Tips Jaga Daya Tahan Tubuh untuk Cegah Penularan Flu Tipe A yang Sedang Meningkat
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah rumah sakit mencatat peningkatan kasus influenza A. Daya tahan tubuh harus kuat untuk menangkalnya.
Ringkasan Berita:
- Beberapa pekan terakhir, sejumlah rumah sakit mencatat peningkatan kasus influenza A.
- Flu jenis ini tak bisa diremehkan.
- Mereka yang memiliki imunitas rendah, seperti anak kecil, lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis, menjadi kelompok paling rentan.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cuaca tak menentu, perubahan suhu ekstrem, dan udara yang penuh polusi menjadi kombinasi sempurna bagi virus pernapasan berkembang biak.
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah rumah sakit mencatat peningkatan kasus influenza A.
Baca juga: Influenza Tipe A Dominasi Kasus Flu di Indonesia, Demam Tinggi Jadi Gejala Khas
Meski sering dianggap flu biasa, influenza A dapat menyebabkan gejala yang berat dan mengganggu aktivitas, terutama bila daya tahan tubuh sedang turun.
“Virus influenza A punya kemampuan bermutasi dan menular sangat cepat. Karena itu, penting untuk memahami cara mencegah dan menanganinya dengan tepat sejak awal,” ujar Dokter Umum RS Pondok Indah - Pondok Indah dr. Hastomo Prabowo, MARS, pada keterangannya, Rabu (22/10/2025).
Influenza A, Penyakit yang Tak Boleh Diremehkan
Influenza A adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A.
Penularannya terjadi melalui percikan droplet dari batuk, bersin, atau bahkan percakapan jarak dekat.
Virus ini bisa bertahan di permukaan benda selama beberapa jam, membuat risiko penularannya semakin tinggi di ruang publik atau area tertutup.
Baca juga: Dokter: Influenza Tipe A Bisa Sembuh Tanpa Perawatan Khusus di RS
Mereka yang memiliki imunitas rendah, seperti anak kecil, lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis, menjadi kelompok paling rentan.
Ketika terinfeksi, gejala yang muncul sering kali lebih berat daripada flu biasa, demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, batuk kering, hingga kelelahan ekstrem.
Namun, di tengah tuntutan pekerjaan dan gaya hidup cepat, banyak orang mengabaikan tanda-tanda awal penyakit ini.
Padahal, menurut dr. Hastomo, beristirahat dan memulihkan diri justru langkah paling penting untuk mencegah komplikasi.
“Tubuh kita punya bahasa sendiri. Kalau sudah merasa lemah atau demam, itu sinyal untuk berhenti sejenak dan memberi waktu bagi tubuh untuk melawan infeksi,” ujarnya.
Langkah Mindful Saat Flu Menyerang
Alih-alih panik atau mengandalkan obat tanpa pemeriksaan, masyarakat sebaiknya mulai mengenali sinyal tubuh dan menerapkan langkah penanganan yang tepat.
Berikut panduan praktis yang bisa diterapkan di rumah secara mindful:
1. Berhenti sejenak dari rutinitas berat
Banyak orang memilih tetap bekerja meski sedang flu.
Padahal, memaksakan diri bisa memperparah kondisi dan menularkan ke orang lain.
Memberi tubuh waktu untuk beristirahat total akan mempercepat pemulihan.
2. Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi seimbang.
Saat demam, tubuh kehilangan banyak cairan. Minum air putih, kuah hangat, atau teh herbal bisa membantu menurunkan suhu dan menjaga hidrasi.
Sertakan pula makanan tinggi protein seperti telur, ikan, dan ayam untuk memperkuat daya tahan tubuh.
3. Tidur cukup dan berkualitas
Tidur menjadi kunci utama proses pemulihan.
Saat tidur, tubuh memproduksi sitokin, protein penting yang membantu melawan infeksi. Kurang tidur justru membuat sistem imun melemah.
4. Lakukan pernapasan dalam dan meditasi ringan.
Flu bukan hanya tentang fisik. Kondisi stres kronis bisa membuat imun menurun.
Melakukan napas dalam selama beberapa menit setiap pagi membantu menurunkan ketegangan dan meningkatkan oksigenasi tubuh.
5. Hindari penggunaan antibiotik tanpa resep dokter.
Flu disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Karena itu, penggunaan antibiotik tidak efektif dan justru bisa memicu resistensi obat.
Bila gejala berlangsung lebih dari lima hari atau makin berat, segera lakukan pemeriksaan medis.
Deteksi Dini, Kunci Pencegahan Komplikasi
Menurut dr. Hastomo, membedakan antara flu biasa dan influenza A memang sulit tanpa pemeriksaan laboratorium.
Karena itu, masyarakat disarankan tidak menunda untuk melakukan tes diagnostik bila gejala tidak kunjung membaik.
“Salah satu pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah Respiratory Syndromic Testing (RST) berbasis PCR. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi hingga 19 virus dan 4 bakteri penyebab infeksi pernapasan dalam satu kali tes,” jelasnya.
Melalui hasil pemeriksaan cepat dan akurat, dokter bisa memberikan pengobatan sesuai penyebabnya, apakah perlu antivirus, terapi simptomatik, atau perawatan lanjutan.
Pencegahan Lebih Baik dari Pengobatan
Meski pengobatan influenza A kini makin efektif, pencegahan tetap menjadi langkah terbaik.
Salah satu upaya paling efektif adalah melakukan vaksinasi influenza tahunan.
Vaksin ini direkomendasikan bagi semua kelompok usia, terutama mereka yang sering beraktivitas di luar rumah atau bekerja di ruang tertutup.
“Vaksinasi influenza penting karena virusnya terus bermutasi. Dengan vaksin, risiko tertular dan komplikasi bisa ditekan,” ujar dr. Hastomo.
Selain vaksin, menjaga kebersihan diri adalah langkah sederhana yang sering diabaikan.
Biasakan mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian, dan setelah menyentuh permukaan umum seperti gagang pintu atau pegangan transportasi publik.
Gunakan masker di tempat ramai, dan hindari menyentuh wajah tanpa mencuci tangan.
Mindful Living: Pendekatan Holistik untuk Imun yang Kuat
Menjaga imunitas bukan sekadar mengonsumsi vitamin atau suplemen.
Gaya hidup yang seimbang, antara fisik, mental, dan sosial, menjadi fondasi utama sistem kekebalan tubuh yang tangguh.
Berikut beberapa kebiasaan kecil namun berdampak besar untuk menjaga daya tahan tubuh di musim pancaroba:
- 1. Berjemur di pagi hari untuk mendapatkan vitamin D alami
- 2. Rutin bergerak meski hanya jalan kaki 20–30 menit setiap hari
- 3. Kurangi konsumsi gula dan makanan olahan yang bisa memicu peradangan
- 4. Perbanyak konsumsi sayur dan buah segar, terutama yang kaya antioksidan seperti jeruk, bayam, dan wortel.
Berhubungan sosial dengan positif, karena interaksi hangat dengan keluarga dan teman terbukti menurunkan hormon stres
“Flu bisa datang kapan saja, tapi dengan gaya hidup seimbang dan kesadaran diri, kita bisa menghadapinya dengan tenang,” tutup dr. Hastomo.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.