Minggu, 17 Agustus 2025

Biopsi Kanker Payudara Jadi Langkah Penting Menuju Pengobatan yang Tepat

Berkat kemajuan teknologi medis, biopsi kini tak lagi identik dengan rasa sakit atau tindakan pembedahan besar.

Penulis: Eko Sutriyanto
Istimewa
Ayo lakukan deteksi dini Kanker payudara bisa dengan melakukan SADARI atau perikSA payuDAra sendiRI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendengar kata “biopsi” kerap memicu kecemasan.

Namun, prosedur ini justru menjadi kunci penting dalam menentukan pengobatan kanker payudara yang tepat dan personal. 

Berkat kemajuan teknologi medis, biopsi kini tak lagi identik dengan rasa sakit atau tindakan pembedahan besar.

Baca juga: Positif Kanker Payudara, Nunung Bersyukur Lihat Hasil Biopsi: Masih Stadium Ringan

Dr. Farida Briani, Sp.B (K) Onk, Dokter Spesialis Bedah Onkologi mengatakan, biopsi bukan sekadar langkah awal diagnosis, tapi juga bagian penting dalam menyesuaikan pengobatan yang paling tepat untuk setiap individu.

Melalui biopsi, dokter dapat memastikan apakah sel-sel yang ditemukan bersifat ganas serta memahami karakter biologis kanker, termasuk ekspresi penanda tumor seperti ER, PR, HER2, dan Ki-67.

"Hasil ini membantu menentukan subtipe kanker payudara—seperti luminal A, luminal B, HER2-type, dan triple-negative breast cancer (TNBC)—yang menjadi dasar pemilihan terapi," kata Farida dalam keterangannya, Rabu (11/6/2025).

Baca juga: Hasil Biopsi Akan Keluar, Nunung Pasrah, Tapi Masih Berharap Itu Bukan Kanker

Menurut Pendiri Yayasan Smart Pink Indonesia ini, rebiopsi bisa diperlukan jika terjadi perubahan selama atau setelah terapi.

“Rebiopsi dilakukan untuk mengetahui apakah karakteristik kanker masih sama atau sudah berubah, karena perubahan ini bisa memengaruhi strategi pengobatan selanjutnya,” jelasnya.

Mengutip panduan National Comprehensive Cancer Network (NCCN), sifat biologis tumor memang dapat berubah seiring waktu atau setelah terapi sistemik.

Oleh karena itu, strategi pengobatan perlu disesuaikan kembali berdasarkan hasil rebiopsi.

Dr. Farida mengimbau pasien agar tidak takut menjalani prosedur biopsi, termasuk rebiopsi.

Saat ini, teknologi medis telah memungkinkan prosedur yang lebih minim invasif dan nyaman.

“Sebagian besar biopsi bisa dilakukan tanpa operasi terbuka, cukup dengan jarum halus yang dipandu teknologi pencitraan seperti USG, mamografi, atau MRI. Dari segi biaya pun lebih efisien, hanya sekitar seperempat hingga setengah dari biaya operasi terbuka,” paparnya.

Menurut National Breast Cancer Foundation, Inc., terdapat empat jenis utama biopsi pada kanker payudara:

Fine-needle aspiration (FNA): Menggunakan jarum halus untuk menyedot cairan dari benjolan, terutama jika dicurigai sebagai kista. Bisa dibantu USG dan dilanjutkan dengan pemeriksaan FNAB jika perlu analisis seluler.


Core-needle biopsy: Menggunakan jarum berongga untuk mengambil sampel jaringan padat. Dilakukan dengan anestesi lokal dan bisa dipandu USG, rontgen, atau secara manual. Efek sampingnya lebih ringan dibandingkan biopsi bedah.


Skin punch biopsy: Dilakukan jika terdapat ruam atau kemerahan pada kulit payudara yang tidak terkait infeksi atau alergi, untuk mendeteksi kemungkinan inflammatory breast cancer (IBC).


Surgical biopsy: Melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh benjolan dan jaringan sekitarnya. Prosedur ini dilakukan di rumah sakit dengan anestesi lokal atau umum.


Pemilihan jenis biopsi sangat bergantung pada kondisi masing-masing pasien.

Dokter akan mempertimbangkan usia, riwayat kesehatan, ukuran dan lokasi benjolan, serta hasil pencitraan.

"Dengan pendekatan yang tepat, biopsi kini menjadi prosedur yang aman, nyaman, dan akurat—membantu memastikan pasien mendapat diagnosis dan terapi yang sesuai sejak awal," katanya.

Farida mengingatkan agar pasien tetap tenang namun waspada saat mengetahui adanya benjolan di payudara. 

“Dari semua kelainan payudara, hanya sekitar 10 persen yang terbukti kanker. Jadi jangan panik, tapi juga jangan abai,” tegasnya.

Data dari Breast Cancer Research Foundation menyebutkan hanya 3–6?njolan yang bersifat ganas, sementara menurut Stony Brook Cancer Center, sekitar 80?njolan yang diperiksa melalui biopsi ternyata tidak berbahaya.

Karena itu, langkah terbaik saat menemukan kelainan di payudara adalah segera berkonsultasi dengan tenaga medis dan evaluasi yang tepat akan memberikan kejelasan dan ketenangan.

Farida juga menekankan pentingnya pemahaman dasar tentang kanker payudara, mulai dari jenis, subtipe, hingga pilihan terapi.

"Pengetahuan ini akan membuat pasien merasa lebih siap, percaya diri, dan terlibat aktif dalam proses pengobatan,' katanya.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan