Minggu, 7 September 2025

Cerita Dokter Spesialis Saraf Penyintas Myasthenia Gravis: Bukan Sial, Tapi Special Edition

Tak banyak yang tahu, bahwa Dr. dr. Zicky Yombana, bukan hanya seorang dokter spesialis neurologi, tapi juga seorang penyintas Myasthenia Gravis (MG).

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/ Aisyah
DISKUSI KESEHATAN - Dokter Spesialis Saraf RS Brawijaya Saharjo Zicky Yombana, SpS dalam diskusi kesehatan (Health Talk) yang mengangkat tema "Myasthenia Gravis: Lebih dari Sekadar Lelah" bersama di Jakarta Selatan, Sabtu (12/7/2025). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak banyak yang tahu, bahwa Dr. dr. Zicky Yombana, bukan hanya seorang dokter spesialis neurologi, tapi juga seorang penyintas Myasthenia Gravis (MG), penyakit autoimun yang memengaruhi kekuatan otot.

Perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan melawan penyakit yang dideritanya sendiri menjadi kisah inspiratif, bukan hanya bagi pasien MG, tapi juga tenaga kesehatan yang menghadapi kenyataan serupa.

Baca juga: Berawal Kelopak Mata Turun, Ini Kisah Tata yang Mengalami Autoimun Langka

Cerita itu bermula tahun 2012, saat dirinya sedang menempuh pendidikan dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).  

Kala itu, karena tekanan akademik dan kelelahan, ia mulai merasakan gejala tak biasa.

“Waktu itu saya mau jaga malam, kok tiba-tiba mata saya kaya gremet-gremet gitu loh. Kayak mau turun, cuma saya mau lawan, saya naikin lagi. Nanti mau turun, saya naikin lagi, jadi kaya kendutan,” ceritanya dalam acara Health Talk bersama Yayasan Miastenia Gravis Indonesia (YMGI) dan Menarini di Jakarta Selatan, Sabtu (12/7/2025). 

Meski sempat menyangkal, nalurinya sebagai calon dokter spesialis saraf membuatnya curiga. 

Ia pun memeriksakan diri dan akhirnya mendapatkan diagnosis MG dengan cukup cepat, sebuah keistimewaan yang menurutnya tidak banyak dimiliki pasien autoimun lain.

“Alhamdulillah ya. Karena kita tahu, berapa banyak orang di luar sana yang diagnosis sangat terlambat. Ya harus jadi shopping dokter dulu. Tapi ternyata Alhamdulillah, ketemu cepat,” lanjutnya.

Namun perjalanan setelah diagnosis tidak mudah. 

Ia harus berdamai dengan keterbatasan fisik, tekanan sosial, dan perasaan terisolasi. 

Bahkan saat ujian nasional dokter spesialis, panitia menyediakan ambulans khusus hanya untuknya. 

Tidak menyerah, ia justru menjadikan diagnosis MG sebagai titik balik.

Dr Zicky mengubah cara pandang terhadap hidup dan karir. 

“Kalau dari satu banding sekian ratus ribu, kenapa saya? Berarti saya special edition. Bukan saya sial,” tegasnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan