Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Epidemiolog: Jika Ada Pelajar Alami Masalah Kesehatan Harus Segera Dirujuk ke RS
Salah satu tantangan terbesar dari program CKG ini adalah minimnya tindak lanjut setelah deteksi dini. Jika ada masalah kesehatan harus segera dirujuk
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk pelajar tingkat SD hingga SMA seluruh Indonesia dimulai Senin (4/8/2025) besok.
Baca juga: Cek Kesehatan Gratis Pelajar SD Hingga SMA Dimulai Besok, Pakar Ingatkan Soal Etika dan Privasi
Terkait program yang akan diadakan esok hari, Pakar Epidemiologi Griffith University Australia, dr. Dicky Budiman M.Sc Ph.D ingatkan ada bahaya laten yang selama ini luput dari pantauan, kadar gula darah anak.
Menurutnya, tren pola makan anak-anak Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Bukan hanya karena kebiasaan jajan yang tidak sehat, tapi juga karena paparan terus-menerus terhadap makanan dan minuman berkadar gula tinggi.
“Ini masalah angka gula darah dalam tubuh anak ini,” ujar Dicky dalam keterangannya, Minggu (3/8/2025).
Ia menekankan bahwa gula adalah 'mother of disease', pemicu utama berbagai penyakit metabolik. Dan hal ini semakin sulit dikendalikan karena konsumsi minuman kemasan dan junk food di kalangan pelajar terus meningkat.
Lebih lanjut, Dicky berbagi pengalamannya saat melakukan kunjungan ke China beberapa waktu lalu. Di negara tersebut, ia menyaksikan secara langsung bagaimana pemerintah menerapkan program bebas minuman bergula (sugary drink-free) di sekolah-sekolah.
“Mereka punya program untuk sekolah itu free untuk sugary drink, ya namanya. Atau bebas minuman berkadar gula. Jadi mereka disediakan minum, ya minum air putih saja. Ataupun jus buah, gitu, tanpa gula,” jelasnya.
Kebijakan tersebut dinilai efektif untuk melatih preferensi anak-anak terhadap minuman sehat sejak usia dini. Program itu juga menjawab seruan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk membatasi dua komponen berbahaya yang dikonsumsi secara berlebihan oleh manusia saat ini yaitu gula dan garam.
Indonesia, menurut Dicky bisa belajar dari pengalaman China. Bukan hanya dengan menyediakan fasilitas pemeriksaan kesehatan, tetapi juga dengan membangun sistem edukasi dan pembiasaan perilaku sehat yang berkelanjutan.
Masalah pola makan anak kini juga tidak hanya berasal dari rumah atau restoran cepat saji. Dicky mengingatkan bahwa sumber paparan makanan tidak sehat justru ada di sekitar sekolah.
Baca juga: Serentak Dimulai 4 Agustus 2025, Ini 12 Lokasi Kick Off Cek Kesehatan Gratis Sekolah
"Yang namanya junk food tidak harus langsung masuk ke kedainya atau masuk ke mall. Tapi junk food itu juga ada di sekeliling kita," katanya.
Ia mencontohkan, pedagang keliling yang menjajakan makanan tinggi gula, garam, dan minyak di depan sekolah bisa menjadi pemicu terjadinya pola konsumsi buruk yang sulit dikendalikan.
Situasi ini bisa membahayakan masa depan kesehatan generasi muda. Alih-alih menjadi “generasi emas”, anak-anak Indonesia justru bisa berubah menjadi “generasi gula” bila tidak segera dilakukan upaya nyata dan terukur.
Salah satu tantangan terbesar dari program CKG ini adalah minimnya tindak lanjut setelah deteksi dini. Anak yang diketahui memiliki potensi gangguan kesehatan perlu dirujuk dan didampingi agar tidak berhenti pada pencatatan angka semata.
“Saya berharap sih gratis-gratisnya ini jangan terlalu diinikan ya, karena yang harus dibangun itu adalah What next-nya ya? Habis diperiksa deteksi awal, what next-nya mereka harus dirujuk, mereka kan rata-rata orang tuanya ikut BPJS Kesehatan, harusnya langsung berobat,” tegas Dicky.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.