di Jepang serta konferensi pers pimpinan Partai Sanseito, Sohei Kamiya usai Pemilu Parlemen Majelis Tinggi digelar Senin (21/7/2025). Partai yang dipimpin Sohei Kamiya ini mencatat terobosan besar dengan 14 kursi baru (total 15 kursi ) dan 12,6% suara nasional (naik 9,3 poin persentase).  seiring dengan meningkatnya sentimen negatif terhadap imigran asing termasuk WNI 

Partai ini juga memanfaatkan retorika sederhana untuk menjangkau pemilih yang skeptis terhadap partai tradisional. 

Mereka menolak keanggotaan Jepang di organisasi internasional seperti WTO dan IMF, serta menyerukan peningkatan anggaran pertahanan untuk melindungi wilayah dari klaim asing. 

Deretan Kasus WNI di Jepang Ikut Kuatkan Sanseito

Deretan kasus yang melibatkan imigran asing di Jepang dalam beberapa waktu terakhir juga terus memompa elektabilitas Sanseito pada pemilu di Jepang.

Sentimen negatif ini juga diperparah dengan banyaknya aktivitas imigran asing yang dinilai meresahkan bagi warga Jepang belakangan ini.

Beberapa di antaranya bahkan melibatkan para pekerja asal Indonesia yang bekerja di Jepang.

Sepanjang tahun 2025 ini, sejumlah WNI beberapa kali berbuat onar seperti insiden perampokan yang terjadi di Hokota, Prefektur Ibaraki.

Di perisitiwa yang terjadi pada Januari 2025 lalu tersebut, kepolisian meringkus tersangka yang merupakan tiga WNI setelah lima bulan menjlankan investigasi.

Dikutip dari BBC, Korban yang menjadi sasaran perampokan 3 WNI tersebut merupakan warga lokal Hokota.

Ini kali kedua dalam waktu yang berjarak tidak terlalu lama berita warga Indonesia "bertingkah" di Jepang muncul ke permukaan. 

Publik Jepang sebelumnya juga dibuat resah dengan viralnya video pemasangan bendera perguruan silat  PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) di wilayah Osaka.

Pemasangan bendera PSHT di salah satu jembatan di Osaka tersebut menjadi viral di Jepang karena dianggap oleh sebagian masyarakat Jepang sebagai simbol "penetrasi budaya asing" yang tidak diinginkan.

Selain itu, PSHT juga disebut warganet di Jepang meresahkan karena melakukan pelatihan bela diri di fasilitas publik tanpa adanya izin dengan pihak berwajib.

PSHT MINTA MAAF - Perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Jepang meminta maaf setelah viralnya video ketika anggotanya membentangkan spanduk di Negara Matahari Terbit tersebut. Adapun kegiatan yang terekam dalam video tersebut terjadi pada tiga tahun lalu. Adapun permintaan maaf ini diketahui lewat rilis pers di laman KBRI Tokyo pada Kamis (27/6/2025).
PSHT MINTA MAAF - Perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Jepang meminta maaf setelah viralnya video ketika anggotanya membentangkan spanduk di Negara Matahari Terbit tersebut. Adapun kegiatan yang terekam dalam video tersebut terjadi pada tiga tahun lalu. Adapun permintaan maaf ini diketahui lewat rilis pers di laman KBRI Tokyo pada Kamis (27/6/2025). (Tangkapan layar dari akun Instagram @localpridegarage)

Meskipun tidak ada pelanggaran hukum, kehadiran PSHT sebagai simbol penetrasi warga asing di ruang publik Jepang ini memicu diskusi panas di media sosial.

Selain melakukan tindakan meresahkan warga, WNI juga terseret dalam poros "anti-asing" karena kelalaian mereka dalam bekerja.

Hal in bisa dilihat pada kasus yang terjadi pada Mei 2025, ketika seorang WNI di Prefektur Aichi diduga menyebabkan kebakaran pabrik tempat ia bekerja.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan