Kamis, 13 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pertahanan Udara Rusia Mulai Bocor, Ukraina Memanfaatkannya

Sejumlah pakar menilai sistem pertahanan udara Rusia mulai bocor. Pasukan Ukraina memanfaatkan celah ini untuk menyerang

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
X/Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina
TENTARA UKRAINA - Foto diambil dari akun media sosial resmi Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada 10 Maret 2025, menampilkan tentara dari Brigade Kholodny Yar ke-93 saat mengoperasikan peluncur granat SPG-9 di lokasi yang tidak disebutkan di Ukraina. Sejumlah pakar menilai sistem pertahanan udara Rusia mulai bocor, pasukan Ukraina memanfaatkan celah ini untuk menyerang 
Ringkasan Berita:
  • Pakar menilai sistem pertahanan udara Rusia mulai bocor
  • Rusia dinilai melemah setelah dua tahun berperang, ditambah adanya dugaan korupsi internal
  • Pasukan Ukraina memanfaatkan celah ini untuk menyerang


TRIBUNNEWS.COM –
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) melaporkan pada 9 November bahwa serangan rudal dan pesawat nirawak yang dilancarkan oleh lembaga tersebut, bersama angkatan bersenjata dan Direktorat Intelijen Militer (HUR), telah menimbulkan dampak yang semakin merusak bagi Rusia.

Namun, salah satu alasan keberhasilan tersebut, bukanlah kemampuan Ukraina sendiri, melainkan karena kapasitas pertahanan udara Rusia yang terus menurun, menurut Reuben F. Johnson, pakar sistem persenjataan dan teknologi pertahanan dari Casimir Pulaski Foundation, seperti dilansir nationalsecurityjournal.org.

Meski begitu, pasokan, jumlah, dan jenis senjata yang dimiliki Ukraina membuat negara itu belum dapat sepenuhnya mengeksploitasi kelemahan sistem pertahanan udara Rusia.

SBU melaporkan bahwa hampir 160 serangan berhasil dilakukan sepanjang 2025.

Sasaran utamanya adalah fasilitas ekstraksi dan pemurnian minyak.

Hingga saat ini, serangan-serangan tersebut menyebabkan kekurangan bahan bakar di seluruh Rusia serta penurunan kapasitas pemurnian minyak hingga 37 persen.

“Ini adalah target militer yang sah. Ekstraksi dan pemurnian minyak menyumbang sekitar 90 persen dari anggaran pertahanan Rusia. Itu adalah sumber petro-rubel kotor yang mendanai perang melawan kami,” kata Kepala SBU, Vasyl Maliuk, pada Jumat (31/10/2025).

TERBAKAR - Api membakar fasilitas kilang minyak utama Rusia di wilayah Orenburg dan salah satu produsen kimia terbesar Rusia, Jumat (3/10/2025) malam. Kilang minyak utama Rusia yang terletak 1.500 km dari perbatasan ini diserang drone Ukraina.
TERBAKAR - Api membakar fasilitas kilang minyak utama Rusia di wilayah Orenburg dan salah satu produsen kimia terbesar Rusia, Jumat (3/10/2025) malam. Kilang minyak utama Rusia yang terletak 1.500 km dari perbatasan ini diserang drone Ukraina. (Telegram/tangkap layar TMT)

Laporan dari dalam Rusia dan sumber-sumber Ukraina menunjukkan bahwa Moskow kini mati-matian mencari cara untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan tersebut.

Pada 4 November, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang yang memungkinkan pengerahan pasukan cadangan untuk melindungi infrastruktur penting, termasuk kilang minyak, dari serangan drone.

Masalah utama Rusia adalah minimnya teknologi tinggi dan sistem pertahanan udara canggih yang dapat memberikan efek signifikan, menurut Johnson.

Respons Rusia yang paling umum, dan sebagian besar bersifat improvisasi, adalah meningkatkan unit pertahanan udara bergerak.

Artinya, Rusia hanya mengandalkan pasukan biasa dengan senapan mesin yang dipasang di truk.

Baca juga: Ukraina Serang Kilang Minyak Rusia di Oblast, 37 Drone Berhasil Dicegat Moskow

Pengamat menyebut, langkah tersebut nyaris tidak efektif.

Citra seperti ini malah membuat Moskow dikecam karena tampak amatir dan tidak siap.

Simbol Kelemahan di Tengah Moskow

Sebuah foto yang memperlihatkan dua tentara Rusia berdiri di samping senjata antipesawat yang terpasang di belakang truk pikap, diparkir di dekat Kremlin, menjadi viral pada 26 Oktober 2025.

Foto itu beredar tepat setelah serangan drone besar-besaran Ukraina.

Foto tersebut, dipublikasikan oleh kanal-kanal Telegram pro-Kremlin dan langsung menjadi simbol perubahan arah perang Rusia–Ukraina, dari invasi ke tanah Ukraina menjadi perjuangan mempertahankan wilayah dalam negeri.

“Dari tiga hari untuk merebut Kyiv, menjadi dua orang yang mempertahankan Moskow. Memalukan,” tulis Meaghan Mobbs di akun X miliknya pada 27 Oktober.

Mobbs adalah seorang komentator politik sekaligus putri dari Utusan Khusus AS untuk Ukraina, Letjen Keith Kellogg.

TENTARA RUSIA - Tangkap layar cuitan viral yang memperlihatkan dua tentara Rusia berjaga di Kremlin.
TENTARA RUSIA - Tangkap layar cuitan viral yang memperlihatkan dua tentara Rusia berjaga di Kremlin. Sejumlah pakar menilai sistem pertahanan udara Rusia mulai bocor, pasukan Ukraina memanfaatkan celah ini untuk menyerang. (Tangkap layar X)

Kondisi Pertahanan Udara Rusia

Rusia sering dianggap sebagai kekuatan militer terkuat kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Namun, menurut sejumlah analis Rusia dan pejabat militer senior AS, korupsi, perang yang berlangsung hampir empat tahun, rotasi pasukan yang tak henti-henti, dan serangan berkelanjutan dari Ukraina, telah menggerogoti kekuatan garis depan Moskow.

Sistem pertahanan udara Rusia juga telah mengalami kerusakan signifikan, termasuk pada beberapa sistem tercanggihnya,

Hal itu membuat jaringan pertahanan udara mereka terlalu lemah untuk menahan gempuran drone Ukraina.

“Rusia telah kehilangan banyak sistem pertahanan udara selama dua tahun terakhir, jadi masuk akal jika kini terdapat banyak celah dalam jaringan pertahanan mereka yang memungkinkan serangan berhasil,” ujar Sascha Bruchmann, analis militer di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) di London, kepada Kyiv Independent.

George Barros, Kepala Tim Rusia dan Intelijen Geospasial (GEOINT) di Institute for the Study of War (ISW), Washington DC, menambahkan bahwa Rusia kini memusatkan sebagian besar pertahanan udaranya di sekitar garis depan Ukraina, sementara sisanya ditempatkan di instalasi strategis yang jauh di pedalaman.

“Setelah Anda melewati area awal di sekitar teater operasi di Ukraina, wilayah Rusia lainnya memiliki banyak celah dan kerentanan,”
ujar Barros kepada Kyiv Independent.

Ukraina kini memanfaatkan celah-celah tersebut hampir setiap minggu, bahkan setiap hari.

Dalam salah satu serangan besar, tepatnya pada bulan April lalu, drone berisi bahan peledak Ukraina menghantam pabrik utama pesawat nirawak Shahed di Yelabuga, Tatarstan, sekitar 1.000 kilometer dari perbatasan Ukraina.

Baca juga: Rusia Gempur dari Donetsk hingga Zaporizhzhia, Ukraina Balas di Krimea dan Bongkar Skandal Suap

Barros menyebut, serangan itu membuktikan bahwa jangkauan jaringan radar jarak jauh Rusia masih terbatas, sehingga kemampuan pasukan pertahanan udaranya untuk mencegat target berkecepatan rendah pun terbatas.

Moskow Dijaga Ketat

Situasi di Moskow berbeda. Ibu kota Rusia dan wilayah sekitarnya tetap menjadi area paling terlindungi, dengan lapisan-lapisan radar dan sistem rudal berteknologi tinggi.

“Pertahanan udara Rusia terkonsentrasi sangat tinggi di sekitar Moskow. Sulit bagi pesawat tanpa awak kami untuk mencapai pusat kota,” kata Oleksii, wakil komandan Ukraina yang memimpin empat unit pertahanan udara di sisi utara Kyiv.

Ia juga mengomentari foto dua tentara Rusia di depan Kremlin:

“Gambar dua tentara yang berdiri dengan senjata terpasang di pikap di depan Kremlin tidak masuk akal secara taktis. Kremlin, mausoleum, dan kru antipesawat bergerak bukanlah tempat yang tepat untuk menembak jatuh drone,” katanya.

“Kita tidak akan menembak di atas landmark budaya kita sendiri,” lanjut Oleksii.

“Tujuan mereka jelas, yakni meyakinkan rakyat Rusia bahwa simbol-simbol suci mereka, seperti Kremlin dan Lapangan Merah, dilindungi. Saya pikir ini lebih tentang membentuk narasi daripada pertahanan nyata.”

Rekap Perang Rusia-Ukraina

Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022 lalu.

Mengutip Global Conflict Tracker, hingga kini, Rusia masih menduduki sekitar 20 persen wilayah Ukraina setelah berhasil merebut lebih dari empat ribu kilometer persegi wilayah pada tahun 2024.

Rusia terus menggempur kota-kota di Ukraina, sementara Ukraina mempertahankan serangan drone terhadap kapal dan kendaraan militer Rusia.

Sejak Januari 2022, Ukraina telah menerima sekitar 407 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan, termasuk lebih dari 118 miliar dolar AS dari Amerika Serikat.

Pertempuran dan serangan udara telah menyebabkan lebih dari 40.000 korban sipil, sementara 3,7 juta orang mengungsi di dalam negeri dan 6,9 juta orang melarikan diri ke luar Ukraina.

Sekitar 12,7 juta orang kini membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Saat Amerika Serikat berupaya menegosiasikan akhir dari perang di Ukraina, pendekatan pemerintahan Donald Trump justru memperburuk ketegangan antara Kyiv dan Washington, serta memperlemah hubungan dengan sekutu-sekutu NATO.

Amerika Serikat menekan Ukraina untuk membuat sejumlah konsesi, termasuk mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.

Baca juga: Ukraina Bongkar Skema Suap Energi Bernilai 100 Juta Dolar AS, Zelensky Desak Hukuman Pidana

Presiden Donald Trump bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Anchorage, Alaska, pada 15 Agustus, dengan tujuan resmi untuk mencapai gencatan senjata dalam perang di Ukraina.

Namun, tidak ada kemajuan konkret yang diumumkan.

Trump mengatakan, “tidak ada kesepakatan sampai benar-benar ada kesepakatan.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved