Virus Corona
Kisah Seorang Warga Wuhan Tolak Dikarantina: Kami Lebih Baik Mati di Rumah daripada Dikarantina
Virus corona sudah banyak meninfeksi warga di dalam maupun luar China. Seorang warga Wuhan, menolak dikarantina. Ini alasannya.
Penulis:
Yurika Nendri Novianingsih
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Wuhan, China merupakan sumber dari wabah virus corona yang kini menginfeksi ke sejumlah negara.
Hingga Rabu (5/2/2020) hari ini, korban yang terinfeksi virus corona mencapai angka 24.550.
Sementara korban yang dinyatakan meninggal sebanyak 492 orang.
Penyebaran yang semula terjadi di 27 negara kini sudah bertambah menjadi 28 negara.
Infeksi virus ini menyebabkan semua pasien harus dikarantina.

Seorang warga Wuhan, Wenjun Wang yang tinggal di pusat persebaran virus menolak untuk dikarantina.
Ibu rumah tangga berusia 33 tahun tersebut bersama dengan keluarganya memutuskan tetap tinggal di kota sejak 23 Januari.
"Sejak muncul virus korona, paman saya sudah meninggal, ayah saya sakit parah, ibu dan bibi saya mulai menunjukkan beberapa gejala," ujar Wang dikutip dari bbc.com.
"Adikku juga batuk dan kesulitan bernapas," tambahnya.
Hasil CT scan menunjukkan paru-paru mereka telah terinfeksi.
"Ayah saya demam tinggi. Suhunya 39,3 derajat C, dia terus-menerus batuk dan kesulitan bernapas," jelasnya.
Ia juga telah membelikan mesin oksigen yang selalu digunakan untuk membantu pernapasan ayahnya.
Saat ini, ia hanya memberikan obat-obatan dari China dan Barat untuk mengatasi gejala yang dialami oleh ayahnya.
"Tidak ada rumah sakit untuk dia kunjungi karena kasusnya belum dikonfirmasi karena kurangnya alat tes."
"Ibu dan bibi saya pergi ke rumah sakit setiap hari dengan harapan mendapatkan kamar untuk ayah meskipun dalam keterbatasan kondisi kesehatan mereka."