Selasa, 26 Agustus 2025

Kenali 4 Mitos dan Fakta Seputar Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Kenali mitos dan fakta seputar DBD.

Tribunnews/JEPRIMA
Perawat memeriksa pasien demam berdarah dengue (DBD) pada ruang perawatan pasien di RSUD Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (17/4/2024). Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Kenali mitos dan fakta seputar DBD.Tribunnews/Jeprima 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.

Nyamuk pembawa virus DBD aktif terutama pada pagi hingga sore hari, meskipun kadang-kadang mereka juga menggigit pada malam hari.

Baca juga: DBD Acap Disalahartikan Infeksi Virus Ringan Padahal Bisa Berujung Fatal, Deteksi Dini Jadi Krusial

Mereka lebih sering ditemukan di dalam rumah yang gelap dan sejuk dibandingkan di luar rumah yang panas.

Sampai saat ini belum ada obat khusus yang mengobati penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegyepti betina ini.

Adapun terapi yang diberikan dokter hanya bertujuan meredakan gejala seperti demam atau nyeri, bukan membunuh virusnya.

Inilah mengapa pencegahan menjadi langkah yang paling utama.

Merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), sampai dengan minggu ke-25 tahun 2025 (Juni 2025), Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia, yaitu 17.281 kasus.

Angka kematian akibat dengue di Jawa Barat juga menempati urutan kedua tertinggi secara nasional, dengan 61 kematian.

Kenali 4 Mitos dan Fakta Seputar DBD

1. Terjadi di Musim Hujan

Faktanya: Banyak masyarakat masih beranggapan DBD hanya muncul di musim hujan, padahal infeksi virus ini ada sepanjang tahun.

Walaupun memang, pada saat musim hujan angka kasusnya cenderung naik.

Warga melintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/1/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, sebagian besar wilayah akan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari 2024, yaitu sebanyak 385 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 55 persen wilayah. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga melintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/1/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, sebagian besar wilayah akan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari 2024, yaitu sebanyak 385 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 55 persen wilayah. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Stephanie Yuliana Usman, SpPD

“DBD adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, gaya hidup,
maupun tempat tinggal," kata dr. Stephanie dalam talkshow menyongsong HUT 104 RS Santo Borromeus, Bandung yang baru-baru ini digelar.

2. Terinfeksi Satu Kali Seumur Hidup

Faktanya: Dokter spesialis anak dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A, menekankan, karena virus dengue terdiri dari empat serotipe, seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali.

Infeksi yang berulang berisiko lebih berat.

Bahkan kasus infeksi tanpa gejala, biasanya terjadi pada orang dewasa, tetap bisa menyebarkan virus melalui nyamuk yang kemudian menggigit anggota keluarga lain.

Ilustrasi- Seorang pasien DBD sedang dirawat di RSU Imanuel Waingapu.
Ilustrasi- Seorang pasien DBD sedang dirawat di RSU Imanuel Waingapu. (POS KUPANG/ROBERT ROPO)


3. DBD Hanya Menyerang Orang Dewasa

Faktanya:  Dengue juga menjadi ancaman besar bagi anak-anak.

Anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap infeksi virus dengue.

"Mereka memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lain, yaitu sekitar 45 persen terjadi pada usia 5-14 tahun," kata dr Tony.

Orang yang memiliki penyakit penyerta seperti obesitas, penyakit ginjal, diabetes melitus, hipertensi, maupun gangguan pernapasan, dapat memperburuk infeksi dengue.

Karena itu, kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan harus ditingkatkan.

4. Fogging Dilakukan untuk Mencegah DBD

Faktanya: Saat ini fogging sudah tidak lagi dianjurkan untuk mencegah DBD.

Fogging sudah tidak cukup lagi untuk mengendalikan DBD.

Pengendalian DBD bukan hanya mematikan nyamuk dewasa saja namjn memerlukan pencegahan yang komprehensif.

Kegiatan fogging Kawani Bogor untuk pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di kawasan pemukiman warga Kota Bogor.
Kegiatan fogging Kawani Bogor untuk pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di kawasan pemukiman warga Kota Bogor. (dok.)

Direktur Utama RS Borromeus, dr. Chandra Mulyono, Sp.S, yang diwakili oleh dr. Marvin
Marino, SpGK, AIFO-K, Direktur Medis RS Borromeus, menekankan pentingnya upaya promotif dan preventif dalam menghadapi berbagai tantangan kesehatan yang ada di masyarakat.

Pencegahan harus dimulai dari keluarga sendiri.

Melibatkan Gerakan 3M Plus secara konsisten dan kini ada vaksinasi dengue untuk langkah tambahan melindungi dan mencegah DBD lebih serius.

Untuk dapat memerangi DBD, semua harus bergerak sekarang dengan melakukan 3 hal: 

  • meningkatkan kesadaran dan edukasi
  • menjaga kebersihan lingkungan dengan 3M Plus
  • mempertimbangkan pencegahan yang inovatif.

"Dengan demikian semua dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan memastikan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang," ujar Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht.

Gejala Demam Berdarah Dengue

Mengutip Kemenkes, gejala utama penyakit DBD meliputi demam mendadak yang tinggi, mencapai suhu hingga 39 derajat celsius.


Demam ini berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat.

Gejala lain adalah nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan makanan dan minuman, mual, muntah, gusi berdarah, mimisan, timbul bintik-bintik merah pada kulit, muntah darah, dan buang air besar berwarna hitam.

Pada fase kritis penyakit ini, suhu tubuh menurun dan tubuh terasa dingin, meskipun penderita mungkin merasa seperti sudah sembuh.

Namun, pada fase ini perlu waspada karena dapat terjadi sindrom syok dengue yang dapat mengancam jiwa.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan