Jumat, 31 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Trump dan Xi Jinping Capai Deal, Menkeu AS: China Bakal Impor 12 Juta Kedelai Amerika di Musim Panen

Kesepakatan ini diduga sebagai langkah AS untuk mengakomodasi tuntutan Tiongkok dalam perang tarif selama berbulan-bulan 

Penulis: Bobby W
Editor: Sri Juliati
Tangkap layar YouTube CNBC-TV18
PERTEMUAN TRUMP-XI - Tangkap layar YouTube CNBC-TV18, menampilkan pertemuan antara Donald Trump dan Xi Jinping di Busan, Korea Selatan pada 30 Oktober 2025. Keduanya akan membahas masalah perdagangan. 

Ringkasan Berita:
  • AS dan Tiongkok menyepakati pembelian 12 juta ton kedelai AS oleh Tiongkok hingga Januari 2026,
  • Meski volume menurun dari tahun sebelumnya, kesepakatan ini memicu kenaikan harga kedelai di bursa Chicago dan diharapkan memulihkan hubungan dagang As-Tiongkok yang sempat terganggu akibat perang tarif.
  • Petani AS menyambut positif kesepakatan ini karena mengakhiri boikot Tiongkok dan membuka kembali pasar ekspor utama,

TRIBUNNEWS.COM - Isi kesepakatan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan sepertinya mulai terkuak sedikit demi sedikit.

Hal ini terjadi setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menyatakan pada Kamis waktu setempat (30/10/2025), Tiongkok telah menyetujui pembelian 12 juta ton metrik kedelai Amerika selama musim panen berjalan hingga Januari 2026.

Volume pembelian dari Tiongkok ini menurun dibandingkan dengan capaian 22,5 juta ton pada musim sebelumnya.

Penurunan ini diduga terjadi sebagai langkah AS untuk mengakomodasi tuntutan Tiongkok dalam perang tarif yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Meski mengalami penurunan pesanan volume, Bessent menambahkan bahwa Tiongkok akan berkomitmen untuk menaikkan volume pembeliannya selama tiga tahun ke depan hingga 25 juta ton kedelai per tahun.

Adapun komitmen ini merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan komprehensif dengan Beijing, usai pertemuan antara Trump dan Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis.

Kesepakatan ini diharapkan menjadi langkah pemulihan normalisasi perdagangan dengan importir kedelai terbesar AS, yang selama lima musim panen terakhir (September hingga Agustus) rata-rata membeli 28,8 juta ton.

"Petani kedelai hebat dari negara kita, yang selama ini dijadikan oleh Tiongkok sebagai bidak politik... kebijakan seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi, dan mereka para petani harus makmur di tahun-tahun mendatang," ujar Bessent dalam program "Mornings with Maria" di Fox Business Network.

Ia menambahkan bahwa kesepakatan yang difinalisasi di Malaysia akhir pekan lalu dapat ditandatangani segera pekan depan.

PRESIDEN AS TRUMP - Gambar diunduh dari Facebook The White House, Kamis (9/10/2025), memperlihatkan Presiden AS Donald Trump dalam unggahan pada 9 Oktober 2025. Trump mengatakan sandera mungkin dibebaskan mulai Senin, 13 Oktober 2025, menyusul kesepakatan tahap pertama untuk pertukaran tahanan.
PRESIDEN AS TRUMP - Gambar diunduh dari Facebook The White House, Kamis (9/10/2025), memperlihatkan Presiden AS Donald Trump dalam unggahan pada 9 Oktober 2025.  (Facebook The White House)

Meski mengalami penurunan pesanan dari Tiongkok, Bessent juga menyebutkan negara-negara Asia Tenggara lainnya telah sepakat membeli 19 juta ton kedelai AS tambahan

Bessent sendiri tidak merinci jangka waktu maupun identitas negara-negara Asia Tenggara mana saja yang dimaksud tersebut.

Sementara itu, Even Rogers Pay, Direktur Trivium China berbasis di Beijing, menilai kesepakatan ini pada dasarnya hanya mengembalikan pola perdagangan normal.

Baca juga: Trump Melunakkan Sikap Terhadap China, Potong Tarif Impor 10 Persen Setelah Jumpa Xi Jinping

"Kesepakatan ini hanya menargetkan tingkat perdagangan yang cukup konsisten dengan beberapa tahun terakhir," ujarnya.

Sementara Johnny Xiang, Pendiri AgRadar Consulting, mengatakan pembeli komersial masih menunggu kejelasan apakah Tiongkok akan menurunkan tarif kedelai AS dari 20 persen menjadi 10 persen atau menghapusnya sepenuhnya.

"Jika tarif tidak sepenuhnya dihapus, pembeli komersial tidak memiliki insentif besar untuk membeli kedelai AS," tegasnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved