Minggu, 7 September 2025

Bencana atau Prestise? Prabowo Duduk Sejajar dengan Putin, Xi Jinping, dan Kim Jong Un

Presiden RI Prabowo Subianto jadi sorotan global setelah menghadiri parade militer spektakuler di Beijing.

Editor: Hasanudin Aco
Instagram @sekretariat.kabinet
PRABOWO DAN PEMIMPIN DUNIA - Presiden Prabowo Subianto menghadiri parade militer Perayaan 80 Tahun Kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok, di Beijing, Rabu (3/9/2025), bersama sejumlah pemimpin dunia. Ia berdiri sejajar dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri China Li Qiang, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.  

Parade militer, kata Habib, tampaknya sangat selaras dengan jati diri Prabowo sebagai pensiunan jenderal TNI dan mantan menteri pertahanan.

Prof. Rezasyah mengatakan kunjungan tersebut mencerminkan pragmatisme dan idealisme Prabowo, serta kemampuannya menyeimbangkan urusan dalam negeri dan internasional.

"Kunjungan ini juga membuktikan kapasitasnya sebagai negarawan yang kredibel," ujarnya.

Analis lain melihat motif pribadi.

 "Ini lebih merupakan egosentrisme. Ia mengklaim bahwa ada permintaan kuat dari pemerintah Tiongkok agar ia hadir setidaknya selama satu hari, yang menyiratkan bahwa mereka memintanya untuk datang. Ia ingin dianggap sebagai salah satu 'pemimpin besar' – pemain besar yang dihormati semua orang," kata Prof. Yohanes.

Selain itu, waktunya sensitif.

Unjuk rasa besar-besaran  baru saja mengguncang Indonesia.

Menyebabkan setidaknya 10 orang tewas dan ratusan fasilitas umum dibakar.

Kemunculan Prabowo di luar negeri, menurut para kritikus, berisiko menimbulkan kesan seorang pemimpin yang mengutamakan gengsi daripada akuntabilitas.

Prof. Yohanes menggambarkan kunjungan tersebut sebagai "putaran kemenangan", sebuah sinyal bahwa kerusuhan telah terkendali. 

Ia mencatat kontras dengan kerusuhan Mei 1998, ketika ayah mertua Prabowo, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Suharto, yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun, menyaksikan rezimnya runtuh setelah kekacauan semakin tak terkendali.

“Kunjungan Prabowo merupakan cerminan kapasitasnya untuk mencegah krisis yang lebih besar seperti kisah memilukan Mei 1998,” kata Prof Rezasyah.

Citra Tiananmen yang menampilkan keempat pemimpin tersebut, pada akhirnya, merupakan pertunjukan yang penuh perhitungan.

Bagi Prabowo, hal itu menggarisbawahi semakin kuatnya pengaruh diplomatik Indonesia, sekaligus upayanya untuk menyeimbangkan stabilitas domestik dan keterlibatan global.

Ketika ditanya apakah perjalanan itu sepadan dengan risikonya, Prof Rezasyah berkata:

“Itu tergantung pada kepemimpinan dan kapasitas manajerial Prabowo, untuk meyakinkan Beijing dan Washington bahwa Indonesia akan tetap netral dan tidak pernah memihak dalam persaingan mereka.”

Sumber: Straits Times

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan