Sabtu, 23 Agustus 2025

Cegah Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis C Sejak Dini dengan Pemeriksaan IMS

IMS atau Infeksi Menular Seksual adalah penyakit yang utamanya ditularkan melalui hubungan seksual. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
freepik.com
PENYAKIT KELAMIN - Ilustrasi terkena infeksi menular seksual (IMS). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus IMS di Indonesia melonjak dalam tiga terakhir, khususnya pada kelompok remaja usia 15 hingga 19 tahun.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) menjadi langkah penting yang perlu diperhatikan semua kalangan, khususnya bagi pasangan yang akan menikah. 

Pemeriksaan IMS bertujuan mencegah penularan penyakit seksual seperti HIV, sifilis, hingga hepatitis C.

Hal ini diungkapkan oleh dr. Alessandro Alfieri, M.Med.Sc., Sp.D.V.E dari Rumah Sakit Sardjito. 

Dr. Alfieri menjelaskan bahwa IMS atau Infeksi Menular Seksual adalah penyakit yang utamanya ditularkan melalui hubungan seksual. 

Baca juga: Targetkan Eliminasi HIV dan IMS Tahun 2030, Kasus Sifilis Meningkat di Kelompok Usia Muda

Dalam istilah internasional, IMS disebut Sexually Transmitted Diseases (STD). Penyakit ini juga bisa menular lewat kontak darah.

"IMS itu sesuai namanya, berarti itu adalah penyakit-penyakit yang memang ditularkan utamanya lewat kontak seksual. Tapi tidak sedikit juga yang lewat kontak darah," ungkapnya dalam talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Rabu (2/6/2025). 

Gejala IMS bisa berupa cairan yang keluar dari kelamin (discharge), luka yang tidak terasa sakit, hingga munculnya kutil kelamin. 

Salah satu penyakit yang umum dalam kelompok IMS adalah sifilis.

Sifilis, dari Luka Hingga Risiko Serius

Kasus sifilis disebut sedang meningkat, khususnya pada kelompok usia remaja dan dewasa muda. 

Sifilis umumnya diawali dengan luka di area yang bersentuhan saat kontak seksual, baik di kelamin, mulut, maupun anus.

Yang mengejutkan, luka akibat sifilis biasanya tidak terasa nyeri. 

"Kalau lukanya sifilis ini biasanya nggak nyeri. Sehingga kalau nggak nyeri itu orang sering nggak tau kalau ada luka di kelaminnya," jelas Dr. Alfieri.

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, sifilis bisa berkembang menjadi sifilis laten yang tidak menimbulkan gejala tapi tetap aktif dalam tubuh dan berlanjut ke sifilis tersier.

Pada tahap ini, sifilis bisa menyerang otak, jantung, hingga sumsum tulang belakang. 

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa semua orang yang memiliki perilaku seksual berisiko berpotensi terkena IMS. 

Kelompok rentan antara lain adalah pekerja seks, kelompok LSL (lelaki seks dengan lelaki), anak-anak, serta narapidana.

"Kalau siapa aja yang beresiko sebenarnya semua orang yang melakukan perilaku beresiko pasti beresiko," ucapnya.

Perilaku berisiko meliputi memiliki lebih dari satu pasangan seksual, berhubungan dengan pekerja seks, serta memiliki pasangan dengan perilaku seksual berisiko tinggi. 

Selain itu, penggunaan jarum suntik bersama dan penularan dari ibu ke anak selama kehamilan juga menjadi jalur penyebaran yang perlu diwaspadai.

Kapan Harus Periksa?

Deteksi dini menjadi kunci penting dalam menangani IMS. Pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan jenis IMS yang mungkin diderita. 

Misalnya, gonore atau kencing nanah bisa menunjukkan gejala dalam dua minggu, sementara sifilis bisa butuh waktu hingga tiga bulan setelah paparan pertama untuk muncul hasil positif dalam pemeriksaan.

"Ketika kita tahu kita beresiko dan memang kita akan beresiko terus, paling bagus memang harus diceknya setiap tiga sampai enam bulan sekali untuk pemeriksaan IMS-nya," imbuhnya.

Pencegahan dan Pemeriksaan Gratis di Puskesmas

Sebagai langkah preventif, pemerintah telah menyediakan program pemeriksaan triple elimination di puskesmas secara gratis, khususnya untuk ibu hamil di trimester pertama. 

Pemeriksaan ini meliputi tes HIV, sifilis, dan hepatitis B guna mencegah penularan ke bayi.

Dengan meningkatnya kesadaran dan akses terhadap pemeriksaan IMS, diharapkan masyarakat dapat lebih dini mengetahui status kesehatannya dan menurunkan risiko penularan penyakit seksual di lingkungan sekitar.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan