Peringatan ASEAN Dengue Day 2025, Perkuat Komitmen Capai Target Nol Kematian Akibat DBD pada 2030
Dengue ancam nyawa sepanjang tahun. Kasus melonjak, vaksinasi dan 3M Plus jadi kunci cegah kematian akibat DBD.
Penulis:
Anita K Wardhani
Editor:
Glery Lazuardi
Seminar tersebut menegaskan pentingnya penguatan peran tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan.
Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A. Subsp.Inf.P.T (K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat, dalam sambutannya menyatakan, jika target ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada Tahun 2030’ adalah sebuah komitmen global yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) dan diadopsi oleh Indonesia melalui Strategi Nasional (Stranas) Penanggulangan Dengue.
"Untuk mencapainya, kita harus serius memperkuat upaya pencegahan, terutama melalui pengendalian vektor dan pemanfaatan metode yang inovatif seperti Wolbachia dan vaksinasi," kata dr. Anggraini.
Menurutnya, dengue bukanlah penyakit yang bisa dianggap enteng karena seseorang dapat terinfeksi virus dengue lebih dari sekali, dan infeksi kedua berisiko lebih parah.
Hal ini karena virus dengue terdiri dari empat serotipe.
Jadi, riwayat pernah terjangkit virus dengue tidak membuat seseorang kebal terhadap virusnya.
Oleh karena itu, di dalam Stranas Penanggulangan Dengue, pengendalian vektor menjadi salah satu fokus yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan-gerakan seperti 3M Plus dan 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J).
Di sisi lain, yang tidak kalah penting adalah memperkuat sistem imun tubuh terhadap virus dengue melalui penggunaan langkah intervensi inovasi.
"Karena kita tidak pernah tahu kapan dan di mana akan terkena gigitan nyamuk,” jelasnya.
Baca juga: Tekan Angka Kasus Dengue di Minahasa Utara, Vaksinasi DBD Difokuskan untuk Anak Usia SD
Sementara itu, Dr. dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A. Subsp.Inf.P.T (K), MCTM (Trop Ped), dokter spesialis anak sekaligus salah satu pembicara dalam seminar ilmiah ini menyoroti sejarah penggunaan metode inovatif seperti vaksinasi yang sudah berlangsung sangat lama.
Penggunaan vaksin untuk pencegahan penyakit bukanlah hal baru. Vaksin telah digunakan selama lebih dari 200 tahun, tepatnya sejak vaksin pertama kali dikembangkan untuk melindungi dari cacar pada tahun 1796. Di mana, saat itu cacar merupakan penyakit yang memakan banyak korban jiwa dan menimbulkan dampak besar pada peradaban manusia.
Imunisasi saat ini mencegah 3,5 juta hingga 5 juta kematian setiap tahun akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), influenza, dan campak.
"Walaupun vaksin tidak membuat seseorang kebal terhadap penyakit, tetapi vaksinasi dapat menurunkan tingkat keparahan apabila terjangkit. Seseorang yang telah divaksinasi tidak hanya melindungi dirinya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, vaksinasi dapat memutus mata rantai penyebaran penyakit," jelasnya.
Prof. Dr. Edi Hartoyo,dr,Sp.A Subsp.Inf.P.T (K), dokter spesialis anak yang juga menjadi salah satu pembicara dalam seminar ini menjelaskan Indonesia merupakan negara endemik dengue dengan kasus dengue tertinggi di Asia.
Hal ini menjadikan pencegahan dengue sangat penting dilakukan terutama untuk melindungi populasi dengan risiko lebih tinggi terhadap infeksi dengue.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.