Konflik Palestina Vs Israel
Punya Rafale, Typhoon, F-15QA Tapi Serangan Tak Terdeteksi Radar, Qatar Sengaja Dihantam Israel?
Ada skenario kalau Qatar sengaja membiarkan serangan Israel menghantam Doha, di lokasi petinggi Hamas berada.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Fakta bahwa tidak ada pesawat Rafale, Typhoon atau F-15QA yang lepas landas membuktikan bahwa sistem radar secara langsung dibutakan, atau jaringan komando dinonaktifkan oleh peperangan elektronik dan cyber.
"Apa pun skenarionya, konsekuensinya sangat memalukan: investasi Qatar senilai miliaran dolar tidak mampu melindungi modalnya dari satu serangan presisi," lanjut ulasan DSA.
Runtuhnya Kredibilitas Pertahanan Udara
Bagi negara yang telah menginvestasikan miliaran dolar dalam jet tempur modern, baterai rudal canggih, dan integrasi penuh dengan sistem pertahanan AS, kegagalan Qatar untuk mempertahankan atau mendeteksi serangan ini merupakan penghinaan strategis.
Jet tempur Rafale dengan Meteor, Typhoon yang mampu mencegat berbagai ancaman serta F-15QA Ababil yang dirancang khusus untuk mendominasi wilayah udara gagal merespons.
Baterai Patriot PAC-3, yang dirancang untuk mencegat rudal jarak menengah, tetap diam selama serangan.
Sistem NASAMS, yang dioptimalkan untuk melawan rudal jelajah, juga gagal, menimbulkan pertanyaan apakah itu kegagalan teknis, arahan politik, atau keberhasilan Israel dalam membutakan sistem tersebut.
Kehadiran kantor pusat CAOC dan CENTCOM di Al-Udeid juga terbukti tidak berguna dalam mempertahankan kedaulatan wilayah udara Qatar.
Kredibilitas sistem pertahanan berlapis Qatar—yang sering disorot di pameran pertahanan internasional—telah runtuh.
Insiden ini mengungkap kerentanan yang mendalam: ketergantungan mutlak pada sistem impor, ketergantungan pada jaringan peringatan Amerika, dan tidak adanya kontrol otonom yang komprehensif.
Kegagalan ini membuat seluruh GCC waspada—dari Arab Saudi, yang menggunakan THAAD, hingga UEA dengan sistem Barak-nya—terhadap pertanyaan apakah sistem pertahanan bernilai miliaran dolar benar-benar mampu menahan musuh dengan kemampuan siluman dan peperangan elektronik.
Lebih jauh lagi, hal ini menghidupkan kembali perdebatan global tentang efektivitas sistem pertahanan terpadu Barat yang sekarang sedang diuji tidak hanya di Teluk, tetapi juga di Ukraina dalam menghadapi Rusia.
Bagi Qatar, kegagalan ini merusak citranya sebagai pusat yang aman bagi diplomasi, keuangan, dan logistik global.
Fakta bahwa Israel dapat menyerang Doha sesuka hati membuktikan bahwa pertahanan Qatar jauh lebih rapuh daripada yang ditunjukkan gambaran sebenarnya.
Lebih buruk lagi, sebagai tuan rumah pangkalan AS terbesar di kawasan itu, Qatar dihadapkan pada citra bahwa jaminan keamanan sekutu utamanya juga tidak efektif.
Kegagalan ini tidak hanya mengungkap kelemahan Qatar, tetapi juga mengancam kepercayaan pada seluruh kerangka pertahanan Teluk yang berpusat pada Amerika Serikat, sehingga berpotensi mempercepat langkah negara-negara regional untuk mengeksplorasi kerja sama pertahanan alternatif dengan kekuatan seperti China, Rusia, atau Turki.
Dampak Strategis dan Geopolitik
Serangan Israel terhadap Doha bukan sekadar keberhasilan taktis tetapi pesan strategis yang mengguncang Teluk dan dunia.
Dengan melakukan serangan terhadap ibu kota yang penuh dengan sistem paling canggih dan pangkalan militer terbesar Amerika, Israel membuktikan bahwa tidak ada negara Teluk yang benar-benar kebal.
Bagi Hamas, pesannya jelas: tidak ada tempat yang aman, bahkan di negara terkaya dan terlengkap dalam hal pertahanan udara dan angkatan bersenjatanya.
Bagi Doha, ini merupakan pukulan besar bagi citranya sebagai mediator netral dalam konflik Gaza, karena ibu kotanya sendiri ditembus oleh salah satu pihak yang bernegosiasi.
Peran diplomatik Qatar sekarang dipertanyakan, tidak hanya oleh Israel atau Hamas, tetapi juga oleh Amerika Serikat.
Bagi Washington, serangan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas CENTCOM dan CAOC dalam melindungi sekutunya.
Kelemahan ini membuka ruang bagi kekuatan besar lainnya seperti China, Rusia, dan Turki untuk menawarkan sistem pertahanan alternatif kepada negara-negara Teluk.
Bagi Arab Saudi dan UEA, ini merupakan bukti kelemahan Doha, sehingga melemahkan posisinya di GCC.
Iran, di sisi lain, pasti akan menganggap serangan ini sebagai bukti kemampuan Israel untuk menembus pertahanan Teluk yang sepenuhnya bergantung pada sistem Barat.
Serangan ini menandai era baru: bahkan dengan perlindungan Rafale, Typhoon, F-15QA dan Patriot, negara Teluk masih dapat dibutakan dalam sekejap mata.
Hal ini sejalan dengan pola di Ukraina dan Laut Merah, di mana sistem pertahanan modern terus gagal menghentikan rudal presisi dan drone .
"Bagi Qatar, entah dianggap berkompromi atau tidak berdaya, dampak strategisnya tetap sama—terungkapnya kelemahan yang akan menghantui kebijakan luar negeri, keamanan, dan kedudukannya di kawasan tersebut selama bertahun-tahun mendatang," tulis kesimpulan ulasan DSA.
(oln/dsa/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Daftar Negara yang Berlakukan Larangan Masuk bagi Ben Gvir dan Smotrich, Terbaru Spanyol |
---|
AS Sudah Diberitahu Pengeboman di Doha, Qatar: Serangan Pengecut Israel Tidak Akan Ditolerir |
---|
Israel Serang Qatar, Delegasi Hamas di Doha Dilaporkan Selamat |
---|
Media Israel Mulai Memberontak ke Pemerintahnya Setelah Lama Menutupi Penderitaan Gaza |
---|
Operasi Tongkat Musa Brigade Qassam Makan Korban, Letnan Israel Terbakar di Dalam Tank |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.