Kamis, 28 Agustus 2025

KLB Campak

Tak Sekadar Ruam, Campak Bisa Sebabkan Radang Paru dan Kematian Anak

Di balik gejala khas campak berupa ruam merah ada risiko komplikasi berat yang bisa mengancam nyawa anak-anak.

Richard Susilo
KOMPLIKASI CAMPAK - Di balik gejala khas campak berupa ruam merah ada risiko komplikasi berat yang bisa mengancam nyawa anak-anak. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Campak sering disalahartikan sekadar penyakit kulit dengan ruam merah. 

Padahal, di balik gejala khas itu, ada risiko komplikasi berat yang bisa mengancam nyawa anak-anak.

Baca juga: Campak Lebih Menular dari Covid-19, IDAI Tegaskan Imunisasi Bukan Sekadar Pilihan, Tapi Hak Anak

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof DR Dr Edi Hartoyo, SpA, Subs IPT(K) menjelaskan bahwa campak disebabkan oleh virus morbili yang menular melalui droplet dan kontak langsung. 

Masa inkubasi sekitar 10–12 hari, kemudian muncul gejala klasik berupa demam tinggi, batuk pilek, mata merah, dan ruam yang menjalar dari kepala ke tubuh.

“Diagnosis campak sebenarnya bisa ditegakkan dari gejala klinis yang khas: demam, batuk pilek, mata merah, dan ruam. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan karena tidak semua fasilitas tersedia,” tutur Prof. Edy pada diskusi media virtual, Rabu (27/8/2025). 


Sering Terjadi Komplikasi Radang Paru

radang paru anak
radang paru anak (net)

Meski tampak sederhana, campak bisa berujung fatal, bahkan hingga kematian. 

Radang paru (pneumonia) menjadi komplikasi paling sering dan berbahaya. 

Baca juga: Ada Penolakan Imunisasi saat Sumenep Jawa Timur Dilanda KLB Campak, Ini Langkah Pemerintah

Data yang pernah dicatat di RSUD Ulin Banjarmasin Kalimantan Selatan menunjukkan 6 persen pasien campak mengalami pneumonia, 8 persen diare, 7 persen otitis media, sementara kasus radang otak (ensefalitis) memang lebih jarang, sekitar 0,1 persen.

“Pada anak dengan gizi buruk, imunitas rendah, atau kekurangan vitamin A, risiko komplikasi jauh lebih berat,” jelasnya.


Pencegahan Lebih Murah daripada Pengobatan

Hingga kini, terapi campak hanya bersifat suportif. 

Vitamin A menjadi intervensi penting untuk mempercepat penyembuhan kulit dan mencegah kerusakan mata. 

Namun, itu pun tidak menggantikan perlindungan utama.

Menurut Prof. Edy, imunisasi campak-MR tetap satu-satunya cara efektif menekan angka penularan. 

Tanpa itu, setiap anak yang tidak divaksin berpotensi menjadi titik penyebaran baru di tengah masyarakat.

“Pencegahan dengan vaksinasi adalah prinsip utama. Kalau ada anak kena campak, sebaiknya diisolasi sejak demam pertama hingga ruamnya menghitam. Karena risiko menularkannya sangat tinggi,” tegas Prof. Edy.

KLB campak yang kini muncul kembali menjadi pengingat keras bahwa penyakit lama tak bisa dianggap remeh. 

Anak-anak Indonesia layak mendapat perlindungan maksimal agar terhindar dari bahaya yang sebetulnya bisa dicegah.

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan