Jumat, 21 November 2025

Ikhtiar Penuhi Hak Anak Lewat Cek Kesehatan Gratis

Upaya kolaboratif memastikan setiap anak mendapat hak kesehatan melalui Cek Kesehatan Gratis yang merupakan program prioritas Presiden Prabowo.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Tribunnews.com/Sri Juliati
CEK KESEHATAN GRATIS - Suasana kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif dalam memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. 

TRIBUNNEWS.COM - "Coba dibuka mulutnya, ya... nggak usah takut," ujar drg. Wiwin Martuti, petugas kesehatan dari Puskesmas Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, sambil menyorotkan senter kecil ke arah mulut seorang siswi.

Bocah perempuan yang diketahui bernama Lantik Saqueena itu menurut. Ia membuka mulut lebar-lebar, sementara teman-temannya yang duduk di belakangnya, tertawa kecil menyaksikan.

Setelah memeriksa beberapa gigi bagian belakang, drg. Wiwin tersenyum kecil. "Ini ada giginya yang bolong, ya... nanti bilang ke Ibu, giginya perlu dibersihkan supaya tidak makin bolong. Terus harus rajin sikat gigi pagi dan malam," katanya lembut. 

Lantik mengangguk pelan, lalu menutup mulutnya. Setelah pemeriksaan gigi selesai, bocah berusia tujuh tahun itu bergeser menuju meja pemeriksaan mata.

Di sana, seorang petugas kesehatan menunjuk huruf-huruf pada bagan Snellen dan memintanya membaca dari kejauhan. Dengan satu mata ditutup oleh tangan, Lantik mengeja huruf demi huruf, sesekali berhenti sejenak untuk memastikan apa yang dilihat dan diucapkannya benar.

Selasa (11/11/2025) pagi itu, Lantik mengikuti Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo. Ini adalah pengalaman pertamanya. 

"Seneng bisa diperiksa kayak gini, dari tadi juga nungguin (pemeriksaan)," kata siswi kelas 1 itu sambil tersenyum. "Yang dicek telinga, gigi, dan mata, terus dikasih tahu sama Bu Dokter buat rutin sikat gigi," tambahnya dengan nada ceria.

lihat fotoCEK KESEHATAN GRATIS - Petugas kesehatan dari Puskesmas Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah memeriksa gigi seorang siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025) dalam Cek Kesehatan Gratis (CKG).
CEK KESEHATAN GRATIS - Petugas kesehatan dari Puskesmas Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah memeriksa gigi seorang siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025) dalam Cek Kesehatan Gratis (CKG). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Selain Lantik, ada 83 siswa lainnya yang ikut menjalani CKG. Kegiatan itu membuat serambi Masjid Al-Imam Sidowayah, yang sementara digunakan sebagai ruang belajar siswa kelas 1 MIN 2 Klaten, tampak penuh aktivitas.

Di balik pengalaman menyenangkan Lantik dan 83 siswa lainnya, guru dan petugas kesehatan melihat, CKG menjadi momen penting untuk menemukan sejumlah persoalan kesehatan yang kerap luput dari perhatian.

"Saat CKG sebelumnya di bulan Agustus 2025 untuk kelas 2 sampai 6, kami menemukan ada dua anak yang ternyata mengalami gangguan pada mata. Kondisi ini baru ketahuan setelah diperiksa lewat CKG," ujar guru MIN 2 Klaten, Murtini.

Pada pelaksanaan CKG kali ini, ia kembali melihat indikasi serupa pada beberapa siswa kelas 1. "Tadi ada anak yang diminta membaca huruf kecil, tapi nggak terlihat. Begitu hurufnya yang besar, baru bisa. Kalau tidak lewat pemeriksaan seperti ini, kami mungkin tidak tahu," tuturnya.

Guru lain, Nur Hidayati, melihat pola masalah yang lebih luas. Menurutnya, ada beberapa siswa yang datang ke sekolah tanpa kesiapan kebersihan dasar, seperti telinga yang belum dibersihkan atau kuku yang masih panjang. 

"Hal-hal seperti itu sering kami temui. Kadang saat belajar, anak mengeluh kurang jelas mendengar atau terlihat tidak fokus. Setelah dicek, ternyata telinganya kotor," ujarnya.

Bukan Kasus Tunggal

lihat fotoCEK KESEHATAN GRATIS - Pemegang program UKS Puskesmas Polanharjo, Vivi Lia Sari di sela-sela kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)
CEK KESEHATAN GRATIS - Pemegang program UKS Puskesmas Polanharjo, Vivi Lia Sari di sela-sela kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Temuan para guru tersebut sejalan dengan hasil pengamatan petugas kesehatan pendamping CKG. Pemegang program UKS Puskesmas Polanharjo, Vivi Lia Sari menyebutkan, kondisi yang muncul di MIN 2 Klaten bukanlah kasus tunggal, melainkan pola yang berulang di berbagai sekolah.

Hingga November 2025, cakupan kegiatan CKG di Kecamatan Polanharjo yang berjarak sekitar 17 km dari Kota Klaten telah mencapai 93 persen. Sekitar 5.000 siswa dari 40 sekolah telah mengikuti program prioritas nasional Presiden Prabowo Subianto tersebut, termasuk para santri di sejumlah pondok pesantren.

Dari rangkaian CKG yang meliputi pemeriksaan telinga, gigi, mata, dan tekanan darah, Vivi mencatat sejumlah masalah kesehatan yang paling sering ditemukan pada siswa SD, seperti gangguan refraksi mata, gigi karies, hingga indikasi malnutrisi. Temuan lain adalah rendahnya tingkat kebugaran. 

"Kami melakukan tes kebugaran untuk siswa kelas 4 sampai 6. Mereka diminta berlari satu kilometer, kemudian kami ukur tingkat kebugarannya, dan hasilnya cukup banyak yang berada di bawah standar," jelasnya.

Temuan di jenjang SMP dan SMA, lanjut Vivi, juga tak kalah mengkhawatirkan: tingkat kebugaran yang rendah, anemia, hingga tekanan darah tinggi. Pada beberapa kasus, muncul pula perilaku merokok di kalangan remaja. 

Tren serupa juga terlihat dalam data CKG nasional yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam program CKG sekolah yang dimulai secara serentak pada 4 Agustus 2025 telah diikuti oleh 16,2 juta peserta. Hasilnya masalah aktivitas fisik kurang (60,1 persen), karies gigi (50,3 persen), dan anemia (27,2 persen) masih mendominasi pada kelompok remaja dan pelajar.

Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang RSUD Dr Moewardi Surakarta, DR dr Hari Wahyu Nugroho SpA Subsp TKPS (K) MKes, hasil dari pemeriksaan kesehatan gratis di tingkat sekolah, menggambarkan kondisi permasalahan kesehatan anak di Indonesia secara umum. Temuan ini juga mencerminkan rendahnya pemahaman dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Terus-terang, permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah sangat menyedihkan. Kenapa? Karena masyarakat ternyata belum memahami betul bagaimana harus berperilaku hidup bersih dan sehat," ungkap dr Hari ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu lantas memberi contoh terkait karies gigi yang mendominasi masalah kesehatan pada anak usia SD. Menurutnya, masih ada kesalahpahaman pada orang tua bahwa sikat gigi dilakukan pada saat mandi.

"Yang benar itu, sikat gigi dilakukan setelah makan dan sebelum tidur. Jadi, pagi hari sarapan dulu, baru tingkat gigi. Siang, setelah makan siang, sikat gigi lagi. Lalu malam, sebelum tidur, sikat gigi lagi," jelasnya.

lihat fotoCEK KESEHATAN GRATIS - Suasana Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif pemerintah bersama sekolah dan tenaga kesehatan memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. (Tribunnews.com/Sri Juliati)
CEK KESEHATAN GRATIS - Suasana Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Lebih jauh, dr Hari juga menyoroti kondisi kesehatan remaja Indonesia yang menurutnya perlu menjadi perhatian serius. Ia mengungkapkan, remaja merupakan salah satu fase yang sangat penting. Tidak hanya sebagai individu, tetapi juga di tingkat negara.

Ia menjelaskan, remaja memegang dua peran besar. Pertama, mereka akan menjadi kelompok usia dewasa yang kelak bertanggung jawab terhadap pembangunan negara. Kedua, mereka juga akan menjadi orang tua bagi generasi berikutnya.

"Yang jadi masalah, terutama pada remaja putri. Coba bayangkan, 30 persen remaja putri di Indonesia itu anemia. Lalu banyak yang malnutrisi. Jika kondisi ini berlanjut, anemia pada remaja putri akan memengaruhi kualitas janin yang akan mereka kandung di masa depan. Kualitas generasi berikutnya terancam dan ini menjadi perhatian utama kita," tegasnya.

Padahal, menurut dia, upaya pemerintah sudah cukup masif. Remaja putri di sekolah, terutama tingkat SMA, sudah mendapatkan program pemberian tablet tambah darah gratis. 

"Sebanyak 90 persen remaja putri itu sudah dapat tablet tambah darah. Tapi, yang benar-benar diminum hanya sekitar 30 persen," ungkap dia.

Oleh karena itu, ia mendorong agar remaja putri lebih serius menjaga kesehatan sejak dini. Salah satu langkah penting adalah rutin mengonsumsi tablet tambah darah, terutama bagi remaja yang telah mengalami anemia.

Menurutnya, upaya menjaga kondisi tubuh tidak hanya berdampak pada kesehatan mereka saat ini, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kualitas generasi berikutnya.

Masalah lain yang mulai terlihat pada kelompok remaja adalah tekanan darah tinggi, sesuatu yang dulu jarang ditemukan, tapi kini semakin sering muncul dalam pemeriksaan CKG di jenjang SMP dan SMA.

Ia menjelaskan, tekanan darah tidak langsung naik atau tinggi serta kerap kali tidak terdeteksi karena muncul secara bertahap. Apabila kondisi ini dibiarkan dan tidak tertangani dengan baik, maka dapat menjadi bom waktu bagi kesehatan mereka di masa depan

"Tensi tidak langsung melonjak ke angka 180. Ia meningkat perlahan dan tubuh terus beradaptasi sehingga gejala atau dampaknya tidak terasa. Sampai pada titik tertentu, ketika tubuh sudah tidak mampu lagi beradaptasi, barulah muncul gejala, biasanya dalam kondisi yang berat atau bahkan fatal. Jika terlambat ditangani, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi kronis seperti stroke atau penyakit jantung di usia produktif," jelasnya.

Sebagian besar masalah kesehatan yang ditemukan saat CKG, lanjut dr Hari, juga tidak lepas dari faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan, pendidikan, pola makan, dan gaya hidup. Ia mencontohkan gaya hidup sedentari yang kini banyak dijalani anak-anak dan remaja.

"Anak-anak sekarang aktivitas fisiknya kurang, sering begadang, dan sebagian sudah mulai merokok," ujarnya. Ia menambahkan, data nasional menunjukkan banyak perokok dewasa sebenarnya sudah mulai merokok sejak usia sekitar 10 tahun. "Ini menyedihkan dan sangat kita sesalkan," tambahnya.

Selain itu, konsumsi ultra-processed food seperti sosis, nugget, dan makanan kemasan juga memperburuk kondisi. Karena itu, dr Hari menganjurkan masyarakat untuk kembali pada real food. 

"Bukan berarti harus makan makanan mentah, ya. Maksudnya makanan yang prosesnya sederhana seperti direbus, digoreng, ditumis. Ultra-processed food sebisa mungkin dihindari," tegasnya.

CKG Jadi 'Pintu Masuk'

lihat fotoCEK KESEHATAN GRATIS - Suasana Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif pemerintah bersama sekolah dan tenaga kesehatan memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. (Tribunnews.com/Sri Juliati)
CEK KESEHATAN GRATIS - Suasana Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Polanharjo, Klaten pada siswa kelas 1 MIN 2 Klaten di Masjid Al-Imam Sidowayah, Selasa (11/11/2025). CKG merupakan upaya kolaboratif memastikan setiap anak mendapat hak atas kesehatan sejak dini. (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah mengikuti Cek Kesehatan Gratis (CKG). Kehadiran CKG yang merupakan salah satu program prioritas hasil terbaik cepat Presiden Prabowo Subianto di bidang kesehatan sangatlah penting sebagai upaya preventif. 

dr Hari mengungkapkan, CKG bukan sekadar kegiatan pemeriksaan rutin, melainkan pintu masuk untuk mendeteksi dini berbagai masalah kesehatan pada anak dan remaja sekaligus bentuk komitmen negara dalam memenuhi hak anak atas kesehatan. 

"Saya sangat mengapresiasi program CKG. Pemeriksaan yang sistematis seperti ini bisa menjadi alat skrining untuk meningkatkan derajat kesehatan anak-anak kita sekaligus menanggulangi penyakit kronis sedini mungkin," ujarnya.

Ia menegaskan, keberhasilan CKG sebaiknya tidak berhenti pada tahap pemeriksaan di sekolah. Anak-anak yang ditemukan memiliki masalah kesehatan harus segera ditindaklanjuti di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, efektivitas tindak lanjut tetap bergantung pada kepatuhan masyarakat, termasuk orang tua. 

"Apa pun hasil CKG, harus ditindaklanjuti. Kalau tidak, semua usaha jelas akan sia-sia," ujarnya. 

Hal serupa juga disampaikan oleh Vivi. Ia menjelaskan, seluruh temuan kesehatan dari CKG selalu disampaikan kepada sekolah dan orang tua yang tersedia dalam bentuk Rapor Kesehatan. Menurutnya, transparansi ini penting agar semua pihak dapat mengambil langkah lanjutan yang tepat.

Selain itu, seluruh hasil pemeriksaan kemudian diinput ke dalam aplikasi Sehat Indonesiaku. Jika nomor ponsel orang tua sudah benar, hasil CKG akan otomatis dikirim ke ponsel mereka. Orang tua pun dapat melihat Rapor Kesehatan sang anak melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile.

Tak berhenti sampai di situ, Puskesmas juga akan mengirimkan surat pengantar bagi siswa yang membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Untuk kasus anemia, misalnya, siswa dengan hemoglobin rendah akan mendapatkan tablet tambah darah dari Puskesmas. Bila kondisinya sangat rendah, orang tua melalui pihak sekolah akan dihubungi dan dianjurkan membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut.

Vivi pun berharap ada kerja sama yang kuat antara sekolah, orang tua, serta pemerintah daerah.

"CKG adalah hak anak. Jadi ayo, sama-sama saling dukung dan peduli agar anak-anak tumbuh sehat," ujarnya. 

Dukungan terhadap CKG juga disampaikan seorang wali murid, Setyowati. Menurut ibu dua anak itu, CKG merupakan langkah penting agar orang tua bisa mengetahui kondisi kesehatan.

"CKG ini sangat penting karena tidak jarang orang tua yang hanya memeriksakan kondisi anaknya setelah ada masalah. Contohnya cek mata, beberapa anak ketahuan minus setelah minusnya banyak karena orang tua kurang aware soal itu," ujarnya.

Warga asal Karanglo, Kecamatan Polanharjo ini pun berharap, ke depan CKG dapat dilakukan secara sungguh-sungguh. Hasilnya pun segera disampaikan kepada orang tua, agar mereka tahu kondisi kesehatan anaknya dan segera mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. 

50 Juta Warga Ikuti CKG

KESEHATAN GIGI - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin berinteraksi dengan siswa peserta edukasi massal kesehatan gigi di SMPN 3 Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (12/9/2025).
KESEHATAN GIGI - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin berinteraksi dengan siswa peserta edukasi massal kesehatan gigi di SMPN 3 Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (12/9/2025). (Tribunnews.com/Handout)

Sementara itu, program CKG yang berlangsung sejak 10 Februari hingga 4 November 2025 mencatat partisipasi publik yang luar biasa. Dari 53,6 juta pendaftar, sebanyak 50,5 juta orang telah mengikuti pemeriksaan Kesehatan.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, keberhasilan partisipasi masyarakat menunjukkan meningkatnya kesadaran publik, sekaligus membuka ruang besar untuk memperkuat program promotif dan preventif.

"Pencapaian lebih dari 50,5 juta peserta merupakan tonggak penting bagi upaya kesehatan nasional," ujar Menkes Budi di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Menkes menegaskan, CKG bukan sekadar pemeriksaan massal, tetapi merupakan instrumen strategis untuk deteksi dini dan tatalaksana dini untuk penyakit. Semakin dini penyakit ditangani dan diobati, maka peluang sembuh menjadi lebih baik sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit katastropik dan kecacatan bahkan kematian.

"Program ini bukan hanya soal jumlah peserta, tapi bagaimana hasilnya kita gunakan untuk memperkuat kebijakan, layanan kesehatan, dan intervensi di masyarakat," tambah Budi dikutip dari kemkes.go.id.

Budi menambahkan, hasil CKG akan digunakan untuk memperkuat kebijakan kesehatan dan promosi gaya hidup sehat di masa mendatang. "Kita ingin masyarakat bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi mampu menjaga kesehatannya secara berkelanjutan," ujar Menkes Budi.

Menurut Menkes, keberhasilan pelaksanaan CKG tidak lepas dari kolaborasi tenaga medis, tenaga kesehatan, serta dukungan puskesmas dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

"Kami mengapresiasi kerja keras dan dedikasi seluruh petugas kesehatan yang terlibat serta pemerintah daerah. Tanpa mereka, mustahil program sebesar ini bisa berjalan sukses dan berdampak luas," pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved