Selasa, 2 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Houthi Bersumpah Balas Dendam Usai PM Tewas Dibom Israel: Darah Akan Dibalas Darah

Houthi janji akan membalas serangan Israel yang menewaskan Perdana Menteri Ahmed Ghaleb Nasser Al-Rahawi dan sejumlah menteri senior

RNTV/TangkapLayar
MILISI HOUTHI - Houthi janji akan membalas serangan Israel yang menewaskan Perdana Menteri Ahmed Ghaleb Nasser Al-Rahawi dan sejumlah menteri senior saat pejabat tinggi Houthi menggelar rapat di Sanaa. 

TRIBUNNEWS.COM – Militan sayap kana nasal Yaman, Houthi berjanji akan membalas dendam atas tewasnya Perdana Menteri Ahmed Ghaleb Nasser Al-Rahawi dan sejumlah menteri senior dalam serangan udara Israel di ibu kota Sanaa.

Houthi tak merinci jumlah menterinya yang tewas, namun media Israel; Channel 12, menyebut ada 12 menteri yang tewas bersama Al-Rahawi.

Serangan tersebut disebut sebagai yang pertama kali menewaskan pejabat tinggi pemerintahan Houthi sejak konflik meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Buntut insiden berdarah ini, Ketua Dewan Politik Tertinggi Houthi, Mehdi al-Mashat Houthi dalam pernyataannya yang disiarkan melalui Telegram menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan tinggal diam.

“Kami berjanji kepada Tuhan, kepada rakyat Yaman, dan kepada keluarga para martir dan korban luka bahwa kami akan membalas dendam,” ujar al-Mashat, dikutip dari Al Arabiya.

Al-Mashat juga mengeluarkan peringatan keras kepada perusahaan asing yang beroperasi di Israel.

Ia mendesak agar mereka segera meninggalkan wilayah tersebut “sebelum terlambat,” mengisyaratkan kemungkinan serangan balasan terhadap kepentingan Israel.

Serangan udara Israel ke Sanaa pada Kamis lalu disebut sebagai yang pertama kali menewaskan pejabat tinggi pemerintahan Houthi sejak konflik meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Operasi militer tersebut merupakan respons langsung atas serangan rudal dan drone yang berulang kali dilancarkan kelompok Houthi ke wilayah Israel.

Kelompok Houthi, yang berafiliasi dengan “poros perlawanan” Iran, selama ini juga kerap menyatakan solidaritas terhadap Palestina dan menggencarkan serangan terhadap jalur pelayaran internasional di Laut Merah.

Aksi tersebut memicu keresahan global, khususnya bagi Israel yang menganggap Houthi sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional dan stabilitas kawasan.

Kronologi Serangan Udara Israel

Baca juga: Serangan Udara Israel di Sanaa Tewaskan 6 Orang, Houthi Bersumpah Tetap Dukung Palestina

Serangan udara Israel terjadi pada Kamis (28/8/2025), menghantam sebuah gedung pertemuan pejabat tinggi Houthi yang digelar di Sanaa.

Awalnya para menteri dan PM Houthi berkumpul di Gedung tersebut untuk menggelar “lokakarya evaluasi tahunan” guna menilai kinerja pemerintahan mereka.

Namun saat rapat berlangsung, Israel melancarkan serangan udara menggunakan intelijen presisi untuk menyerang langsung gedung pertemuan.

Menurut laporan media lokal, serangan tersebut menewaskan belasan menteri Houthi, termasuk Perdana Menteri Al-Rahawi.

Houthi mengonfirmasi bahwa sejumlah pejabat lainnya mengalami luka sedang hingga serius dan kini masih menjalani perawatan medis.

“Kami mengumumkan gugurnya mujahid Ahmed Ghaleb al-Rahawi, perdana menteri Pemerintah Perubahan dan Pembangunan, bersama beberapa rekan menterinya, pada hari Kamis,”ujar postingan X TV Pemerintah lokal, Al Masirah.

Menurut analis Yaman Mohammed Al-Basha dari media AFP, operasi ini menunjukkan pergeseran Israel dari menargetkan infrastruktur (pelabuhan, pembangkit listrik) ke pembunuhan terarah pejabat penting.

Dengan memukul jantung kepemimpinan, Israel berusaha melemahkan kemampuan politik dan komando militer Houthi.

Reaksi dan Dampak Politik
Pasca serangan, Houthi langsung menunjuk Mohammed Ahmed Miftah sebagai perdana menteri sementara menggantikan Al-Rahawi.

Akan tetapi, para analis menilai tewasnya Al-Rahawi akan mengguncang stabilitas internal Houthi.

Analis Yaman berbasis di Amerika Serikat, Mohammed Al-Basha, menyebut operasi ini menandai perubahan strategi militer Israel.

“Serangan ini menunjukkan pergeseran fokus Israel dari infrastruktur transportasi dan energi ke pembunuhan terarah terhadap pejabat bernilai tinggi,” ujarnya kepada AFP.

Situasi di Yaman kini diperkirakan akan semakin memanas. Israel menegaskan operasi militer terhadap Houthi akan berlanjut, sementara kelompok bersenjata itu menyatakan perlawanan mereka justru akan semakin keras.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan