Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Trump Tebar Ancaman ke Kartel Meksiko, Klaim Tahu Tiap Alamat Gembong Narkoba
Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan memperluas serangan militernya ke Meksiko untuk memerangi kartel narkoba.
Ringkasan Berita:
- Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal akan memperluas serangan militer terhadap kartel narkoba di Meksiko.
- Trump mengklaim AS kini telah menghentikan jalur perairan dan memiliki intelijen lengkap mengenai sindikat kejahatan tersebut.
- Bahkan, Trump mengklaim tahu alamat setiap gembong narkoba yang ada di Meksiko.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan bahwa ia dapat memperluas serangan militer terhadap kartel narkoba di Amerika Latin hingga mencakup wilayah Meksiko.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya fokus Gedung Putih terhadap operasi antinarkotika.
Dalam keterangannya kepada wartawan di Oval Office pada Senin (17/11/2025), Trump ditanya mengenai kemungkinan melancarkan serangan di Meksiko untuk menghentikan peredaran obat terlarang.
"Apakah saya akan meluncurkan serangan di Meksiko untuk menghentikan narkoba? Itu tidak masalah bagi saya."
"Saya sudah berbicara dengan Meksiko. Mereka tahu posisi saya," ujar Trump, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.
Presiden AS tersebut membenarkan bahwa ancaman narkoba telah menyebabkan "ratusan ribu" warga AS meninggal dunia.
Ia mengklaim AS kini telah menghentikan jalur perairan dan memiliki intelijen lengkap mengenai sindikat kejahatan tersebut.
"Kami tahu setiap rute. Kami tahu alamat setiap gembong narkoba. Kami tahu pintu depan mereka. Kami tahu segalanya tentang mereka semua," tegasnya.
Trump menggambarkan situasi tersebut sebagai "perang", mengingat kartel-kartel tersebut membunuh warga Amerika dengan obat-obatan seperti kokain, heroin, metamfetamin, dan fentanil.
Pernyataan Trump ini disampaikan hanya dua minggu setelah NBC, mengutip dua pejabat pemerintah, melaporkan bahwa Gedung Putih tengah mempersiapkan tahap awal operasi darat di Meksiko yang akan dijalankan bersama badan intelijen AS.
Operasi tersebut dilaporkan akan berfokus pada serangan pesawat tak berawak yang menargetkan laboratorium obat bius dan anggota kartel.
Baca juga: Operasi Anti-Narkoba AS Makin Agresif, Trump Isyaratkan Gempur Kartel Meksiko
Sejak kembali menjabat pada Januari 2025 lalu, Trump telah memanfaatkan perintah eksekutif dan celah hukum untuk membenarkan tindakan militer tanpa persetujuan Kongres.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah menunjuk enam kartel narkoba sebagai "organisasi teroris asing", yang memungkinkan Gedung Putih menjustifikasi serangan militer atas dasar keamanan nasional.
Sejak September, pemerintahan Trump telah melancarkan setidaknya 20 serangan terhadap kapal-kapal yang dituduh mengangkut narkoba di Karibia dan Pasifik, menewaskan sedikitnya 80 orang.
Administrasi Trump menyebut serangan ini sebagai "konflik bersenjata non-internasional" yang ditujukan kepada "narkoteroris" dan "kombatan melanggar hukum", menghidupkan kembali konsep kontroversial yang pertama kali digunakan selama "perang melawan teror" Presiden George W. Bush.
Perangi Venezuela, Cap Geng Narkoba Maduro Teroris
Selain Meksiko, Trump juga memerangi kartel narkoba di Venezuela.
Bahkan, Trump mengumumkan rencana untuk menetapkan kelompok narkoba Venezuela, Cartel de los Soles (Kartel Matahari) sebagai Organisasi Teroris Asing (OTA).
Trump menuduh geng tersebut dipimpin oleh Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
Keputusan ini disampaikan di tengah peningkatan tekanan militer AS di Karibia, namun dibarengi dengan sinyal negosiasi yang kontradiktif dari Gedung Putih.
Dikutip dari The Guardian, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio mengumumkan langkah untuk menargetkan kelompok yang sudah dilarang ini.
"Dipimpin oleh Nicolas Maduro yang tidak sah, kelompok ini telah merusak institusi pemerintahan di Venezuela dan bertanggung jawab atas kekerasan teroris yang dilakukan oleh dan bersama dengan OTA lainnya, serta menyelundupkan narkoba ke Amerika Serikat dan Eropa," cuit Rubio.
Penetapan Kartel Matahari sebagai OTA direncanakan berlaku mulai 24 November.
Pengumuman ini memicu kegembiraan di kalangan penentang keras Maduro, yang menafsirkannya sebagai bukti bahwa Washington bersiap mengintensifkan upaya untuk memaksa pemimpin otoriter Amerika Selatan tersebut mundur.
Namun, harapan tersebut seketika diredam tak lama setelah pernyataan Rubio.
Baca juga: Hamas Tolak Rencana Presiden Trump untuk Gaza yang Disetujui DK PBB
Presiden Trump justru mengisyaratkan bahwa ia mungkin siap untuk bernegosiasi dengan perwakilan Maduro.
"Kami mungkin akan melakukan beberapa pembicaraan dengan Maduro, dan kami akan melihat hasilnya. Mereka ingin berbicara," kata Trump kepada wartawan.
Ketika ditanya apakah ia akan mengesampingkan pengerahan pasukan AS di Venezuela, Trump menjawab dengan tegas, “Tidak, saya tidak mengesampingkan hal itu”.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.