Kamis, 9 Oktober 2025

Ancaman Senyap Polusi Udara, Picu Autisme dan ADHD Sejak dalam Kandungan

Riset terbaru menunjukkan ancaman yang jauh lebih senyap dari polusi udara, sebabkan gangguan otak sejak bayi masih di dalam kandungan.

Freepik
POLUSI UDARA -  Ilustrasi polusi udara yang diambil dari Freepik pada Minggu (3/8/2025). Berikut inilah daftar negara dengan polusi udara tertinggi di dunia. Riset terbaru menunjukkan ancaman yang jauh lebih senyap dari polusi udara, sebabkan gangguan otak sejak bayi masih di dalam kandungan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketika berbicara polusi udara, kebanyakan orang hanya membayangkan batuk, sesak napas, atau asma. 

Padahal, riset-riset terbaru menunjukkan ancaman yang jauh lebih senyap, sebabkan gangguan otak sejak bayi masih di dalam kandungan.

Baca juga: 10 Kota dengan Polusi Udara Tertinggi di Indonesia, Bandung Urutan Pertama

Dr Cynthia Centauri Sp.A, Subsp.Resp(K), anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa dampak polusi udara bersifat sistemik—menyerang dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Dampak polusi udara terhadap manusia bisa dikatakan terjadi dari dalam kandungan sampai ke liang lahat,” ujarnya dalam seminar media virtual, Kamis (9/10/2025). 

Polutan seperti PM2,5, nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO) dapat menembus barier darah-plasenta. 

Baca juga: Addie MS Minta Gubernur Terpilih Jakarta Punya Terobosan Baru untuk Cegah Polusi Udara

Akibatnya, partikel beracun itu beredar di tubuh janin dan memicu stres oksidatif serta gangguan mitokondria pada sel otak.

Sebuah studi di California mengonfirmasi hal ini. 

Penelitian yang mengambil sampel darah ibu hamil menemukan gangguan pada jalur metabolisme mitokondria yang berkorelasi dengan risiko autisme pada anak.

Dampaknya bisa panjang. Anak yang terpajan polusi udara tinggi sejak janin berisiko mengalami gangguan konsentrasi, hiperaktivitas, hingga autisme. 

Penelitian di AS bahkan mencatat, ibu hamil yang tinggal dekat jalan raya padat memiliki risiko 2,2 kali lebih tinggi melahirkan anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder).

Dr Cynthia menjelaskan, polusi udara berukuran mikroskopis mampu menembus otak dan memicu peradangan kronis. 

“Polutan udara menyebabkan stres oksidatif, inflamasi, hingga gangguan metabolik pada otak. Efeknya bisa muncul dalam bentuk ADHD, gangguan belajar, atau perilaku impulsif saat anak tumbuh,” katanya.

Yang mengerikan, kerusakan ini sering tak terlihat hingga anak masuk usia sekolah. 

Mereka tampak sehat secara fisik, namun menunjukkan penurunan fokus, daya ingat, hingga prestasi akademik.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved