Senin, 13 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Putin Telepon Netanyahu, Bicara soal Rencana Trump di Gaza dan Nuklir Iran

Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk membicarakan soal rencana Presiden AS Trump di Gaza dan nuklir Iran.

Facebook The White House
NETANYAHU DAN PUTIN - Foto diunduh dari Facebook The White House, Selasa (7/10/2025) memperlihatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu (kiri) memeluk Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam unggahan pada 6 April 2020. Pada 6 Oktober 2025, Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk membicarakan soal rencana Presiden AS Trump di Gaza dan nuklir Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui panggilan telepon, Senin (6/10/2025).

Kedua pemimpin membahas perkembangan di Timur Tengah dan penyelesaian Jalur Gaza, menurut laporan pers Kremlin.

"Tuan Putin dan Netanyahu juga menyatakan minatnya untuk menemukan solusi negosiasi bagi program nuklir Iran dan penyelesaian di Suriah," tulis Kremlin.

Dalam percakapan telepon, Putin mengucapkan selamat kepada Netanyahu menjelang hari ulang tahunnya pada 21 Oktober.

Presiden Rusia itu kemudian mengucapkan selamat kepada Netanyahu atas peringatan hari raya Yahudi, Sukkot. 

Sukkot memperingati eksodus orang Yahudi dari Mesir dan kini juga memiliki karakteristik festival panen pertanian.

Sementara Netanyahu membalas ucapannya pada hari ulang tahun Putin, menekankan komitmennya untuk melanjutkan koordinasi antara kedua negara mengenai isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

Netanyahu sebelumnya telah menyatakan harapannya agar para tahanan di Gaza dapat kembali dalam beberapa hari, dengan delegasi negosiasi menuju Mesir untuk membahas masalah tersebut.

Sehari sebelumnya Hamas mengumumkan kesiapannya untuk membebaskan mereka sebagai bagian dari proposal yang diajukan oleh presiden AS untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama hampir dua tahun.

Sekutu Israel, Presiden AS Donald Trump, memperingatkan Hamas bahwa ia tidak akan menoleransi penundaan apa pun dalam melaksanakan proposal yang ia ajukan kepada Hamas dan Isreal melalui mediator.

Sementara itu, Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza meskipun Presiden AS meminta untuk menghentikannya pada Jumat (3/10/2025) minggu lalu.

Baca juga: Hari Ini 2 Tahun Perang Gaza, Lebih dari 67.000 Warga Palestina Terbunuh, Perundingan Israel-Hamas

"Saya berharap dalam beberapa hari mendatang kita dapat memulangkan semua tahanan selama hari raya Yahudi Sukkot, yang dimulai pada 6 Oktober dan berlangsung selama seminggu," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi.

Beberapa hari lalu Putin menyatakan, dalam pidatonya di pertemuan tahunan ke-22 Klub Diskusi Valdai, bahwa Rusia telah meninjau rencana Trump untuk Palestina dan tampaknya ada cahaya di ujung terowongan.

"Bagi saya, tampaknya masih ada cahaya di ujung terowongan," kata Putin, seraya menekankan bahwa konflik Palestina-Israel tidak dapat diselesaikan melalui cara-cara Barat, lapor Sky News.

Pernyataan Putin mendukung proposal yang diajukan oleh Trump pada akhir September lalu, dan dibahas dalam perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang dilakukan di Mesir pada hari Senin (6/10/2025).

Perundingan tersebut dihadiri oleh delegasi Hamas yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya, delegasi Israel yang dipimpin oleh Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, dan Jared Kushner (menantu Trump).

Hubungan Rusia dengan Israel dan Hamas

Hubungan Rusia dengan Israel sempat renggang setelah Israel menganggap Rusia tidak cukup mengutuk Hamas setelah serangannya dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Sementara itu, Rusia tidak menganggap Hamas sebagai teroris seperti apa yang dilakukan Israel dan sekutunya.

Meski demikian, Rusia berupaya mempertahankan hubungan baik dengan Israel mau pun Hamas.

Pada 26 Oktober 2023, Rusia menerima delegasi Hamas yang dipimpin oleh Moussa Abu Marzouk di Moskow.

Dalam pertemuan itu, Rusia menyerukan pembebasan segera sandera di Jalur Gaza, mengevakuasi warga Rusia dan warga negara lain.

Februari lalu, Rusia mengucapkan terima kasih kepada Hamas setelah warga negara Rusia-Israel, Alexander Troufanov, yang ditahan Hamas dalam operasinya pada 7 Oktober 2023.

Rusia pada hari Sabtu menyambut baik pembebasan warga negara Rusia-Israel, Aleksandr Trufanov, di Jalur Gaza.

"Kami berterima kasih kepada pemerintahan Hamas atas keputusannya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan di Moskow, Sabtu (15/2/2025), lapor The Moscow Times.

Sementara itu, Rusia menolak rencana Israel yang diungkapkan pada Agustus lalu untuk menduduki Jalur Gaza.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, mengecam rencana tersebut dalam pernyataannya di PBB.

"Saya rasa posisi kami cukup jelas, karena serupa dengan posisi semua orang di Dewan Keamanan," ujar Dmitry Polyanskiy pada 8 Agustus lalu.

"Satu-satunya dasar penyelesaian konflik ini adalah solusi dua negara, yang telah ditegaskan kembali beberapa kali," tegasnya.

Rusia juga mengutuk serangan Israel terhadap Qatar pada 9 September lalu dengan dalih menargetkan markas para pemimpin Hamas di Doha.

"Rusia menganggap apa yang terjadi merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan Piagam PBB, sebuah pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas wilayah suatu negara merdeka," kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu (10/9/2025).

Serangan tersebut menewaskan enam orang termasuk seorang ajudan dan seorang putra dewasa dari negosiator utamanya, Khalil al-Hayya, serta tiga pengawal dan seorang petugas keamanan Qatar.

Info Terbaru Serangan Israel di Jalur Gaza

Pembicaraan tidak langsung untuk mengakhiri perang Israel di Gaza telah dimulai di Mesir pada hari Senin, tetapi hanya sedikit rincian yang muncul.

Setidaknya selama 24 jam terakhir, serangan Israel telah membunuh 21 warga Palestina dan melukai 96 lainnya.

Sementara itu, banyak korban yang masih terjebak di reruntuhan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka.

Selain itu, 19 warga Palestina terluka akibat tembakan tentara Israel ketika mereka berupaya mencari bantuan kemanusiaan, lapor Al Jazeera.

Israel juga masih menahan banyak aktivis kapal bantuan kemanusiaan Global Sumud Flotilla setelah mencegat kapal-kapal mereka pada minggu lalu.

Setidaknya 341 dari 450 lebih aktivis yang ditahan telah dideportasi ke negara asalnya dan beberapa di antara mereka dilaporkan hilang.

Para aktivis yang dideportasi mengungkapkan kepada wartawan bahwa mereka menjadi korban kekerasan dan penganiayaan dari tentara Israel selama mereka ditahan.

Sejak Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza, yang menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin telah menewaskan lebih dari 67.160 warga Palestina dan melukai sekitar 169.679 orang.

Pengepungan dan serangan udara Israel semakin memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah itu, menyebabkan 459 orang, termasuk 147 anak-anak, meninggal akibat kelaparan.

Sejak 27 Mei 2025, serangan Israel terhadap warga Palestina yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan telah menewaskan sedikitnya 2.610 orang dan melukai lebih dari 19.143 lainnya, menurut Anadolu Agency.

Israel menuding Gerakan Hamas sebagai penyebab kehancuran di Gaza, setelah kelompok tersebut meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan ratusan warga Israel dan menahan sekitar 250 orang.

Hingga 3 September 2025, diperkirakan masih ada 48 sandera, termasuk warga Israel dan warga asing, yang ditahan di Gaza.

Beberapa di antaranya telah dipastikan meninggal, tetapi jenazah mereka belum dikembalikan, menurut laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved