Senin, 24 November 2025

Tren AI Jadi Tempat Curhat Gen Z, Bakal Gantikan Peran Psikolog?

Kemajuan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan saat ini semakin diandalkan bahkan menjadi tempat curhat.

Penulis: M A.M.J
Sputnik
CURHAT AI - Kemajuan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan saat ini semakin diandalkan bahkan menjadi tempat curhat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

Ringkasan Berita:
  • Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan saat ini semakin diandalkan bahkan menjadi tempat curhat.
  • Jadi tren gen Z yang mengandalkan AI contohnya seperti ChatGPT untuk kebutuhan konseling atau konsultasi psikologis.

 

 


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemajuan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan saat ini semakin diandalkan bahkan menjadi tempat curhat.

Hal tersebut pun menjadi fenomena banyaknya Gen Z yang mengandalkan AI contohnya seperti ChatGPT untuk kebutuhan konseling atau konsultasi psikologis.

Baca juga: OpenAI Mulai Izinkan Konten Khusus Dewasa di ChatGPT per 1 Desember

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia periode 2025–2029, Dr. Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog, menyebut tren ini memang nyata dan cukup banyak terjadi. 

Namun, ia menegaskan penggunaan AI sebagai pengganti psikolog manusia tidaklah memadai.

"Fenomena ini memang cukup banyak terjadi. Namun demikian, jika saya sebagai praktisi juga sekaligus pengajar, mereka mengaku bahwa tidak cukup," kata Retno di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (23/11/2025).

Ia menjelaskan meski banyak anak muda yang awalnya mencari bantuan melalui AI, pada akhirnya mereka tetap membutuhkan interaksi dengan psikolog profesional.

"AI itu enggak cukup, enggak bisa sama sekali menggantikan. Mereka mungkin pertama akan ke ChatGPT, tapi kemudian berkontak dengan kami pasti. Itu terjadi di ruang-ruang praktik kita semua ya. Jadi enggak, enggak akan bisa," tegasnya.

Retno menekankan peran psikolog tidak bisa digantikan teknologi karena membutuhkan empati, pemahaman konteks, serta kompetensi klinis yang hanya dimiliki tenaga profesional.

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved