Mantan Menkes Nila F. Moeloek: Ideologi Kesehatan Harus Berpihak dan Libatkan Rakyat
Prof Nila F Moeloek menegaskan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dimensi ideologi.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Mantan Menteri Kesehatan RI sekaligus Ketua Dewan Pembina Indonesia Health Development Center (IHDC), Prof Nila F Moeloek menegaskan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dimensi ideologi.
Menurutnya, kesehatan bukan sekadar urusan teknis atau data statistik, melainkan persoalan nilai yang harus berlandaskan pada keadilan sosial serta partisipasi rakyat.
“Kesehatan adalah soal ideologi. Kita harus bersama bergandengan tangan membangun sistem kesehatan dengan fondasi keadilan. Falsafah Pancasila harus hadir nyata dalam ideologi kesehatan yang mewarnai seluruh kebijakan kita termasuk saat menghadapi tantangan globalisasi,” ujar Nila dalam peluncuran laporan kajian publik 'Reinterpretasi Ideologi Kesehatan Indonesia: IHDC Model 2025' di Jakarta, Selasa (20/8/2025).
Baca juga: Mantan Menkes Nila Moeloek: Dharma Wanita Ajarkan Perempuan Logis
Nila menekankan, tanpa keterlibatan masyarakat, ideologi kesehatan hanya akan menjadi slogan.
Rakyat, katanya, harus diposisikan bukan sekadar pengguna layanan, melainkan pemilik sistem kesehatan.
“Tanpa partisipasi yang nyata dan kolektif, ideologi hanyalah slogan. Kita ingin rakyat merasa menjadi pemilik sistem kesehatan bukan hanya penerima manfaat yang pasrah,” tegasnya.
Blueprint ideologi kesehatan yang digagas IHDC, lanjut Nila, hadir untuk menjawab tantangan besar sistem kesehatan Indonesia, mulai dari ketimpangan akses, ketidakadilan pembiayaan, hingga rendahnya literasi kesehatan masyarakat.
“Kami ingin menghadirkan kerangka ideologi yang bukan hanya berpijak pada teori, tetapi juga dapat dioperasionalisasikan dalam kebijakan nyata yang menyentuh masyarakat,” jelasnya.
Enam Dimensi Utama
Ketua tim peneliti ideologi kesehatan IHDC, Dr. Dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, memaparkan bahwa kajian mendalam bersama para pakar melahirkan enam dimensi utama ideologi kesehatan Indonesia, yakni kedaulatan terkait kendali nasional atas sumber daya kesehatan.
"Kemudian komunitas dan solidaritas yang memperkuat gotong royong berbasis komunitas, kesetaraan yang menjawab ketimpangan layanan bagi kelompok rentan, perempuan, disabilitas, dan masyarakat adat," katanya.
Juga terkait ekonomi dan jaminan pembiayaan berupa sistem pembiayaan yang adil dan tidak diskriminatif; pendidikan dan promosi kesehatan terkait gerakan literasi kesehatan sejak sekolah hingga komunitas.
Baca juga: Program Makanan Tambahan Bayi yang Sedang Diusut KPK Terjadi di Era Menkes Nila Moeloek dan Terawan
"Serta tata kelola terkait birokrasi kesehatan transparan, partisipatif, dan responsif berbasis teknologi," kata Ray.
Ditambahkannya, setiap dimensi dilengkapi indikator keberhasilan yang terukur, seperti roadmap kemandirian, rasio tenaga kesehatan di daerah tertinggal, tingkat kepesertaan JKN, indeks literasi kesehatan, hingga audit sosial digital layanan publik.
Keadilan Substantif dan Fondasi Pancasila
Ray menambahkan, kajian ini menekankan bahwa seluruh dimensi tidak berdiri sendiri, tetapi diikat oleh roh utama: partisipasi rakyat.
Partisipasi yang dimaksud bukan sekadar formalitas musrenbang, melainkan keterlibatan bermakna dalam merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan kesehatan.
Empat pakar kunci turut memperkuat argumen ilmiah ini. Guru Besar Antropologi Prof. Semiarto Aji Purwanto dan pakar hukum kesehatan Djarot Dimas, SH, MH, menyoroti keadilan sebagai fairness, yaitu keberpihakan kepada yang paling rentan.
Guru Besar Ekonomi Kesehatan Prof Ascobat Gani serta jurnalis humaniora kesehatan Adhitya Ramadhan, SIP, menekankan pentingnya prinsip partisipatori agar komunitas mampu membangun sistem kesehatan yang ideologis dan berkelanjutan.
Dalam penutupan acara, IHDC menyerahkan Executive Summary Blueprint Ideologi Kesehatan IHDC Model 2025 kepada perwakilan pemerintah, akademisi, dan media. IHDC juga berkomitmen melanjutkan kajian ini melalui publikasi ilmiah, forum diskusi publik, serta kampanye edukasi masyarakat.
Indonesia Health Development Center (IHDC) adalah wadah pemikir nirlaba yang bergerak di bidang riset, edukasi, dan advokasi sistem kesehatan berbasis nilai.
IHDC didirikan oleh tokoh lintas disiplin seperti Prof. Nila F. Moeloek, Dr. Ray Wagiu Basrowi, Dr. Levina Chandra Khoe, dr. Kianti Darusma, dan Eriq Moeloek. Lembaga ini telah melahirkan kajian penting terkait stunting, gangguan refraksi anak, hingga hubungan gizi dengan kognisi anak sekolah.
Rahasia Medis Pasien Bukan untuk Konsumsi Publik |
![]() |
---|
Tanggapi Pernyataan Menkes, Dicky Budiman: Dokter Waspada AI Bukan Berarti Anti Inovasi |
![]() |
---|
Mendagri Tito Soal Fasilitas Kesehatan di Papua: Kalau Tidak Dibantu Pemerintah Pusat Repot |
![]() |
---|
Menteri Kesehatan Israel: Iran Kelewat Batas Merudal Rumah Sakit Soroka, Sebut Itu Kejahatan Perang |
![]() |
---|
Seskab Teddy Tegaskan Pertemuan Prabowo dan Menkes Hanya Bahas Isu Kesehatan, Bukan Reshuffle |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.