Jumat, 21 November 2025

Mengenal Atrial Fibrillation: Gangguan Irama Jantung Senyap yang Bisa Picu Stroke

Masyarakat disarankan lebih peka terhadap irama jantung melalui cara sederhana, misalnya meraba nadi atau menggunakan smartwatch

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Pexels
ILUSTRASI GANGGUAN IRAMA JANTUNG - Atrial Fibrillation (AF) atau fibrilasi atrium merupakan gangguan irama jantung yang sering tidak bergejala namun berpotensi menimbulkan komplikasi serius, termasuk stroke.  dr. Simon Salim, Sp.PD-KKV, MKES, AIFO, FINASIM, FACP, FICA, Konsultan Elektrofisiologi/Terapi Alat & Kardiologi Intervensi menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit yang sering disebut penyakit senyap ini. 

Mengenal Atrial Fibrillation: Gangguan Irama Jantung Senyap yang Bisa Picu Stroke

 

 

Ringkasan Berita:
  • Atrial Fibrillation (AF) adalah gangguan irama jantung yang sering tidak bergejala namun meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat, sehingga deteksi dini sangat penting.
  • Para ahli memaparkan bahwa AF umum terjadi pada usia di atas 40 tahun dan kini dapat dikendalikan melalui terapi modern seperti radiofrequency ablation, cryoballoon, dan PFA.
  • Teknologi kardiologi di Indonesia juga terus berkembang, termasuk High Quality PCI, sehingga masyarakat tidak perlu lagi berobat ke luar negeri.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Atrial Fibrillation (AF) atau fibrilasi atrium merupakan gangguan irama jantung yang sering tidak bergejala namun berpotensi menimbulkan komplikasi serius, termasuk stroke

dr. Simon Salim, Sp.PD-KKV, MKES, AIFO, FINASIM, FACP, FICA, Konsultan Elektrofisiologi/Terapi Alat & Kardiologi Intervensi menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit yang sering disebut penyakit senyap ini.

“Tidak semua yang merasa berdebar itu gangguan irama jantung, dan tidak semua gangguan irama jantung terasa berdebar,” ujar Simon saat Cardiac Forum Jakarta 2025 Symposium yang mengusung tema “Current Breakthrough in Cardiovascular Diseases Management: A Team-Approach Fashion di Jakarta belum lama ini.

Baca juga: Hanya Butuh 30 Detik untuk Selamatkan Hidup, Cek Irama Jantung dengan Menari

Acara ini menghadirkan sejumlah pakar jantung dan pembuluh darah terkemuka di Indonesia yang memaparkan perkembangan mutakhir dalam penanganan penyakit kardiovaskular.

Ia menekankan bahwa AF kerap tidak disadari oleh penderitanya. 

"AF paling banyak terjadi pada individu berusia di atas 40 tahun dan dapat dipicu oleh faktor usia, tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, kurang olahraga, serta konsumsi alkohol," katanya.

AF memiliki risiko fatal, terutama meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke hingga lima kali lipat dibanding individu tanpa gangguan irama jantung.

“Itulah mengapa deteksi dini dan pengendalian AF sangat penting,” jelas dr. Simon.

Terapi Modern Bisa Kendalikan AF

Di Indonesia, berbagai terapi terbaru untuk mengendalikan AF ini, di antaranya radiofrequency Ablation,  cryoballoon Ablation dan pulsed-Field Ablation (PFA) yakni teknologi terbaru yang lebih aman dan meminimalkan risiko cedera jaringan sekitar jantung.

“Dulu pasien berpikir ablasi harus dilakukan di luar negeri. Padahal, peralatan dan prosedurnya sama persis di Indonesia, dan dokter-dokternya pun telah mendapat pelatihan internasional,” tambah dr. Simon.

Selain prosedur ablasi, masyarakat disarankan lebih peka terhadap irama jantung melalui cara sederhana, misalnya meraba nadi atau menggunakan smartwatch yang kini mampu mendeteksi aritmia.

Baca juga: Waspadai Aritmia, Gangguan Irama Jantung yang Bisa Picu Stroke

Untuk keluhan yang tidak menetap, pasien juga bisa memanfaatkan alat EKG 24 jam yang dapat dibawa pulang untuk mencatat irama jantung secara real time.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved