Senin, 18 Agustus 2025

Virus Nipah Kembali Muncul di India, Tingkat Kematiannya Tinggi, Begini Cara Penularannya

Dr Dicky Budiman PhD, menegaskan bahwa secara ilmiah virus nipah memang punya karakteristik berbahaya.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Dokumentasi pribadi
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM – Wabah virus Nipah (NiV) kembali menjadi sorotan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan empat kasus di Kerala, India, dalam periode 17 Mei – 12 Juli 2025. 

Dari empat kasus tersebut, dua di antaranya meninggal dunia. Angka kematian yang mencapai 50 persen ini menegaskan betapa berbahayanya penyakit zoonosis tersebut.

Kasus ditemukan di distrik Malappuram dan Palakkad, dengan penyelidikan awal menunjukkan tidak ada hubungan antar-pasien. 

Baca juga: Virus Nipah Muncul Lagi di India, Ada Tiga Kasus Virus Nipah di Kerala

Hal ini memperkuat dugaan bahwa penularan berasal dari reservoir alami, yaitu kelelawar buah (Pteropus spp.), melalui mekanisme spillover.

Sejak 2018, Kerala sudah sembilan kali mengalami wabah Nipah. 

Penularan dapat terjadi dari hewan ke manusia, melalui makanan terkontaminasi, maupun antar-manusia lewat kontak erat di fasilitas kesehatan.

Kepala Pusat Studi Global Health Security dan ONE Health Griffith University – YARSI University, Dr Dicky Budiman PhD, menegaskan bahwa secara ilmiah virus ini memang punya karakteristik berbahaya.

“Secara ilmiah, virus Nipah (NiV) memiliki beberapa karakteristik yang berpotensi menimbulkan wabah besar, tetapi kemungkinannya menjadi pandemi global seperti COVID-19 saat ini rendah, meski bukan nol,” kata Dr Dicky pada keterangannya, Senin (18/8/2025).

Ancaman dan Keterbatasan Nipah

Nipah virus memiliki tingkat kematian sangat tinggi, antara 40 hingga 100 persen. 

Virus ini juga dapat menginfeksi berbagai inang, termasuk kelelawar, babi, dan manusia. 

Fakta ini membuat peluang spillover berulang cukup besar.

Selain itu, Nipah bisa menular antar-manusia, meski mekanismenya terbatas pada kontak erat atau paparan cairan tubuh pasien. 

Hal ini berbeda dengan SARS-CoV-2 yang mudah menyebar melalui udara.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan