IDAI Desak Pemerintah Perketat Regulasi Polusi dan Rokok demi Selamatkan Generasi Anak
Menurut dr Piprim, racun dalam asap rokok bahkan bisa memengaruhi bayi sejak masih dalam kandungan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setiap hari, jutaan anak Indonesia menghirup udara kotor dan terpapar asap rokok di rumah mereka sendiri—dua hal yang perlahan tapi pasti menggerogoti paru-paru dan masa depan mereka.
Situasi ini dinilai sudah masuk tahap darurat oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang mendesak pemerintah memperketat regulasi polusi udara dan pengendalian rokok.
Ketua Umum IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), menyebut paparan polusi dan asap rokok kini menjadi ancaman nyata terhadap tumbuh kembang anak, dengan dampak jangka panjang yang tidak selalu langsung terlihat.
“Akhir-akhir ini, polusi dan paparan udara asap rokok sudah menjadi ancaman serius dan darurat bagi kesehatan anak Indonesia. IDAI sangat concern dengan masalah ini,” ujar dr Piprim dalam diskusi media virtual, Kamis (9/10/2025).
Menurut dr Piprim, racun dalam asap rokok bahkan bisa memengaruhi bayi sejak masih dalam kandungan.
Baca juga: Cukai Rokok Tahun Depan Tidak Naik, Begini Respon Gappri
Paparan pada ibu hamil berisiko menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, hingga gangguan pertumbuhan janin.
“Kalau pada ibu hamil, racun dalam asap rokok bisa berpengaruh ke janin. Bisa bikin bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur,” jelasnya.
Kondisi ini ironis, mengingat Indonesia tengah berupaya keras menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak.
“Polusi dan asap rokok justru memperlambat langkah kita menuju generasi yang sehat dan produktif,” ujarnya.
Dampak Jangka Panjang: Dari Asma hingga Penyakit Kronis
Paparan polusi udara dan asap rokok diketahui menjadi pemicu asma pada anak-anak yang memiliki riwayat penyakit tersebut.
Dalam jangka panjang, dampak ini dapat berkembang menjadi penyakit kronis seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), gangguan jantung, hingga diabetes saat dewasa.
Anak-anak yang sering mengalami infeksi saluran napas berulang akibat kualitas udara yang buruk juga berisiko mengalami hambatan pertumbuhan, yang dapat memperburuk angka stunting di Indonesia.
Kesadaran Rendah, Kebiasaan Masih Sulit Berubah
Dr Piprim menyoroti masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya asap rokok, terutama di lingkungan rumah tangga.
Ia mencontohkan kebiasaan sebagian ayah yang tetap merokok di dekat anak atau bayi, tanpa menyadari bahwa partikel beracun bisa menempel di pakaian dan menjadi sumber paparan pasif.
“Jangan ada kompromi. Banyak ayah yang tetap merokok lalu menggendong bayinya. Mereka tidak sadar bahwa racun bisa menempel di baju dan tetap membahayakan anak,” tegasnya.
Sebagai organisasi profesi, IDAI mendesak pemerintah untuk memperkuat kebijakan dan penegakan hukum terkait kualitas udara dan pengendalian rokok.
Jangan Berikan Obat Diare saat Anak Keracunan Makanan, Akibatnya Fatal, Racun Tak Keluar |
![]() |
---|
Ribuan Anak Keracunan MBG, Ketua IDAI: Indonesia Harusnya Bisa Belajar dari Malaysia |
![]() |
---|
Modernisasi dan Makanan Kemasan Jadi Pemicu Meningkatnya Kasus Alergi Pada Anak |
![]() |
---|
Alergi Makanan pada Anak Makin Marak, IDAI Ingatkan Bahaya Makanan Olahan |
![]() |
---|
IDAI Ingatkan Anemia Defisiensi Besi Bisa Turunkan Kecerdasan Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.