Virus Corona
Apa Itu Varian C.1.2? Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Afsel, Ini yang Perlu Diketahui
Varian baru Covid-19 kembali ditemukan di Afrika Selatan. Diberi kode C.1.2, ini yang kita ketahui tantang varian ini
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Ketika varian Delta Covid-19 terus menyebar, para peneliti mengidentifikasi varian baru lagi, yaitu varian C.1.2.
Sejak Mei 2021, sekitar 100 kasus C.1.2 telah dilaporkan, terutama di Afrika Selatan serta tujuh negara lain di Afrika, Asia, dan Pasifik, menurut CNN.
Masih banyak yang belum diketahui tentang mutasi khusus ini.
Misalnya, belum jelas apakah varian C.1.2 yang baru lebih berbahaya atau dapat ditularkan daripada varian Covid-19 lain yang lebih banyak diteliti, atau apakah varian ini akan mengalahkan Delta sebagai varian dominan.
Baca juga: Satgas: Waspada, Varian Baru Virus Covid-19 Muncul Saat Terjadi Lonjakan Kasus
Baca juga: WHO Pantau Varian Baru Covid-19 Bernama Mu, Ada Risiko Resistensi pada Vaksin
Para ahli terus mempelajari lebih lanjut tentang hal itu.
Dilansir Health.com, inilah yang perlu diketahui tentang varian C.1.2.
Apa yang peneliti ketahui tentang varian C.1.2 COVID-19?
Sekali lagi, belum banyak yang diketahui tentang varian C.1.2 dan bagaimana perbandingannya dengan varian lain, seperti Alpha dan Delta.
Amesh A. Adalja, MD, seorang sarjana senior di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health's Center for Health Security mengatakan kepada Health bahwa C.1.2 pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada bulan Juli tahun ini..
Meski varian baru ini memiliki mutasi yang mirip dengan variasi lain, tetapi tidak serta merta memprediksi bagaimana varian ini akan berperilaku (misalnya, apakah ia menyebar lebih mudah).
Kevin McCarthy, PhD, asisten profesor mikrobiologi dan genetika molekuler di Pusat Penelitian Vaksin Universitas Pittsburgh, mengatakan kepada Health bahwa terlalu dini untuk mengetahui hal-hal ini.
"Ada potensi penularan yang lebih besar, tetapi itu tergantung pada bagaimana semua mutasi ini bermain bersama," katanya.
Selain itu, belum ada bukti bahwa jenis ini akan menyebabkan gejala yang berbeda atau lebih parah, menurut Dr. Adalja.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan apa pun selain demografinya dan apakah varian ini memiliki kelompok mutasi yang serupa," katanya.
Ia menambahkan bahwa faktor terpenting dalam mutasi saat ini atau di masa depan adalah bagaimana mereka mengubah fungsi virus, dan bagaimana mereka membandingkannya terhadap varian Delta.
Haruskah kita khawatir tentang varian C.1.2 COVID-19?
Dr Adalja mengatakan, sejauh ini tidak ada alasan untuk lebih mengkhawatirkan varian C.1.2 dibandingkan varian lainnya.
Varian C.1.2 belum terdaftar sebagai Variant of Interest apalagi Variant of Concern.
Sesuatu yang penting untuk dipahami adalah bahwa virus tetap hidup dengan bermutasi.
Ditambah lagi, katanya, tidak mungkin C.1.2 akan mengalahkan Delta sebagai strain dominan.
"Virus bersaing untuk menginfeksi inang, dan varian Delta tampaknya menjadi versi virus 'paling cocok' yang pernah kami lihat," katanya.
Itu sebabnya Delta sepenuhnya mengambil alih varian Alpha — varian awal COVID-19 — sebagai varian utama.
"Pada dasarnya, jika Anda terinfeksi pada titik ini, itu kemungkinan varian Delta."
Agar varian baru dapat mengalahkan Delta, ia harus memiliki beberapa ciri utama.
Joshua LaBaer, PhD, MD, direktur eksekutif Biodesign Institute di Arizona State University, mengatakan kepada Health ada beberapa komponen yang menyebabkan mutasi menjadi dominan.
Varian Beta — mutasi pertama COVID-19 yang ditemukan di Afrika Selatan pada tahun 2020 — lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan daripada jenis aslinya.
LaBaer menjelaskan bahwa meski varian Delta tidak selalu baik dalam menghindari sistem kekebalan, varian Delta lebih kuat untuk mengalahkan virus lain.
"Jika mutasi baru memiliki elemen Delta dan Beta, itu bisa menjadi masalah," kata Dr. LaBaer.
Kabar baiknya adalah, para peneliti menangkap varian C.1.2 ini lebih awal, jauh lebih awal dari varian COVID-19 lainnya.
Sementara strain sebelumnya sudah beredar luas ketika para ilmuwan mulai menelitinya, McCarthy mengatakan para peneliti mulai mengkarakterisasi mutasi C.1.2 saat baru ada 100 kasus yang tercatat.
"Jika Anda dapat memahami sesuatu tentang virus, Anda dapat mencegah penyebarannya ke titik tertentu, sebelum menjadi masalah," katanya.
"Ini sebenarnya contoh yang sangat bagus dari publik yang memperhatikan sains dengan sebaik-baiknya."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)