Ramadan 2019
Tak Sebugar Dulu, Bolehkah Penyintas Kanker Seperti Ani Yudhoyono Berpuasa? Yuk Simak Fakta Medisnya
Sejak divonis kanker darah, kini kondisi kesehatan Ani Yudhoyono tak dipungkiri tak lagi sebugar sebelumnya. Bisakah istri SBY ini berpuasa?
Penulis:
Anita K Wardhani
Penurunan berat badan hanyalah salah satu manfaat dari puasa untuk orang dewasa yang sehat. Penelitian pada hewan baru-baru ini dan beberapa percobaan manusia telah menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan risiko kanker atau penurunan tingkat pertumbuhan kanker.
Studi menunjukkan puasa bermanfaat bagi penderita kanker, di antaranya:
Baca: Wajah Ani Yudhoyono Lebam, Tubuhnya Berubah, Sutopo Beri Resep Ini untuk Kurangi Efek Kemoterapi,
Menurunkan produksi glukosa darah
Sel punca dipicu untuk meregenerasi sistem kekebalan tubuh
Asupan gizi seimbang
Meningkatkan produksi sel-sel pembunuh kanker
Dalam satu studi tentang waktu selama 9 jam puasa, ditunjukkan dapat mengurangi perkembangan obesitas dan diabetes tipe 2 pada tikus. Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk kanker yang dapat mendukung puasa untuk mengobati kanker.
Studi kedua pada tikus menunjukkan bahwa diet dua kali berpuasa dua bulanan mengurangi risiko kanker. Hasilnya serupa dalam uji coba oleh ilmuwan yang sama dengan 19 manusia. Ini menunjukkan penurunan biomarker dan faktor risiko untuk kanker.
Dalam sebuah studi 2016, penelitian menunjukkan puasa dan kemoterapi gabungan memperlambat perkembangan kanker payudara dan kanker kulit.
Metode pengobatan gabungan menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak sel progenitor limfoid umum (CLP) dan limfosit infiltrat tumor. CLP adalah sel-sel prekursor untuk limfosit, yaitu sel-sel darah putih yang bermigrasi ke tumor dan dikenal untuk membunuh tumor.
Penelitian yang sama mencatat kelaparan jangka pendek membuat sel kanker sensitif terhadap kemoterapi sekaligus melindungi sel normal dan juga meningkatkan produksi sel induk.
Puasa menghasilkan sel sehat
Peneliti berbasih di University of Southern California, telah melakukan serangkaian studi bagaimana 2-4 hari berpuasa pada tikus dan manusia bisa menghasilkan sel-sel sehat.
Penelitian menemukan bahwa pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan lebih bertahan pada efek samping yang melelahkan setelah mereka diharuskan menjalankan puasa periodik.
Studi tersebut menunjukkan, mereka yang berpuasa lebih mampu menghasilkan sel-sel induk hematopoietik – sel punca sangat berpotensi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh – dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh.
Mereka juga telah menemukan bahwa puasa dapat menurunkan tingkat IGF-1, hormon pertumbuhan yang terkait dengan faktor penuaan, perkembangan tumor, dan risiko kanker.
Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang berpuasa selama 72 jam sebelum pengobatan akan mengalami toksisitas lebih rendah dan efek lebih ringan pada sumsum tulang dari kemoterapi.

Puasa Perkecil Efek Kemoterapi
Para ilmuwan yang melakukan penelitian tentang Ibadah Puasa, menemukan bahwa ternyata puasa memicu regenerasi sel dan ampuh melawan sel kanker.
Kepala Departemen Kesehatan dan Urusan Terapi Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Dr Mashhor Al-Hantoushi, menyampaikan kepada Arab News, Senin (6/7/2015), penelitian medis menemukan puasa bisa memperlambat pertumbuhan kanker payudara, kanker kulit melanoma, kanker otak glioma dan neuroblastoma, dan kanker yang terbentuk di jaringan saraf.