Bacaan Doa
Doa Kelancaran Berbicara agar Tidak Gugup dan Percaya Diri
Doa kelancaran berbicara agar tidak gugup dan percaya diri diambil dari doa Nabi Musa sebelum berdakwah, diabadikan dalam At-Thaha ayat 25-28.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
Hal ini disebutkan dalam hadis, Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang dia tidak pikirkan dahulu, dia akan menggelincirkannya ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa di antara timur." (HR Abu Hurairah ra. dalam Ṣaḥīḥ Muslim, no. 2988)
"Lebih jauh antara timur dan barat." (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
"Sesungguhnya seorang lelaki yang berbicara dengan pembicaraan yang dapat membuat tertawa orang-orang di majelisnya. Dia akan jatuh karena kalimat yang diucapkannya lebih jauh dari bintang tsurayya." (HR Ahmad)
Rasulullah saw. juga mengingatkan umatnya agar tidak sembarangan ketika berbicara, karena kalimat itu dapat meninggikan derajatnya atau menurunkan derajatnya.
"Sesungguhnya seorang hamba, yang mengucapkan satu kalimat yang diridhai oleh Allah, dia mengucapkannya tanpa berpikir panjang, Allah akan mengangkatnya beberapa derajat. Dan seorang hamba, yang mengucapkan satu kalimat yang dimurkai Allah, dia mengucapkannya tanpa berpikir panjang, Allah akan menjerumuskannya ke neraka karena kalimat itu.” (Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dalam sahih Al-Bukhari)
2. Berkata yang baik atau diam
Dalam kitab Tuhfah Al-Ahwadzi (7/75), seorang ulama teologi Ahlussunnah dari kalangan mazhab Hanafi, Al-Maidani, mengatakan bahwa seseorang tergantung pada dua anggota tubuhnya.
"Dan kamu lihat keanehan dari orang yang diam, banyak atau sedikitnya ia berbicara. Lisan seseorang adalah setengah (dirinya) dan setengah lagi adalah hatinya. (Jika keduanya tidak ada), maka dia hanyalah seonggok daging dan darah saja."
Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk berkata yang baik-baik atau lebih baik diam.
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam…” (HR. Bukhari no. 6018, dan Muslim no. 47)
3. Larangan menceritakan apa saja yang didengar
Imam Al‑Maidani melalui Kitabul ‘Adab mengatakan:
Jika seseorang mendengarkan pembicaraan suatu kaum yang tidak menyukainya, dan kemudian menyebarkannya, dia akan mendapatkan ancaman keras dari Nabi SAW.
Sementara orang yang menceritakan mimpi yang bukan miliknya makan dia ditugaskan untuk mengikat dua butir gandum namun tidak mampu.
"Barangsiapa menceritakan mimpi yang bukan miliknya, maka pada hari kiamat ia akan ditugaskan untuk mengikat dua butir gandum—tetapi tidak akan mampu melakukannya." (HR Sunan Ibn Majah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.