Mengenal Terapi Penyembuhan Sengat Lebah yang Digeluti Guru MAN 1 Brebes
Lebah-lebah hidup yang di gunakan untuk menyengat badan pasien adalah lebah ternakannya sendiri yang membuat sarang di bawah genting rumahnya.
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Terapi penyembuhan penyakit dengan sengat lebah kini menjadi metode alternatif baru yang diminati masyarakat untuk mendapatkan kesembuhan.
Terapi dengan menyengatkan lebah hidup ke bagian badan tertentu pasien ini diperkenalkan oleh Tejo Asmoro, warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang sehari-hari berprofesi sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Brebes.
Terapi penyembuhan ini dijalankan Tejo Asmoro di kediamannya di Jalan Ki Hajar Dewantoro, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.
Lebah-lebah hidup yang di gunakan untuk menyengat badan pasien adalah lebah ternakannya sendiri yang membuat sarang di bawah genting rumah Tejo Asmoro.
Setiap ada pasien yang datang ke rumahnya minta diterapi sengat lebah, Tejo Asmoro memungut satu per satu lebah hidup langsung dari sarangnya.
Jari-jarinya yang terampil menangkap lebah yang berkerumun di sarangnya.
Salah satu pasien yang merasakan terapi sengatan lebah ini adalah Wahyu Khonifah, warga Kelurahan Tegalsari. Tejo mendekatkan tawon hidup ke kulit pasien agar menyengat ke titik tertentu yang diinginkan.
Bukan tawon madu atau tawon biasa yang dia pakai tapi tawon kertas (polistes) yang dia gunakan. Di masyarakat Jawa, lebah jenis ini biasa disebut tawon ndas.
Sengatan tawon ini terasa panas di kulit selama berjam-jam bagi orang biasa yang terkena sengatannya.

"Ini pengobatan terapi tawon endas atau dikenal juga tawon kertas atau tawon polistes. Pasien saya yang sedang diobati ini memiliki keluhan kelenjar tiriod," kata Tejo kepada Tribunjateng, Jumat (23/5/2025).
Bagi Tejo, budidaya lebah maupun tawon bukanlah hal yang baru baginya. Dia sudah 23 tahun menggeluti budidaya lebah dan terapi sengat lebah, sejak 2002. Usianya saat ini 58 tahun.
Terapi pengobatan sengat tawon ndas ini dia jalani di sela aktivitasnya mengajar.
Meski di lingkungan perkotaan, dia mengubah lingkungan rumahnya menjadi tempat budidaya lebah dan tawon dengan menanam banyak tumbuhan.
"Saya memulai ternak lebih pada 2002 untuk saya manfaatkan hasil madu dan sengat lebahnya," ingatnya.
Tejo masih ingat betul, awal mula menggeluti budidaya lebah saat anak ketiganya lahir prematur dengan berat badan sekira 1,2 kilogram.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.