Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump dan Xi Jinping Capai Deal, Menkeu AS: China Bakal Impor 12 Juta Kedelai Amerika di Musim Panen
Kesepakatan ini diduga sebagai langkah AS untuk mengakomodasi tuntutan Tiongkok dalam perang tarif selama berbulan-bulan
Ringkasan Berita:
- AS dan Tiongkok menyepakati pembelian 12 juta ton kedelai AS oleh Tiongkok hingga Januari 2026,
- Meski volume menurun dari tahun sebelumnya, kesepakatan ini memicu kenaikan harga kedelai di bursa Chicago dan diharapkan memulihkan hubungan dagang As-Tiongkok yang sempat terganggu akibat perang tarif.
- Petani AS menyambut positif kesepakatan ini karena mengakhiri boikot Tiongkok dan membuka kembali pasar ekspor utama,
TRIBUNNEWS.COM - Isi kesepakatan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan sepertinya mulai terkuak sedikit demi sedikit.
Hal ini terjadi setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menyatakan pada Kamis waktu setempat (30/10/2025), Tiongkok telah menyetujui pembelian 12 juta ton metrik kedelai Amerika selama musim panen berjalan hingga Januari 2026.
Volume pembelian dari Tiongkok ini menurun dibandingkan dengan capaian 22,5 juta ton pada musim sebelumnya.
Penurunan ini diduga terjadi sebagai langkah AS untuk mengakomodasi tuntutan Tiongkok dalam perang tarif yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Meski mengalami penurunan pesanan volume, Bessent menambahkan bahwa Tiongkok akan berkomitmen untuk menaikkan volume pembeliannya selama tiga tahun ke depan hingga 25 juta ton kedelai per tahun.
Adapun komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan komprehensif dengan Beijing, usai pertemuan antara Trump dan Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis.
Kesepakatan ini diharapkan menjadi langkah pemulihan normalisasi perdagangan dengan importir kedelai terbesar AS, yang selama lima musim panen terakhir (September hingga Agustus) rata-rata membeli 28,8 juta ton.
"Petani kedelai hebat dari negara kita, yang selama ini dijadikan oleh Tiongkok sebagai bidak politik... kebijakan seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi, dan mereka para petani harus makmur di tahun-tahun mendatang," ujar Bessent dalam program "Mornings with Maria" di Fox Business Network.
Ia menambahkan bahwa kesepakatan yang difinalisasi di Malaysia akhir pekan lalu dapat ditandatangani segera pekan depan.
 
Meski mengalami penurunan pesanan dari Tiongkok, Bessent juga menyebutkan negara-negara Asia Tenggara lainnya telah sepakat membeli 19 juta ton kedelai AS tambahan
Bessent sendiri tidak merinci jangka waktu maupun identitas negara-negara Asia Tenggara mana saja yang dimaksud tersebut.
Sementara itu, Even Rogers Pay, Direktur Trivium China berbasis di Beijing, menilai kesepakatan ini pada dasarnya hanya mengembalikan pola perdagangan normal.
Baca juga: Trump Melunakkan Sikap Terhadap China, Potong Tarif Impor 10 Persen Setelah Jumpa Xi Jinping
"Kesepakatan ini hanya menargetkan tingkat perdagangan yang cukup konsisten dengan beberapa tahun terakhir," ujarnya.
Sementara Johnny Xiang, Pendiri AgRadar Consulting, mengatakan pembeli komersial masih menunggu kejelasan apakah Tiongkok akan menurunkan tarif kedelai AS dari 20 persen menjadi 10 persen atau menghapusnya sepenuhnya.
"Jika tarif tidak sepenuhnya dihapus, pembeli komersial tidak memiliki insentif besar untuk membeli kedelai AS," tegasnya.
 
							 
							 
							 
				
			 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.