Konflik Palestina Vs Israel
30 Menit Terakhir di Menara Kota Gaza Sebelum Dihancurkan Israel, Sisakan Trauma dan Kehilangan
Warga Gaza menceritakan detik-detik terakhir sebelum menara perumahan mereka dihancurkan Israel, menyisakan trauma dan kehilangan.
TRIBUNNEWS.COM - Serangan Israel ke Gaza kembali memakan korban besar.
Tiga puluh menit sebelum hancur diterjang rudal Israel,
Menara Kota Gaza dipenuhi kepanikan warga yang berlarian menyelamatkan diri.
Gedung pencakar langit yang menjadi tempat tinggal puluhan keluarga Gaza, kini rata dengan tanah, memaksa ribuan orang kehilangan rumah dan kenangan.
Pada Jumat (12/9/2025), Abu Salah Khalil, warga Gaza berusia 49 tahun, tengah duduk bersama keluarganya di Menara Mushtaha, Kota Gaza.
Mereka merencanakan makan siang sederhana berupa nasi maqluba tanpa daging, ketika tiba-tiba terdengar kabar bahwa gedung akan dibom.
“Kami hanya punya waktu 30 menit untuk keluar,” kenang Abu Salah, dikutip Al Jazeera (11/9/2025).
Menara Mushtaha setinggi 12 lantai itu dihuni oleh puluhan keluarga.
Saat peringatan datang, suasana berubah panik.
Abu Salah harus menggendong ayahnya yang cacat, sementara istrinya membantu sang ibu yang sudah lanjut usia.
“Anak-anak menangis, para ibu bingung harus menggendong siapa,” ujarnya.
Baca juga: Siapa Target Serangan Israel di Qatar? Terjadi ketika Tim Negosiasi Bahas Gencatan Senjata Gaza
Hanya beberapa menit setelah evakuasi, gedung itu benar-benar rata dengan tanah usai dua kali serangan udara Israel.
“Saya berharap bisa memeluk dinding rumah dan berkata: tetaplah kuat, jangan roboh,” kata Abu Salah dengan suara bergetar.
Kini ia dan keluarganya tinggal di jalanan tanpa tempat berlindung.
Kisah serupa dialami Nadia Maarouf, warga lain yang kehilangan tempat tinggal setelah Menara Al-Soussi hancur.
Ia bersama 17 anggota keluarganya harus berlari menyelamatkan diri, meninggalkan semua barang berharga.
“Kami menunggu dengan cemas, takut ada anak-anak kami yang tertinggal di dalam,” ujarnya.
Israel juga menghancurkan Menara Al-Ru’ya, sebuah gedung yang dirancang insinyur Ahmed Shamia.
Istrinya, Sarah al-Qattaa, menyebut keruntuhan menara itu bukan sekadar hilangnya bangunan, melainkan “seluruh kehidupan dan sejarah pribadi yang lenyap di bawah reruntuhan”.
Menurut Pertahanan Sipil Palestina, sedikitnya 50 gedung tinggi telah hancur dalam kampanye terbaru Israel di Kota Gaza.
Penulis Palestina, Akram al-Sourani, menggambarkan menara apartemen sebagai “sebuah kota kecil dengan seribu kisah”.
BBC melaporkan bahwa komunitas internasional semakin menyoroti dampak serangan Israel terhadap warga sipil di Gaza, sementara ribuan keluarga kini hidup tanpa tempat tinggal.
Menara-menara ikonik di Gaza seperti Al-Mushtaha, Al-Sousi, Al-Roaya 1, Al-Salam, dan Al-Roaya 2, yang dihancurkan Israel, dulunya menjadi simbol kehidupan urban serta pusat aktivitas masyarakat sipil.
Menara Al-Mushtaha terletak di bagian barat Kota Gaza dan dikenal sebagai gedung hunian padat.
Ribuan pengungsi dan keluarga tinggal di dalamnya, menjadikannya salah satu pusat kehidupan warga kota.
Menara Al-Sousi berfungsi sebagai kompleks hunian bagi keluarga-keluarga pelarian yang mencari tempat tinggal aman di tengah padatnya Gaza.
Menara Al-Roaya 1 dan Al-Roaya 2 termasuk gedung bertingkat besar yang menampung banyak keluarga.
Selain hunian, gedung ini juga menampung aktivitas sipil dan ruang komunitas.
Baca juga: Tragis, Sepulang dari Gaza, Tentara Israel Bunuh Diri pada Hari Pernikahannya
Menara Al-Salam merupakan salah satu bangunan tinggi yang menonjol di kawasan perkotaan Gaza, berfungsi sebagai hunian warga serta menjadi bagian dari lanskap arsitektur modern di kota tersebut.
Keberadaan menara-menara ini mencerminkan wajah urban Gaza, sekaligus menjadi simbol harapan warga akan kehidupan yang lebih stabil dan teratur di tengah keterbatasan ruang wilayah yang sempit, yang sekarang sudah lenyap.
Kronologi Perang Israel–Hamas
Perang antara Israel dan Hamas yang dimulai pada 7 Oktober 2023 telah berlangsung selama 704 hari per hari ini.
Konflik ini tercatat sebagai salah satu yang paling brutal dan berkepanjangan dalam sejarah modern Timur Tengah.
Awal perang ditandai dengan serangan mendadak Hamas ke wilayah selatan Israel.
Sekitar 1.200 orang tewas dan ratusan lainnya disandera dalam serangan tersebut.
Israel merespons dengan deklarasi perang, diikuti serangan udara besar-besaran dan invasi darat ke Jalur Gaza.
Selama dua tahun terakhir, perang terus bereskalasi.
Upaya gencatan senjata kerap rapuh, perundingan diplomatik gagal, dan serangan balasan tidak pernah berhenti.
Serangan udara Israel menghantam infrastruktur sipil, rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsi.
Sementara itu, Hamas tetap meluncurkan roket dan drone ke wilayah Israel.
Hingga 10 September 2025, dampak kemanusiaan konflik ini sangat mengkhawatirkan.
Baca juga: Greta Thunberg Sebut Kapal Pembawa Bantuan Gaza Diserang Drone, Tunisia Membantah
Sebanyak 64.656 orang dilaporkan tewas di Gaza, dan 163.503 lainnya terluka akibat serangan yang terus berlangsung, dilansir Middle East Monitor.
Selain itu, sekitar 11.000 orang dinyatakan hilang, sebagian besar diyakini tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
Lebih dari 85 persen penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal, menjadikan mereka pengungsi di tanah sendiri.
Upaya bantuan kemanusiaan pun terhambat oleh blokade ketat dan serangan terhadap konvoi bantuan.
Situasi ini memperburuk krisis yang terjadi di wilayah tersebut.
Meski sempat ada gencatan senjata pada awal 2025, konflik kembali memanas.
Israel melancarkan serangan udara ke Gaza selatan, sementara bentrokan pecah di perbatasan.
Mediasi internasional yang difasilitasi Qatar, Mesir, dan PBB belum membuahkan hasil permanen.
Kondisi di Gaza kini digambarkan sebagai krisis kemanusiaan akut.
Kelangkaan air bersih, obat-obatan, dan pangan semakin parah.
Banyak pihak internasional, termasuk organisasi HAM dan PBB, menyebut situasi ini sebagai bentuk genosida terhadap warga sipil Palestina.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Konflik Palestina Vs Israel
| Swedia Sepakat Jual 150 Jet Gripen ke Ukraina, Zelensky Siap Guncang Langit Rusia |
|---|
| ICJ Wajibkan Israel Permudah Bantuan ke Gaza, Israel-AS Menolak |
|---|
| Mark Carney Jadi Pemimpin G7 Pertama yang Siap Tangkap Netanyahu Sesuai Perintah ICC |
|---|
| Hasto Kristiyanto: Jika Bung Karno Masih Hidup, Peristiwa di Gaza Tak Akan Terjadi Serta Merta |
|---|
| Menlu Sugiono Pastikan Indonesia Tolak Usulan Donald Trump Serang Hamas: Kita Sepakati Perdamaian |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.