Banyak Perempuan Enggan Skrining Kanker Payudara karena Takut dan Merasa Tabu
Rasa takut dan ketidaktahuan terkait kanker payudara jadi alasan utama perempuan enggan melakukan pemeriksaan dini ini.
Ringkasan Berita:
- Partisipasi perempuan untuk melakukan skrining kanker payudara masih rendah.
- Rasa takut dan ketidaktahuan terkait kanker payudara jadi alasan utama perempuan enggan melakukan pemeriksaan dini ini.
- Padahal, skrining merupakan faktor krusial untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) Dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, partisipasi perempuan untuk melakukan skrining kanker payudara masih rendah.
Rasa takut dan ketidaktahuan terkait kanker payudara jadi alasan utama perempuan enggan melakukan pemeriksaan dini ini.
Baca juga: Deteksi Dini Kanker Payudara Bisa di Rumah, Ini Cara Lengkapnya
Hal senada juga diungkapkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Subspesialis Hematologi Onkologi Medik, DR. dr. Andhika Rahman.
Melakukan Skrining merupakan faktor krusial untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
Jika kanker payudara ditemukan pada stadium sangat awal maka peluang kesembuhan tinggi. Selain itu pengobatan yang dijalani juga lebih sederhana.
Baca juga: Bukan Sekadar Turnamen, Pinktober 2025 Gaungkan Deteksi Dini Kanker Payudara
Nadia mengungkapkan, dari laporan dalam Program Cek Kesehatan Gratis (CKG), baru 300.000 perempuan Indonesia yang mengikuti skrining kanker payudara.
“Mengapa? Karena banyak perempuan itu masih melihat payudara sebagai sesuatu yang tabu dan intim sehingga enggan melakukan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis). Kemudian, merasa enggan memeriksa karena tidak ada keluhan, takut diraba-raba. Banyak juga perempuan harus izin ke keluarga dan suami dulu,” tutur dia di Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (29/10/2025).
Disisi lain, ada keterbatasan alat dan tenaga medis. Dari sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia, hanya sekitar 200 rumah sakit yang memiliki alat mammografi.
“Deteksi dini kanker masih menjadi tantangan. Penyebab kematian pasien kanker payudara sebagian besar karena datang dalam kondisi stadium lanjut, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menurun,” ungkap dr Nadia.
Kepala Departemen Medical Check Up MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Agnes, mengungkapkan, banyak kasus kanker payudara terdeteksi secara tidak sengaja saat pasien menjalani pemeriksaan medical check-up rutin.
Ada sebagian besar pasien baru terdiagnosis pada stadium lanjut, karena tidak merasakan gejala sebelumnya.
“Kondisi ini bisa dicegah jika perempuan rutin melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) atau mammografi setiap tahun setelah berusia 40 tahun.
Dokter radiologi dr. Nina I.S.H. Supit, menekankan pentingnya edukasi, agar perempuan usia di bawah 40 tahun rutin melakukan USG payudara, dan usia di atas 40 tahun menjalani mammografi setiap tahun
Mammografi masih menjadi standar utama dalam skrining kanker payudara.
“Dengan teknologi terbaru Mammomat B.brilliant, membuat pemeriksaan dini ini nyaman dan cepat tanpa mengurangi kualitas hasil gambar,” tutur dia.
Perawatan Kanker Payudara Stadium Lanjut
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.