Selasa, 9 September 2025

Pemilu 2024

Pengamat Soroti Munculnya Politik Identitas Menuju Pemilu 2024

Alwan Ola Riantoby menegaskan muncul banyak problem atau masalah dalam proses menuju pemilihan umum (Pemilu).

Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami
Direktur Eksekutif Kata Rakyat, Alwan Ola Riantoby (kiri) dalam diskusi politik di kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Senin (20/02/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Kata Rakyat, Alwan Ola Riantoby menegaskan muncul banyak problem atau masalah dalam proses menuju pemilihan umum (Pemilu).

Alwan mengatakan permasalahan pertama yakni soal politik  identitas.

Oleh karena itu, Alwan mengimbau kepada peserta Pemilu 2024 untuk melakukan kampanye dengan bijak.

Alwan menolak keras praktek politik identitas di Pemilu 2024.

Menurutnya, praktek politisisasi identitas adalah bentuk pembodohan masyarakat dan sudah saatnya masyarakat disuguhi narasi yang mencerdaskan.

"Kampanye jangan membodohi publik yang sifatnya identitas, pendekatan ras, agama. Setiap orang boleh memilih berdasarkan agama atau ras, tapi menjadikan kampanye yang sifatnya politisisasi identitas agama, saya kira tidak perlu dilakukan," kata Alwan dalam diskusi politik di kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Senin (20/02/2023).

"Jangan kapilitalisasi isu agama, ras sebagai market politik. Publik harus mengenal itu," sambungnya.

Dikutip dari situs Lipi.go.id, yang ditulis Firman Noor dkk,.  disebutkan bahwa politik identitas secara sederhana bisa dimaknai sebagai strategi politik yang memfokuskan pada pembedaan dan pemanfaatan ikatan primordial sebagai kategori utamanya.

Politik identitas dapat memunculkan toleransi dan kebebasan, namun di lain pihak, politik identitas juga akan memunculkan pola-pola intoleransi, kekerasan verbal-fisik dan juga pertentangan etnik dalam kehidupan.

Problematika kebangsaan kembali mengedepan tatkala bangsa ini memasuki era demokratisasi.

Hal itu terutama terkait dengan hadirnya berbagai ekspresi kebangkitan primordialisme di berbagai daerah yang melandaskan diri pada nilai-nilai keetnisan.

Baca juga: Soroti Jadwal Kampanye Peserta Pemilu yang Ditetapkan KPU Cuma 75 Hari, Begini Kata Pengamat

Kemudian, Alwan menyoroti juga permasalahan lain.

Yakni soal kampanye peserta Pemilu, yang hanya mengedepankan popularitas ketimbang ide dan gagasan.

"Sadar atau tidak metode kampanye seakan direkduksi digiring bahwa seorang layak menjadi pemimpin apabila popularitas tinggi. Tanpa isi kepala tinggi, yang penting populer, tapi tidak break down seberapa besar program yang dia miliki," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan