Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.321: Putin Ancam AS soal Rudal Tomahawk

Perang Rusia-Ukraina hari ke-1.321, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan AS jika mereka mengirim rudal Tomahawk ke Ukraina.

Foto: Mikhail Sinitsyn, TASS/Kremlin
PUTIN - Foto diunduh dari Kantor Presiden Rusia, Selasa (23/9/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan ke Pabrik Motovilikha pada 19 September 2025. Pada 5 Oktober 2025, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan AS jika mereka mengirim rudal Tomahawk ke Ukraina, bahwa itu bisa merusak hubungan kedua negara. 

TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia dengan Ukraina memasuki hari ke-1.321 pada Senin (6/10/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Perang antara Rusia dan Ukraina bermula dari ketegangan yang sudah berlangsung lama sejak Uni Soviet bubar pada tahun 1991.

Setelah pecahnya Uni Soviet, Rusia menjadi penerus utama negara tersebut, sementara Ukraina memilih untuk berdiri sebagai negara merdeka.

Sejak itu, hubungan kedua negara sering tidak akur karena persoalan perbatasan, identitas nasional dan perbedaan arah politik.

Situasi semakin memanas pada tahun 2014 saat terjadi Revolusi Maidan yang menggulingkan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, yang dikenal dekat dengan Rusia

Pemerintah baru Ukraina kemudian menjalin hubungan lebih erat dengan negara-negara Barat, dan hal ini membuat Rusia merasa terancam.

Sebagai tanggapan, Rusia merebut wilayah Krimea dan mendukung kelompok separatis di daerah Donetsk dan Luhansk, yang menimbulkan konflik panjang di kawasan Donbas.

Ketegangan itu akhirnya memuncak pada Februari 2022 ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina

Ia mengklaim bahwa tindakan tersebut bertujuan untuk memerangi kelompok “neo-Nazi” di Kyiv, melindungi warga keturunan Rusia di Donbas, serta mencegah Ukraina bergabung dengan NATO yang dianggap mengancam keamanan Rusia.

Pada Minggu (5/10/2025) malam, Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap infrastruktur energi Ukraina, yang menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah wilayah, termasuk Zaporizhia, Sumy, dan Chernihiv, menurut laporan Kementerian Energi Ukraina.

Serangan itu merusak peralatan milik perusahaan listrik Zaporizhzhiablenergo, sehingga membuat sebagian besar wilayah kota dan distrik Zaporizhia kehilangan pasokan listrik.

Baca juga: Drone Ukraina Jebol Kilang Minyak dan Pabrik Kimia Utama Rusia: Jarak 1.500 Km dari Perbatasan

Kondisi juga masih sulit di Sumy dan Chernihiv, di mana warga harus menghadapi jadwal pemadaman listrik bergilir setiap jam. 

Petugas energi terus bekerja untuk memperbaiki kerusakan dan memulihkan pasokan listrik secepat mungkin.

Selain itu, beberapa fasilitas industri dan energi di wilayah Lviv dan sekitarnya turut terkena dampak serangan. Enam orang dilaporkan terluka di kawasan tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa serangan pada malam itu merupakan serangan udara gabungan Rusia, dengan melibatkan lebih dari 50 rudal dan sekitar 500 drone kamikaze.

Wilayah yang menjadi sasaran mencakup Lviv, Ivano-Frankivsk, Zaporizhia, Chernihiv, Sumy, Kharkiv, Kherson, Odesa, dan Kirovohrad.

Berdasarkan laporan awal, lima orang tewas dan sekitar sepuluh lainnya luka-luka akibat serangan tersebut, menurut laporan Suspilne.

Reaksi Putin soal Rudal Tomahawk AS yang Bisa Dikirim ke Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa hubungan antara Moskow dan Washington bisa rusak parah jika Presiden AS Donald Trump menyetujui pengiriman rudal jarak jauh Tomahawk ke Ukraina.

Sebelumnya, Wakil Presiden AS JD Vance mengungkapkan bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan untuk mengirim rudal tersebut, yang memiliki jangkauan hingga 2.500 km dan berharga sekitar $1,3 juta per unit — cukup untuk mencapai Moskow dan wilayah sekitarnya.

Dalam wawancara dengan jurnalis Pavel Zarubin pada Sabtu malam, Putin menegaskan bahwa keputusan Trump semacam itu akan "menghancurkan arah positif" dalam hubungan antara kedua negara.

"Keputusan itu mengarah pada kehancuran hubungan kita. Setidaknya, kecenderungan positif yang telah muncul dalam hubungan ini," kata Putin kepada Pavel Zarubin, Minggu.

Pada Forum Valdai beberapa hari sebelumnya, Putin juga menyatakan bahwa Ukraina tidak akan mampu mengoperasikan sistem rudal canggih itu tanpa keterlibatan langsung militer AS.

Ia menambahkan bahwa meskipun rudal Tomahawk dikirim, hal itu “tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan di medan perang.”

Putin mencontohkan pengalaman sebelumnya dengan rudal ATACMS, yang awalnya sempat menimbulkan kerusakan, namun kemudian berhasil diatasi oleh sistem pertahanan udara Rusia.

Setelah pertemuan antara Vladimir Zelensky dan Donald Trump di sela-sela Majelis Umum PBB di New York, muncul laporan bahwa Zelensky secara khusus meminta rudal Tomahawk kepada AS.

Vance kemudian mengonfirmasi dalam wawancara di Fox News bahwa opsi tersebut memang sedang dipertimbangkan.

Bahkan, penasihat khusus Keith Kellogg menyatakan Trump mungkin sudah menyetujui penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina terhadap target di Rusia.

Namun, laporan Reuters menyebutkan bahwa Washington tampaknya tidak akan mengirim Tomahawk karena stok rudal tersebut diprioritaskan untuk Angkatan Laut AS.

Sementara itu, Financial Times mengutip sumber di lingkaran Trump yang meragukan efektivitas Tomahawk dalam mengubah situasi di medan perang.

Warga Polandia Temukan Puing Drone Rusia

Di Desa Zaremby Warcholy, Kabupaten Ostrów, Provinsi Masovia, Polandia, warga menemukan puing-puing benda yang diduga sebagai drone. 

Temuan ini diumumkan oleh Polisi Militer Polandia melalui akun resmi mereka di Platform X (Twitter) pada hari Minggu.

Menurut laporan, penyidik dari Departemen Kepolisian Militer Mazovia tengah melakukan pemeriksaan di lokasi dengan pengawasan jaksa dari Kejaksaan Distrik Warsawa-Ursynów.

Polisi setempat menjelaskan bahwa puing-puing itu pertama kali ditemukan oleh seorang warga di sebuah lapangan dekat rumah kosong. 

Setelah laporan diterima, petugas segera mengamankan area tersebut, memberi tahu pihak Polisi Militer dan Kejaksaan, serta mengimbau masyarakat agar melapor jika menemukan benda serupa di wilayah mereka.

Kejadian ini terjadi pada malam yang sama ketika Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina dengan rudal dan drone, yang menyebabkan Polandia mengaktifkan pesawat tempur untuk melindungi wilayah udaranya.

Insiden ini bukan yang pertama kalinya karena otoritas Polandia sebelumnya telah mencatat pelanggaran wilayah udara oleh drone Rusia, terutama selama gelombang serangan ke Ukraina

Misalnya, pada malam 10 September, sebanyak 21 drone dilaporkan memasuki wilayah Polandia, dan puing-puingnya ditemukan di beberapa provinsi seperti Lublin, Masovia, Świętokrzyskie, Łódź, dan Warmia-Masurian.

Sebagai langkah antisipasi, pada 18 September, Ukraina dan Polandia sepakat membentuk kelompok operasional gabungan untuk menangani ancaman dari sistem pesawat tak berawak (drone). 

Kelompok ini akan terdiri dari perwakilan angkatan bersenjata kedua negara, yang akan bekerja sama dalam deteksi, analisis, dan penanganan insiden lintas perbatasan yang melibatkan drone.

Alarm Pudarnya Dukungan Eropa, Calon PM Ceko akan 'Tinjau' Bantuan ke Ukraina

Dukungan Uni Eropa kepada Ukraina berpotensi semakin terhambat karena muncul hambatan dari beberapa negara anggota setelah kemenangan miliarder Andrej Babiš dalam pemilihan parlemen Republik Ceko.

Babsis berjanji dalam kampanyenya untuk menghentikan bantuan militer ke Ukraina — langkah yang sejalan dengan sikap pemimpin Hungaria Viktor Orbán dan perdana menteri Slovakia Robert Fico.

Kondisi ini merupakan perubahan besar dalam kebijakan Ceko. 

Sebelumnya, pemerintahan kanan-tengah yang akan segera digantikan di bawah kepemimpinan Petr Fiala adalah pendukung kuat Ukraina sejak invasi Rusia 2022. 

Pemerintah Fiala telah aktif memberikan dukungan militer, termasuk memimpin inisiatif internasional untuk memasok senjata dan amunisi ke Ukraina — misalnya, mengirim 3,5 juta butir peluru artileri sejak 2024.

Sekarang, calon perdana menteri baru yaitu Babiš menyatakan akan meninjau kembali komitmen-komitmen ini dan bahkan menghentikan sebagian bantuan bilateral dari Ceko ke Ukraina.

Setelah bertemu dengan Presiden Ceko, Petr Pavel, Babis mengatakan bahwa melabelinya sebagai calon pembuat onar adalah "tidak adil". 

Babis, pria kelahiran Slovakia berusia 71 tahun, menekankan bahwa ia pro-Eropa dan ingin "Eropa berfungsi dengan baik". 

"Setiap tahun, kami mengirimkan €2,5 miliar dari anggaran ke Brussel. Dan tentu saja Brussel membantu Ukraina. Jadi saya pikir kami siap," kata Babis. 

Ia juga mengatakan kepada media Ukraina bahwa Ukraina "tidak siap untuk Uni Eropa" dan bahwa "kita harus mengakhiri perang terlebih dahulu". 

Babis mengatakan ia siap untuk membahas hal ini dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

Para Diplomat AS: Korea Utara dan Kuba Bantu Rusia

Menurut laporan Reuters, para diplomat Amerika Serikat akan memberi tahu negara-negara anggota PBB bahwa pemerintah Kuba diduga ikut mendukung invasi Rusia ke Ukraina dengan mengirim hingga 5.000 warganya untuk bertempur bersama pasukan Rusia.

Reuters mengutip dokumen internal dari Kementerian Luar Negeri AS, yang menyebut bahwa pemerintahan Donald Trump sedang menggerakkan para diplomatnya untuk melobi negara lain agar menolak resolusi PBB yang menyerukan Amerika mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Dalam beberapa minggu terakhir, pejabat Ukraina juga memperingatkan anggota parlemen AS mengenai meningkatnya jumlah tentara bayaran asal Kuba yang direkrut oleh Rusia untuk berperang di Ukraina.

Isi dokumen itu menyebut, “Setelah Korea Utara, Kuba menjadi negara penyumbang pasukan asing terbesar bagi agresi Rusia, dengan perkiraan 1.000 hingga 5.000 warga Kuba bertempur di Ukraina.”

Sementara itu, perwakilan Kuba di PBB belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut. 

Departemen Luar Negeri AS juga enggan membeberkan lebih jauh soal keberadaan pejuang Kuba ini. Namun, seorang juru bicara mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah Kuba telah gagal melindungi rakyatnya agar tidak dimanfaatkan sebagai alat dalam perang Rusia-Ukraina.

Zelensky: Barat Tak Beri Reaksi Nyata

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Barat "tidak memberikan reaksi nyata" terhadap meningkatnya kampanye pengeboman Rusia setelah serangan besar-besaran pada hari Minggu menewaskan enam orang dan melukai 18 orang.

The Guardian melaporkan bahwa kota Lviv di bagian barat, yang biasanya dianggap sebagai salah satu kota teraman di negara itu, mengalami pemboman paling berkelanjutan dan serius sejak dimulainya invasi Rusia.

Pada hari Minggu, Zelenskyy kembali menegaskan seruannya kepada mitra-mitra Barat Kyiv untuk mengirimkan pertahanan udara tambahan guna memerangi "teror udara" Rusia.

"Hari ini, Rusia kembali menyerang infrastruktur kami, segala sesuatu yang menjamin kehidupan normal rakyat. Kami membutuhkan perlindungan lebih, implementasi cepat dari semua perjanjian pertahanan, terutama pertahanan udara, agar teror udara ini tidak ada gunanya," ujarnya.

Prancis Selidiki Pembunuhan Jurnalisnya di Ukraina

Jaksa Prancis membuka penyelidikan atas kejahatan perang setelah jurnalis foto Prancis, Antoni Lallican, 37 tahun, tewas akibat serangan drone di wilayah Donbas, Ukraina timur. 

Ia berada bersama unit Ukraina di sekitar garis depan ketika serangan itu terjadi.

Seorang jurnalis Ukraina, Georgiy Ivanchenko, terluka dalam insiden yang sama. 

Prancis dan Ukraina langsung menuduh Rusia sebagai pelaku. 

Penyelidikan akan dilakukan oleh kantor khusus di Prancis yang menangani kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Organisasi jurnalis mengutuk serangan ini dan menuntut agar pertanggungjawaban dituntaskan.

Ukraina Beri Bantuan kepada Guru di Garis Depan

Guru-guru yang mengajar di wilayah garis depan Ukraina akan mendapatkan tunjangan bulanan sebesar 4.000 hryvnia setelah pajak.

Kabar ini diumumkan oleh Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko, melalui akun Telegram resminya pada 5 Oktober.

Menurut penjelasannya, tunjangan ini akan diberikan kepada sekitar 25.000 guru yang bekerja di 84 komunitas yang berada di wilayah Dnipropetrovsk, Donetsk, Zaporizhia, Luhansk, Mykolaiv, Sumy, Kharkiv, Kherson, dan Chernihiv — daerah-daerah yang masih terdampak langsung oleh perang.

Dana bantuan tersebut akan mulai dicairkan pada bulan Oktober, dan mencakup pembayaran untuk periode mulai 1 September tahun ini.

Svyrydenko juga menyampaikan bahwa dalam anggaran negara tahun 2026, pemerintah telah merencanakan kenaikan gaji guru hingga 50 persen.

Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk terus memberikan dukungan kepada para tenaga pendidik, hal ini disampaikannya dalam pertemuan dengan peserta ajang penghargaan nasional Global Teacher Prize Ukraina.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved