Senin, 13 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

NATO Persiapkan Latihan Pencegahan Nuklir Tahunan, Kali Ini Libatkan Lebih Banyak Pesawat Tempur

NATO akan menggelar latihan tahunan pada 13 Oktober 2025. Tahun ini, akan ada lebih banyak pesawat tempur yang terlibat.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Foto Angkatan Udara AS
JET TEMPUR F-35 - Pesawat tempur F-35C Lightning II Lockheed Martin Angkatan Laut AS dari Strike Fighter Squadron 101 (VFA-101), F-35B Korps Marinir AS dari Marine Fighter Attack Training Squadron 501 (VMFAT-501), dan F-35A Angkatan Udara AS dari Skuadron Tempur ke-58 berpartisipasi dalam latihan terbang bersama pada 21 Mei 2014, di dekat Pangkalan Angkatan Udara Eglin, Florida (AS). NATO akan menggelar latihan tahunan pada 13 Oktober 2025. Tahun ini, akan ada lebih banyak pesawat tempur yang terlibat. 

TRIBUNNEWS.COM – NATO akan memulai latihan penangkalan nuklir tahunannya, Steadfast Noon, pada Senin (13/10/2025), seperti dilaporkan Defense News.

Tahun ini, jumlah pesawat yang berpartisipasi akan menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Edisi latihan kali ini akan berpusat di wilayah Laut Utara, kawasan Eropa Barat Laut.

Pesawat-pesawat akan beroperasi dari Pangkalan Udara Volkel di Belanda sebagai pusat utama, ungkap pejabat NATO dalam konferensi pers menjelang latihan tersebut.

Amerika Serikat akan berpartisipasi dengan empat jet F-35 yang berperan sebagai pesawat berkemampuan ganda untuk pertama kalinya, peran yang sebelumnya dimainkan oleh F-15E Strike Eagle.

Latihan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan nuklir global.

Pada Februari lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin memperingatkan adanya risiko tinggi konfrontasi militer langsung antara kekuatan nuklir.

Negara-negara seperti Prancis dan Rusia juga terus memodernisasi hulu ledak nuklir serta sistem pengirimannya.

Para pejabat NATO menekankan bahwa Steadfast Noon merupakan latihan rutin yang telah digelar setiap bulan Oktober dalam beberapa tahun terakhir.

“Latihan ini bersifat rutin dan tidak menargetkan negara tertentu, juga tidak terkait dengan peristiwa nyata apa pun,” kata Direktur Kebijakan Nuklir NATO Jim Stokes dalam konferensi pers tersebut.

“Ini adalah latihan tahunan yang penting karena membantu memastikan bahwa penangkal nuklir kita tetap kredibel, aman, dan efektif,” ujar Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dalam pidato video pada Jumat (10/10/2025).

Baca juga: 5 Populer Internasional: Spanyol Terancam Didepak dari NATO - Peraih Nobel Perdamaian Bukan Trump

“Latihan ini juga mengirimkan sinyal yang jelas kepada setiap musuh potensial bahwa kami mampu dan siap melindungi seluruh sekutu dari berbagai ancaman,” lanjutnya.

NATO meningkatkan komunikasi publik terkait Steadfast Noon tahun ini.

Menurut Stokes, tujuannya bukan semata untuk memberi sinyal kepada Rusia atau pihak tertentu, tetapi untuk meningkatkan pemahaman publik.

“Kami ingin memastikan masyarakat memahami bahwa kami adalah aliansi nuklir yang bertanggung jawab,” tambahnya.

“Kami tidak bertindak agresif, tidak menggunakan retorika nuklir yang tidak bertanggung jawab, dan tidak melakukan apa pun selain memastikan kesiapan kami untuk membela diri bila diperlukan, karena NATO adalah aliansi pertahanan.”

Latihan Steadfast Noon akan dimulai dengan pengarahan personel pada Senin, dan operasi penerbangan dimulai keesokan harinya, menurut Kolonel Daniel Bunch, Kepala Operasi Nuklir NATO di Markas Besar Tertinggi Sekutu Eropa.

Latihan ini tidak akan menggunakan senjata nuklir sungguhan, meskipun melibatkan pesawat tempur dan pilot yang tersertifikasi untuk misi nuklir, kata Stokes.

Sebagian dari kegiatan tahun ini akan berfokus pada perlindungan aset nuklir di darat dari berbagai ancaman, jelas Bunch.

Setidaknya 71 pesawat dari 14 negara akan berpartisipasi dalam edisi tahun ini.

Jerman mengirimkan tiga jet Panavia Tornado dan menyumbang empat pesawat pengacau, sementara Polandia menyediakan tiga F-16 dan Finlandia empat F-18, kata Bunch.

Rutte menambahkan, jet F-35 Belanda yang beroperasi dari Volkel akan menjadi bagian dari latihan tersebut, sementara Swedia akan bergabung dengan pesawat Gripen.

Amerika Serikat juga akan mengirimkan pesawat tanker dan pesawat pendukung lainnya, selain F-35, menurut Bunch.

Partisipasi tahun ini meningkat dibandingkan sekitar 60 pesawat yang ikut serta dalam tiga edisi terakhir sejak 2022.

Pada 2021, NATO menyebut hanya “puluhan” pesawat yang berpartisipasi.

Steadfast Noon tahun ini akan melibatkan sekitar 2.000 personel, jumlah yang sebanding dengan tahun lalu.

Selain negara-negara yang menyediakan pesawat berkemampuan ganda untuk misi serangan, sekutu juga akan menurunkan pesawat perang elektronik, aset intelijen, pengawasan dan pengintaian, pesawat komando dan kendali, serta pesawat tanker pengisian bahan bakar yang krusial untuk mendukung operasi jarak jauh, jelas Bunch.

Baca juga: Baltik Siaga Perang, Pesawat Pengebom Rusia Terbang 1.000 Km Per Jam Serang Target di Dekat NATO 

Pesawat berkemampuan ganda merujuk pada pesawat yang dapat membawa senjata konvensional maupun nuklir, termasuk Tornado milik Jerman serta jet F-35 milik Amerika Serikat dan Belanda.

Sementara Pangkalan Udara Volkel akan menjadi pusat utama, RAF Lakenheath di Inggris dan Pangkalan Udara Kleine Brogel di Belgia akan menjadi lokasi elemen pendukung.

Kontingen besar dukungan konvensional untuk operasi nuklir akan beroperasi dari Fighter Wing Skrydstrup di Denmark, kata Bunch.

Prancis tidak berpartisipasi dalam latihan ini karena negara tersebut memisahkan pasukan nuklirnya dari struktur komando dan pengambilan keputusan NATO, jelas Stokes.

Ia menambahkan, diskusi antara Prancis dan Inggris mengenai kerja sama nuklir yang lebih erat sangat menggembirakan dan meningkatkan keamanan regional.

Sekilas tentang NATO

Mengutip situs Misi AS untuk Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, NATO (North Atlantic Treaty Organization) adalah aliansi keamanan yang beranggotakan 32 negara dari Amerika Utara dan Eropa.

Aliansi ini dibentuk pada tahun 1949 melalui penandatanganan Perjanjian Washington.

Tujuan utama NATO adalah menjaga kebebasan dan keamanan para sekutu melalui cara-cara politik dan militer.

NATO tetap menjadi instrumen utama keamanan komunitas transatlantik dan perwujudan nilai-nilai demokrasi bersama.

Aliansi ini juga berfungsi sebagai penghubung permanen antara keamanan Amerika Utara dan Eropa.

Pasal 5 Perjanjian Washington — yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu sekutu dianggap sebagai serangan terhadap semua sekutu — menjadi inti dari aliansi ini, sebagai bentuk janji pertahanan kolektif.

Sementara itu, Pasal 4 memastikan adanya konsultasi antarsekutu mengenai isu-isu keamanan yang menjadi kepentingan bersama.

Daftar Anggota NATO dan tahun bergabung

Belgia - 1949
Kanada - 1949
Denmark - 1949
Prancis - 1949
Islandia - 1949
Italia - 1949
Luksemburg- 1949
Belanda - 1949
Norwegia - 1949
Portugal - 1949
Britania Raya - 1949
Amerika Serikat - 1949
Yunani - 1952
Turki - 1952
Jerman - 1955
Spanyol - 1982
Ceko - 1999
Hungaria - 1999
Polandia - 1999
Bulgaria - 2004
Estonia - 2004
Latvia - 2004
Lituania - 2004
Rumania - 2004
Slowakia - 2004
Slovenia - 2004
Albania - 2009
Kroasia - 2009
Montenegro - 2017
Makedonia Utara - 2020
Finlandia - 2023
Swedia - 2024

NATO vs Rusia

Baca juga: 450 Drone, 30 Rudal Rusia Guyur Ukraina, Zelensky: Kami Tak Butuh Pencitraan AS dan NATO

Hubungan antara NATO dan Rusia semakin menegang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Sejumlah pakar bahkan memprediksi bahwa kedua kekuatan tersebut berpotensi terlibat dalam konfrontasi militer secara langsung.

Mengutip The Week, pada 9-10 September lalu, jet-jet tempur NATO mencegat pesawat nirawak Rusia di wilayah Polandia.

Insiden itu disebut sebagai pertempuran militer langsung pertama antara NATO dan Rusia sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dimulai pada 2022.

Baik jet tempur Polandia maupun pesawat NATO dilaporkan merespons pelanggaran wilayah udara Polandia yang terjadi bersamaan dengan serangan udara Rusia di Ukraina.

“Telah terjadi pelanggaran wilayah udara Polandia yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh objek-objek seperti pesawat nirawak,” ujar Komando Operasional Militer Polandia dalam sebuah pernyataan resmi kala itu.

“Ini merupakan tindakan agresi yang menimbulkan ancaman nyata bagi keselamatan warga negara kami,” lanjut pernyataan tersebut.

Insiden ini menyoroti kembali prinsip pertahanan kolektif NATO, lapor Al Jazeera.

Sebagai anggota NATO, serangan pesawat nirawak di wilayah Polandia berpotensi memicu Pasal 5 Perjanjian NATO, yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu negara anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua.

Jika Pasal 5 diaktifkan, semua negara anggota NATO akan diwajibkan, berdasarkan klausul bantuan timbal balik, untuk memberikan dukungan militer kepada Polandia.

Dengan kekuatan gabungan persenjataan mereka yang besar, NATO diperkirakan akan memiliki keunggulan signifikan dalam kemungkinan konflik berskala besar melawan Rusia.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved