Waspada Dengue Shock Syndrome saat Anak DBD, Berikut Saran Mencegahnya dari Dokter
Kondisinya ditandai dengan gangguan sirkulasi dan penurunan tekanan darah drastis bahkan bisa berujung fatal.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak-anak rentan alami demam berdarah dengue (DBD) tinggi.
Bahkan sampai terinfeksi Dengue Shock Syndrome (DSS).
Dokter Spesialis Anak – Konsultan Neurologi, dr. Atilla Dewanti, SpA(K) mengatakan, DSS merupakan komplikasi serius dari demam berdarah dengue (DBD) yang tidak ditandai dengan baik.
Baca juga: Vaksinasi Perlu Dilakukan 2 Kali di Tengah Melonjaknya Kasus DBD, Berikut Penjelasan Dokter
Kondisinya ditandai gangguan sirkulasi dan penurunan tekanan darah drastis bahkan bisa berujung fatal.
"Ini kasusnya juga banyak terjadi pada anak-anak," kata dia ditulis di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Sayangnya kata dia, banyak orang tua yang belum paham dan sadar, gejala atau tanda saat anak terkena DBD.
Sehingga membuat anak berisiko alami DSS.
Gejala DBD bisa mirip flu yaitu demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit.
"Anak-anak paling berisiko mengalami dampak serius jika terinfeksi. Jika tidak dikenali dan ditangani sejak awal bisa DSS," urai Dokter Atilla.
Angka kematian akibat dengue tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja.
Sebagai orang tua, tidak bisa hanya pasrah saat anak sakit, harus proaktif.
Karena itu, ia menyarankan bagi orangtua untuk melakukan langkah pencegahan dengan 3M Plus yang rutin dan penggunaan vaksinasi.
Saat ini vaksinasi dengue telah direkomendasikan penggunaannya baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.
"Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter,” paparnya.
Mengutip data Kemenkes RI, kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-14 tahun.
Ditambahkan Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht, setiap tahun, ribuan keluarga di Indonesia harus menghadapi kondisi dengue, dan yang paling berat adalah ketika anak-anak menjadi korbannya.
Pihaknya bersama pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, media, dan masyarakat—untuk mewujudkan tujuan bersama: Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030.
DBD bukan penyakit musiman, virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya.
Bahkan, seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4).
Anak-anak Sekolah Dasar di Kukar Mulai Diberi Vaksinasi Dengue, Efektifkah Cegah Infeksi DBD? |
![]() |
---|
Peringatan ASEAN Dengue Day 2025, Perkuat Komitmen Capai Target Nol Kematian Akibat DBD pada 2030 |
![]() |
---|
DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus |
![]() |
---|
Ada Lebih dari 1.400 Kasus Kematian Akibat DBD dalam Setahun, Pemerintah Susun Strategi Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.