Selasa, 28 Oktober 2025

Trump Kepung Venezuela, Kirim Pesawat Pengebom AS untuk Hantui Langit Caracas

AS kerahkan pesawat pengebom ke pesisir Venezuela, sementara Maduro siagakan 5.000 rudal Rusia. Ketegangan dua negara picu ancaman konflik terbuka

Facebook The White House
PRESIDEN AS TRUMP - Gambar diunduh dari Facebook The White House, Kamis (9/10/2025), memperlihatkan Presiden AS Donald Trump dalam unggahan pada 9 Oktober 2025. Trump diam-diam kirim dua pesawat B-1 Lancer dikirim AS ke pesisir Venezuela dalam operasi yang disebut latihan militer, namun dinilai sebagai upaya tekanan terhadap pemerintahan Nicolás Maduro. 
Ringkasan Berita:
  • Dua pesawat B-1 Lancer dikirim AS ke pesisir Venezuela dalam operasi yang disebut latihan militer, namun dinilai sebagai upaya tekanan terhadap pemerintahan Nicolás Maduro.
  • Presiden Maduro kemudian menyatakan negaranya siap menembakkan ribuan rudal pertahanan udara untuk menghadapi potensi serangan AS.
  • Sejak sanksi ekonomi 2019, hubungan AS–Venezuela terus memburuk. Tanpa jalur diplomatik yang jelas, krisis ini dikhawatirkan bisa berkembang menjadi konflik militer terbuka di kawasan Karibia.

TRIBUNNEWS.COM  - Militer Amerika Serikat diam-diam mengerahkan sepasang pesawat pengebom supersonik B-1 Lancer ke pesisir Venezuela pada Kamis (23/10/2025).

Hal ini diketahui usai data pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan dua pesawat tempur andalan AS yakni B-1 lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Dyess, Texas, dan melakukan penerbangan melintasi Karibia hingga pesisir Venezuela.

Tak lama kemudian, kedua pesawat tempur itu berbalik arah dan bergerak menuju ke arah utara, lalu menghilang dari pandangan.

Sumber pejabat AS yang meminta namanya dirahasiakan mengkonfirmasi operasi itu sebagai latihan dan bagian dari serangkaian manuver yang menampilkan kemampuan serangan jarak jauh Washington.

Namun upaya ini disinyalir sebagai sinyal peningkatan kehadiran militer AS di Laut Karibia untuk menggertak pemerintahan Presiden Venezuela Nicolás Maduro.

Mengingat pada hari sebelumnya, pesawat pengebom B-52 Stratofortress juga tercatat melakukan patroli di wilayah yang sama.

Sementara jet-jet tempur F-35B Korps Marinir bergabung dalam tampilan kekuatan yang disebut Pentagon sebagai “demo serangan pengebom”.

Saat ditanya wartawan di sela-sela acara di Gedung Putih, Trump mengakui tidak senang dengan Venezuela karena banyak alasan.

Trump juga menegaskan bahwa ia memiliki “wewenang hukum” untuk menyerang kapal-kapal yang diduga membawa narkoba dan bahkan mengisyaratkan kemungkinan operasi serupa di darat jika diperlukan.

“Kami akan menyerang mereka dengan sangat keras ketika mereka datang melalui darat. Kami sepenuhnya siap melakukannya,” katanya dari Ruang Oval.

Baca juga: Venezuela Siap Tembak 5 Ribu Rudal Buatan Rusia ke AS, Pukul Mundur Pasukan Trump dari Karibia

Venezuela Siap Tembak 5 Ribu Rudal ke AS

Sebelum AS mengirim pesawat tempurnya ke langit Caracas, Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, mengumumkan bahwa negaranya siap menembakkan 5.000 rudal darat-ke-udara buatan Rusia untuk menghadapi potensi ancaman militer dari Amerika Serikat (AS).

Dalam keterangan resminya bersama petinggi militer di Caracas, Maduro menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi pertahanan nasional untuk menjaga kedaulatan Venezuela di tengah meningkatnya tekanan dari Washington.

“Kami memiliki tidak kurang dari 5.000 rudal pertahanan udara Igla-S buatan Rusia, ditempatkan di titik-titik strategis untuk memastikan perdamaian dan keamanan negara,” ujar Maduro.

Kendati demikian, Maduro menegaskan bahwa kekuatan rudal ini bukan untuk menyerang, tetapi sebagai langkah “pencegahan dan pertahanan” terhadap kemungkinan invasi.

“Kami tidak mencari perang, tetapi kami siap melindungi tanah air kami dari siapa pun yang mencoba menginjakinya,” kata Maduro dengan nada tegas.

Kronologi Konflik AS VS Venezuela

Ketegangan antara AS dan Venezuela bukan hal baru. Sejak pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi ekonomi berat terhadap Caracas pada 2019, hubungan kedua negara memburuk secara drastis.

Washington menuduh Maduro menjalankan pemerintahan otoriter dan terlibat dalam jaringan penyelundupan narkoba yang melibatkan militer Venezuela.

Sebaliknya, Maduro menuduh AS melakukan “perang hibrida” untuk menggulingkan pemerintahannya dan menguasai sumber daya minyak negaranya.

Situasi memanas kembali setelah sejumlah kapal di lepas pantai Venezuela diserang oleh pasukan AS pada awal September 2025, yang diklaim Washington sebagai bagian dari operasi pemberantasan narkotika.

Hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa kedua negara akan menempuh jalur diplomatik untuk meredakan ketegangan.

Baik Washington maupun Caracas tampak bersiap menghadapi babak baru dalam konfrontasi panjang yang telah membayangi kawasan Karibia selama bertahun-tahun.

Jika situasi terus berlanjut tanpa dialog, para analis memperingatkan bahwa krisis ini dapat berubah menjadi konflik militer terbuka yang berisiko mengganggu stabilitas regional dan pasar energi global.

(Tribunnews.com / Namira)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved