Kamis, 30 Oktober 2025

Terapi Stem Cell di Indonesia Sudah Uji ke Manusia, Negara Lain Masih di Tahap Riset Hewan

Perkembangan stem cell di Indonesia disebut lebih maju dibandingkan sejumlah negara tetangga. 

Tribunnews.com/Alivio
PENGEMBANGAN SEL PUNCA - Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MK., selaku Ketua Komite Sel Punca (kanan) dan Presiden Direktur Kalbe Regenic Stem Cell, Sandy Qlintang ditemui di Gedung KBIC, Jakarta Timur, Senin (27/10/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan komitmennya untuk memperkuat regulasi terapi sel punca atau stem cell dalam bidang ortopedi.
  • Perkembangan stem cell di Indonesia disebut lebih maju dibandingkan sejumlah negara tetangga.
  • Terapi stem cell berfokus untuk menggantikan sel-sel tertentu seperti sel otot jantung, sel darah, atau sel saraf, serta dapat digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk kanker darah, penyakit degeneratif, autoimun, hingga cedera olahraga.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum lama ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan komitmennya untuk memperkuat regulasi di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu biologi modern, khususnya terapi sel punca atau stem cell dalam bidang ortopedi.

Baca juga: Deby Vinski: Indonesia Jadi Pemain Penting di Dunia Stem Cell dan Anti-Aging

Dalam dunia medis, terapi stem cell dikenal sebagai pengobatan masa depan karena memiliki kemampuan unik untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel seperti sel saraf, otot, atau darah, serta mampu memperbanyak diri.

Perkembangan stem cell di Indonesia disebut lebih maju dibandingkan sejumlah negara tetangga. 

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Direktur Kalbe Regenic Stem Cell, Sandy Qlintang, dalam seminar ilmiah INSPIRE: Innovative Stem Cell and Secretome Research based Therapy for Regenerative Excellence di Jakarta Timur.

"Stem cell di Indonesia ini dari saya melihat sangat sangat luar biasa ya perkembangannya, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kenapa? Karena negara-negara tetangga lebih banyak ke arah uji in vitro, penelitian-penelitian riset di hewan, uji in vitro gitu ya," kata Sandy di Gedung KBIC, Jakarta Timur, Senin (27/10/2025).

"Sedangkan di Indonesia dari regulator, dari klinisi, industri, dan juga akademisi, ini sudah masuknya ke level yang bukan hanya uji in vitro ataupun animal, tapi juga masuk ke dalam uji ke manusia," lanjutnya.

Mengenal Stem Cell dan Cara Kerjanya

Sandy menjelaskan terapi stem cell berfokus untuk menggantikan sel-sel tertentu seperti sel otot jantung, sel darah, atau sel saraf, serta dapat digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk kanker darah, penyakit degeneratif, autoimun, hingga cedera olahraga.

Terapi ini dilakukan dengan cara menyuntikkan stem cell ke bagian tubuh yang mengalami kerusakan. 

Setelah disuntikkan, sel-sel tersebut akan berintegrasi dengan jaringan tubuh di sekitarnya dan membantu memperbaiki atau menggantikan sel-sel yang rusak atau mati.

Selain mendukung proses regenerasi, beberapa stem cell juga melepaskan faktor pertumbuhan yang mampu merangsang penyembuhan alami jaringan.

"Jadi misal dalam kasus osteoartritis, stem cell dapat disuntikkan ke area sendi lutut untuk membantu memperbaiki tulang rawan yang mengalami kerusakan serta mengurangi peradangan yang terjadi," paparnya.

Untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya, pihaknya melalui Bifarma Adiluhung bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM untuk mematuhi regulasi yang berlaku. 

Saat ini, Kemenkes juga telah menjalin kerja sama dengan 16 rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia.

"Proyeksi pasar terapi sel puncak global itu akan mencapai 54,15 miliar sekitar 90 triliun di tahun 2034. Nah ini diharapkan akan memengaruhi juga aksesibilitas dan keterjangkauan dari stem cell," ujar Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MK., selaku Ketua Komite Sel Punca pada kesempatan yang sama.

Adapun ke-16 rumah sakit tersebut meliputi RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, RSUD Dr. Soetomo, RSUP Dr. M. Djamil, RSJPD Harapan Kita, RS Kanker Dharmais, RSUP Persahabatan, RSUP dr. Hasan Sadikin, RSUP dr. Kariadi, RSPAD Gatot Subroto, RSUP dr. Sardjito, RSUP Sanglah, RSUP Wahidin Sudirohusodo, RSUD Moewardi, RS PON Prof dr. Mahar Mardjono, RS Royal Prima, dan RS Atmajaya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved