Konflik Palestina Vs Israel
Israel Tuding Hizbullah Main Api Langgar Gencatan, Ancam Gempur Lebanon Tanpa Ampun
Israel menuding Hizbullah langgar gencatan senjata dan ancam gempur Lebanon, sementara Hizbullah memperingatkan siap balas jika serangan Israel meluas
Baik Israel maupun Hizbullah tampak belum benar-benar siap untuk menghentikan konfrontasi sepenuhnya.
Dengan situasi di lapangan yang terus memburuk, banyak pihak khawatir bahwa Lebanon selatan bisa kembali menjadi pusat konflik berskala besar.
Jika perang kembali pecah, dampaknya tidak hanya akan menghancurkan Lebanon, tetapi juga berpotensi menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam spiral kekerasan yang lebih luas.
Hizbullah Melemah Tapi Belum Takluk
Pasca mendapat serangan bertubi-tubi dari Israel dan sekutunya, Hizbullah, kelompok bersenjata yang dikenal sebagai salah satu kekuatan politik dan militer paling berpengaruh di Lebanon, kini berada dalam posisi sulit.
Setelah perang besar melawan Israel pada tahun 2024, kelompok yang didukung Iran itu kehilangan ribuan pasukan serta tokoh pentingnya.
Termasuk pemimpin tertinggi mereka, Hassan Nasrallah. Kekalahan tersebut membuat kekuatan Hizbullah menurun drastis, baik dari sisi militer maupun pengaruh politik di dalam negeri.
Namun, meski terpukul keras, Hizbullah belum benar-benar takluk.
Kelompok ini masih memiliki jaringan militer yang luas, sistem logistik yang terorganisir, dan dukungan finansial kuat dari Teheran.
Bantuan Iran memungkinkan mereka untuk tetap bertahan dan menjaga eksistensi di tengah tekanan internasional dan tuntutan dari pemerintah Lebanon untuk melucuti senjata.
Saat ini, Hizbullah mengaku berkomitmen terhadap gencatan senjata yang disepakati pada November 2024.
Mereka mengatakan tidak ingin memicu perang baru, tetapi menegaskan hak untuk membela diri jika Israel memperluas serangan ke wilayah Lebanon.
Bagi Hizbullah, komitmen gencatan senjata bukan berarti menyerah, melainkan strategi bertahan sambil menjaga posisi mereka di tengah kondisi politik yang rapuh.
Selain itu, Hizbullah menolak tekanan untuk melucuti semua senjatanya.
Mereka menegaskan bahwa kesepakatan pelucutan hanya berlaku di wilayah Lebanon selatan area yang berbatasan langsung dengan Israel bukan di seluruh wilayah negara tersebut.
Sikap ini menunjukkan bahwa Hizbullah masih ingin mempertahankan kekuatan militernya sebagai bentuk “jaminan keamanan” menghadapi potensi agresi dari Israel.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.