Konflik Ukraina Vs Rusia
Duduk Perkara Perang Ukraina: Dari Invasi Rusia hingga Pertemuan Trump–Putin di Alaska
Trump dan Putin bertemu di Alaska bahas akhir perang Ukraina. Zelensky tak diundang, dunia menanti arah diplomasi baru.
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari tiga tahun sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina, dunia masih mencari jalan keluar dari konflik yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan mengguncang tatanan geopolitik global.
Di tengah kebuntuan diplomatik dan tekanan internasional, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya duduk bersama di Anchorage, Alaska, dalam pertemuan bersejarah yang digadang-gadang sebagai langkah awal menuju gencatan senjata.
Namun absennya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pembicaraan ini memunculkan pertanyaan besar:
Bisakah perdamaian dirundingkan tanpa suara dari pihak yang paling terdampak?
Presiden AS Donald Trump telah terbang dari Pangkalan Udara Andrews di luar Washington, DC, dan tiba di Anchorage, Alaska, untuk menghadiri KTT dengan rekannya dari Rusia, Vladimir Putin.
Seperti dilansir dari AlJazzera, pertemuan mereka dijadwalkan dimulai pukul 11:30 waktu setempat (19:30 GMT) dan akan berlangsung di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage.
Kedua pemimpin akan bertemu untuk membahas akhir dari perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun di Ukraina, dalam pertemuan terpisah pertama mereka sejak KTT Helsinki 2018.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan pertemuan ini “akan berlangsung minimal enam hingga tujuh jam”, menurut televisi negara Rusia.
Trump mengatakan ia ingin melihat pertemuan kedua di Alaska “segera” antara Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang tidak diundang pada pembicaraan hari ini.
Zelensky menyatakan Rusia harus menghadapi sanksi baru jika tidak menyetujui “gencatan senjata segera”.
Latar Belakang Konflik Rusia–Ukraina
Ukraina dan Rusia pernah menjadi satu negara dalam Uni Soviet hingga tahun 1991.
Setelah Uni Soviet bubar, Ukraina memilih merdeka melalui referendum dan mulai membangun identitas nasional yang terpisah dari Rusia.
Rusia, khususnya di bawah Vladimir Putin, memandang Ukraina sebagai bagian dari “wilayah historis” Rusia dan menolak sepenuhnya orientasi Barat Ukraina.
Pada 2014, Rusia mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina, memicu kecaman internasional.
Di saat bersamaan, kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk memulai pemberontakan bersenjata, didukung oleh Moskow.
Ukraina menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjata ke wilayah timur, meski Rusia membantah keterlibatan langsung.
Ukraina menunjukkan keinginan bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, yang dianggap Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya.
Prospek berdirinya pangkalan militer NATO di perbatasan Rusia menjadi pemicu utama agresi Moskow.
Pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi militer besar-besaran ke Ukraina. Serangan dimulai dengan ledakan di Kyiv, Kharkiv, Odessa, dan Mariupol.
Rusia menyebut operasi ini sebagai “demiliterisasi dan denazifikasi,” sementara dunia internasional menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
Konflik ini memperburuk hubungan Rusia dengan Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sanksi ekonomi besar-besaran dijatuhkan kepada Rusia. Perang ini juga memicu krisis energi, pangan, dan migrasi di berbagai belahan dunia.
Amerika Serikat terlibat dalam konflik Rusia–Ukraina karena sejumlah alasan strategis, historis, dan geopolitik yang saling berkaitan. Berikut penjelasan lengkapnya:
Mengapa Amerika Serikat Terlibat dalam Konflik Rusia–Ukraina?
1. Peran sebagai Negara Adidaya
Sejak berakhirnya Perang Dingin, AS memposisikan diri sebagai pemimpin dunia demokratis dan penyeimbang kekuatan otoriter seperti Rusia dan Tiongkok.
AS merasa bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas global dan mencegah ekspansi kekuasaan Rusia di Eropa Timur.
2. Dukungan terhadap Ukraina
AS mendukung Ukraina sebagai negara merdeka dan berdaulat, terutama setelah invasi Rusia ke Krimea pada 2014 dan serangan besar-besaran pada 2022.
Dukungan ini mencakup bantuan militer, ekonomi, dan diplomatik agar Ukraina bisa mempertahankan diri dari agresi Rusia.
3. Penolakan terhadap Ekspansi Rusia
Rusia dianggap sebagai ancaman terhadap tatanan internasional berbasis hukum dan demokrasi.
AS dan NATO menentang klaim Rusia atas wilayah Ukraina dan mendukung integritas teritorial Ukraina.
4. Kepentingan NATO dan Keamanan Eropa
Ukraina berbatasan langsung dengan negara-negara anggota NATO seperti Polandia, Rumania, dan Slovakia.
Jika Rusia menguasai Ukraina, hal ini bisa mengancam keamanan kawasan dan memperbesar pengaruh Rusia di Eropa Timur.
5. Persaingan Ideologis dan Ekonomi
Konflik ini juga mencerminkan persaingan antara sistem demokrasi liberal (AS dan sekutunya) versus otoritarianisme (Rusia).
AS juga memiliki kepentingan ekonomi, termasuk stabilitas pasar energi dan perdagangan global yang terganggu akibat perang.
Pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin di Alaska pada 15 Agustus 2025 merupakan momen diplomatik penting yang terjadi di tengah konflik Rusia–Ukraina yang masih berlangsung.
Berikut penjelasan mengapa pertemuan ini diadakan di Alaska dan apa tujuannya:
Mengapa Trump dan Putin Bertemu di Alaska?
Alaska berbatasan langsung dengan Rusia melalui Selat Bering, menjadikannya lokasi simbolis dan strategis untuk pertemuan dua pemimpin besar dunia. Anchorage, kota terbesar di Alaska, memiliki fasilitas militer dan keamanan tinggi, cocok untuk pertemuan sensitif seperti ini.
Tujuan pertemuan untuk membahas gencatan senjata dalam perang Rusia–Ukraina yang telah berlangsung lebih dari 3 tahun. Negosiasi kontrol senjata nuklir baru, menggantikan perjanjian yang akan berakhir tahun depan.
Trump ingin tampil sebagai pembawa perdamaian global, sementara Putin ingin menunjukkan bahwa Rusia tidak terisolasi secara diplomatik.
Namun, pertemuan Putin dan Trump itu menimbulkan kontroversi karena ketidakhadiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dia tidak diundang, sehingga memicu kritik internasional karena Ukraina adalah pihak yang paling terdampak.
Eropa khawatir Trump akan memberi konsesi wilayah kepada Rusia tanpa melibatkan Ukraina. Demonstrasi warga Alaska mendukung Ukraina juga terjadi menjelang pertemuan.
Harapan dari pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin di Alaska sangat beragam dan penuh ketegangan.
Berikut ini adalah ringkasan harapan utama dari berbagai pihak:
Amerika Serikat (Trump dan Pemerintah AS)
Trump berharap bisa “cek ombak” untuk melihat apakah Putin bersedia melakukan gencatan senjata.
Ia ingin tampil sebagai pembawa perdamaian global, sesuai janji kampanyenya untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu singkat.
Pemerintah AS berharap pertemuan ini bisa membuka jalur diplomatik, meski tidak menaruh harapan besar akan hasil konkret.
Rusia (Putin dan Kremlin)
Putin melihat pertemuan ini sebagai kesempatan langka untuk legitimasi internasional, terutama setelah lama diisolasi oleh Barat.
Rusia berharap bisa menjual persetujuan gencatan senjata dengan harga politik tinggi, termasuk konsesi wilayah yang telah mereka duduki.
Ukraina
Ukraina berharap pertemuan ini tidak menghasilkan kesepakatan yang merugikan, terutama karena mereka tidak diundang ke meja perundingan.
Presiden Zelensky menegaskan bahwa tidak akan menyerahkan wilayah dan menolak ide “barter wilayah” yang sempat dilontarkan Trump. Ukraina menuntut gencatan senjata total dan jaminan keamanan, serta keterlibatan langsung dalam setiap kesepakatan damai.
Eropa dan NATO
Para pemimpin Eropa khawatir Trump akan membuat konsesi sepihak kepada Rusia tanpa melibatkan sekutu Barat. Mereka berharap kesatuan sikap Barat bisa menekan Putin dan menjaga kepentingan keamanan regional.
Secara keseluruhan, harapan terbesar adalah tercapainya gencatan senjata dan dimulainya proses diplomatik yang adil.
Namun, absennya Ukraina dalam pertemuan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa hasilnya bisa melemahkan posisi Kyiv dan memperkuat klaim Rusia atas wilayah yang diduduki.
Konflik Ukraina Vs Rusia
Perkuat Angkatan Bersenjata di Ukraina, Rusia Dikabarkan Siap Lakukan Mobilisasi Militer Tahap Kedua |
---|
Ukraina Belasungkawa, Tragedi Helikopter Jatuh Tewaskan 14 Orang Termasuk Mendagri, Ini Kronologinya |
---|
Menteri Luar Negeri Rusia Puji Hubungan Moskow-Beijing, Tuduh Amerika Lakukan Provokasi |
---|
Pentagon: Pasukan Ukraina Resmi Memulai Pelatihan Rudal Patriot di Pangkalan Militer AS |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.