Senin, 8 September 2025

Sekolah Rakyat: Inisiatif Prabowo untuk Memutus Mata Rantai Kemiskinan

Sekolah Rakyat adalah inisiatif langsung dari Prabowo Subianto yang ditujukan khusus bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.

Editor: Content Writer
dok. Kemensos
INISIATIF SEKOLAH RAKYAT - Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Robben Rico, saat menjadi narasumber dalam acara Media Briefing: Menembus Batas Lewat Sekolah Rakyat. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Gedung Pers Nasional Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah menggulirkan program Sekolah Rakyat sebagai upaya strategis dalam memutus mata rantai kemiskinan lintas generasi. Program ini merupakan inisiatif langsung dari Presiden Prabowo Subianto yang ditujukan khusus bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem yang selama ini mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan yang layak dan berkualitas.

“Program Sekolah Rakyat bukan program Kementerian Sosial, tapi program riil dari Bapak Presiden, yang diamanahkan kepada kami melalui Inpres Nomor 8/2025. Jadi kami ini ibaratnya diminta untuk jadi tim kesebelasan. Owner kesebelasan ini Pak Presiden, kebetulan kami diminta jadi kapten tim kesebelasan itu,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Robben Rico, dalam media briefing bertema “Menembus Batas Lewat Sekolah Rakyat” di Balai Pers Nasional, Surakarta, Minggu (20/7/2025).

Dalam forum yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tersebut, Robben mengungkap data yang mengejutkan. Sebanyak 227 ribu anak usia SD di Indonesia belum pernah sekolah atau putus sekolah. Angka ini melonjak drastis di jenjang SMP yakni 499 ribu anak dan SMA 3,4 juta anak.

“Sebetulnya kesimpulannya kan pengangguran terselubung. Apa mungkin bisa bekerja tanpa punya ijazah SMA. Nah itulah yang kemudian ingin kita selesaikan,” tegas Robben.

Jawa Tengah menjadi provinsi dengan angka putus sekolah tertinggi kedua di tingkat menengah, dengan 44,8 ribu anak usia SMP dan 464 ribu anak usia SMA tercatat tidak bersekolah.

Sebagai jawaban atas krisis pendidikan yang terjadi, Sekolah Rakyat hadir dengan mengusung tiga prinsip utama, yaitu mengangkat harkat wong cilik, merangkul mereka yang selama ini terabaikan, serta membuka peluang bagi hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil.

“Alhamdulillah dengan beroperasinya Sekolah Rakyat mereka menjadi punya harapan dan punya mimpi,” tambah Robben.

Format boarding school dipilih agar anak-anak tidak hanya mendapatkan pendidikan akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan rasa percaya diri. Proses rekrutmen pun tidak konvensional. Anak-anak dipilih berdasarkan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) dan dijemput langsung oleh tim pemerintah, bahkan dari daerah terpencil dan rumah tanpa listrik.

“Saya ke Katingan, Kalimantan Timur dan Maluku Utara untuk mencari anak-anak ini. Saya ajak bicara enggak ada yang berani lihat mata saya dan bisanya cuman nangis, malu. Padahal cita-citanya ingin jadi guru pendidikan agama Islam, (tapi) ibunya tidak mampu,” cerita Robben.

Per 14 Juli 2025, sebanyak 63 Sekolah Rakyat telah beroperasi. Sisanya, 37 sekolah akan dibuka pada akhir Juli atau awal Agustus, menjangkau total 100 lokasi di seluruh Indonesia. Distribusinya meliputi: Jawa 48 sekolah, Sumatera 22 sekolah, Sulawesi 15 sekolah, Bali 4 sekolah, Nusa Tenggara 4 sekolah, Kalimantan 4 sekolah, Maluku 4 sekolah, dan Papua 3 sekolah.

Baca juga: 5 Tahun Putus Sekolah, Arista Kembali Raih Asa Lewat Sekolah Rakyat

Total kapasitas saat ini mencapai 9.705 anak. Setiap siswa menerima seragam, sepatu, perlengkapan mandi, pembalut bagi siswi, makanan bergizi tiga kali sehari, serta pemeriksaan kesehatan dan talent mapping sejak hari pertama.

Pembelajaran di Sekolah Rakyat menggunakan teknologi terkini, seperti Learning Management System (LMS), smartboard, dan laptop. Kurikulumnya menggabungkan standar akademik nasional dengan penguatan karakter.

“100 (Sekolah Rakyat) ini teman-teman Kemensos sudah langsung koordinasikan dengan kami. Untuk Sleman dan Bantul itu 100 Mbps (kecepatan internetnya),” jelas Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni Supriyanto.

Komdigi juga menyiapkan berbagai aplikasi penunjang, termasuk LMS, untuk mendukung sistem digitalisasi di sekolah.

Lebih dari sekadar pendidikan, Sekolah Rakyat juga mencakup intervensi sosial menyeluruh. Rumah-rumah tidak layak milik orang tua siswa akan direnovasi, keluarga diberdayakan, dan lingkungan sekitar diperbaiki.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan