Senin, 18 Agustus 2025

2 Remaja Putri Habisi Ayah Kandung di Jakarta Timur, Ini Perintah Kakak kepada Adik

Alasannya keduanya membunuh karena sakit hati, sering dipukuli, disebut sebagai anak yang tidak berguna, dan anak haram

Editor: Erik S
Tribunnews
Kronologi tewasnya seorang bos perabot bernama Syafrin (55) di kawasan Kanal Banjir Timur (KBT), RW 03, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur di tangan putrinya sendiri, KS (17), diungkap pihak kepolisian. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kakak beradik berinisial KS (17) dan PA (16) diduga merencanakan pembunuhan terhadap ayahnya sendiri, pedagang perabot berinisial S (55), di kawasan Jakarta Timur.

Keduanya merencanakan pembunuhan terhadap ayahnya mereka karena perasaa sakit hati.

“Dugaan adanya perencanaan dibuktikan dari pengakuan KS. Dia mengatakan kepada sang adik seperti ini, ‘Nanti kamu melakukan ini, saya melakukan ini',” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Ade Ary Syam Indradi, Selasa (2/7/2024).

Baca juga: Duduk Perkara Bos Perabot Dibunuh oleh 2 Putri Kandungnya di Jakarta

Tanpa berkomentar, PA lalu mengiyakan perkataan sang kakak. Dia disinyalir mengikuti rencana KS karena senasib dan sepenanggungan.

Pasalnya, PA dan KS pernah dipukuli dan dicap sebagai anak haram.

"Alasannya (melakukan pembunuhan) karena mereka sakit hati, sering dipukuli, disebut sebagai anak yang tidak berguna, dan anak haram,” ungkap Ade Ary.

Saat hari pembunuhan, KS dan PA melakukan perannya sesuai dengan rencana yang disusun. PA diketahui berperan memukul sang ayah dengan benda tumpul berupa papan yang biasa digunakan untuk mencuci.

Ia memukul korban sebanyak dua kali tepat di bagian kepala dengan menggunakan papan cuci tersebut.

“Kalau KS, seperti yang diungkap, menusuk korban di bagian dada sebanyak dua kali,” tutur Ade Ary.

Atas perbuatannya, KS dan PA kini telah ditetapkan sebagai tersangka atau anak yang berhadapan dengan hukum. Mereka disangkakan Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP.

Pelaku Ketahuan karena Kamera ETLE

Pelaku PA baru ketahuan belakangan turut mengabisi KS ditetapkan menjadi tersangka.

Ade Ary Syam Indradi mengatakan sama dengan sang kakak, PA juga beralasan sakit hati hingga membunuh ayah kandungnya sendiri.

"Alasannya karena mereka sakit hati, sering dipukuli sama korban, sering tidak dikasih makan, kemudian disampaikan anak yang tidak berguna, waktu itu juga terungkap anak haram," kata Ade Ary kepada wartawan, Selasa (2/7/2024).

Baca juga: Kesaksian Ketua RW di Duren Sawit usai Bos Perabot Tewas, Anak Korban Sering Keluar Masuk Kios

PA saat itu, berperan memukul kepala korban sebanyak dua kali menggunakan papan kayu cucian. Setelahnya, barulah KS menusuk korban dengan pisau dapur.

Lalu, setelah membunuh, keduanya pergi dari lokasi pembunuhan dan terekam kamera electronic traffic law enforcement (ETLE).

"Anak KS dan Anak PA telah dilakukan penahanan, namun saat ini sedang dibantarkan ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk dilakukan observasi psikiatrikum," tuturnya.

Tanggapan Psikolog

Psikolog anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI),Seto Mulyadi ungkap jika ada beberapa faktor yang mendorong anak jadi pelaku tindak kekerasan. 

"Penyebab utamanya bisa saya dari orangtua, yang mendidik dengan kekerasan. Bisa juga dari lingkungan pergaulan. Atau dari berbagai informasi yang diperoleh media sosial," ungkapnya pada Tribunnews, Minggu (30/6/2024).

Di media sosial kadang kala kerap menunjukkan masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan. 

Baca juga: Pedagang Perabot di Jaktim Tewas di Tangan Anak Gadisnya, Polisi : Pelaku Satu Orang

Informasi seperti ini dapat mendominasi anak-anak dan remaja untuk melakukan tindak kekerasan. 

Untuk mengatasi hal ini, laki-laki yang akrab disapa kak Seto ini mengatakan perlu ada pembenahan dari sistim pendidikan di Indonesia. 

"Pendidikan kita terlalu menekankan pada kemampuan logika.  Yang dinilai itu akademik saja. Tetapi kecerdasan emosional, tidak dilatih dan dikembangkan dalam sistim pendidikan kita," kata kak Seto. 

Seharusnya, selain nilai akademik, pendidikan di Indonesia perlu mengajarkan perilaku sopan dan santun. 

"Di tata dulu sistim pendidikan. Ada lima hal yaitu etika, estetika, Ilmu pengetahuan dan teknologi, nasionalisme dan kesehatan termasuk kesehatan mental," tambahnya. 

Selain itu, kak Seto juga mengimbau orang tua untuk mendidik anak sesuai dengan zamannya. 

"Zaman dulu anak dituntut untuk menurut. Kalau menurut dianggap baik. Kalau sekarang tidak bisa. Anak bisa mendapat informasi lebih banyak di media sosial. Dia bisa membandingkan," imbuh kak Seto. 

Ayah dan ibu hendaknya saling bekerja sama untuk mendidik anak.

Paling paling adalah mulai mendengarkan dan mempertimbangkan  pendapat anak.  

Sebelumnya, warga di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur digegerkan dengan adanya sesosok jenazah di dalam sebuah toko perabotan pada Sabtu (22/6/2024).

Baca juga: Pedagang Perabot di Jaktim Tewas di Tangan Anak Gadisnya, Polisi : Pelaku Satu Orang

Penemuan jasad ini juga viral di media sosial salah satunya diunggah akun Instagram @merekamjakarta.

Dari video yang diunggah, warga terlihat berkumpul di belakang garis polisi di dekat toko yang rolling doornya setengah tertutup dan sudah ada polisi di lokasi.

Akun itu menyebut jika jenazah tersebut merupakan seorang pedagang perabotan rumah tanggal berinisial S.

Disebutkan juga, ada luka tusuk di bagian perut korban diduga dari benda tajam.

Adapun penemuan jasad ini disebutkan oleh seorang warga lain yang juga pedagang di sekitar curiga karena korban sudah tiga hari tidak berjualan.

Hasil pemeriksaan sementara, tersangka sakit hati karena kerap mendapat perlakuan kasar, mulai dari dihina hingga dipukul oleh korban.

Bahkan, kata Ade Ary, KS mengaku pernah dihina anak haram oleh korban hingga akhirnya melakukan hal keji tersebut.

"Alasan tsk KS melakukan penusukan dan pembunuhan terhadap ayah kandung atau bapak kandungnya ini adalah sementara ditemukan fakta oleh penyidik karna sakit hati karena sering dimarahin, kadang dipukul," ucap Ade Ary kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Senin (24/6/2024).

"Dituduh mengambil barang milik korban bahkan pernah dikatakan anak haram oleh korban, ini berdasarkan keterangan tersangka," sambungnya.

Meski begitu, Ade Ary mengatakan penyidik tak sepenuhnya percaya dengan keterangan tersangka dan masih melakukan pendalaman.

Di samping itu, sebelum terjadinya pembunuhan, KS tinggal di ruko tempat kejadian tersebut bersama korban dan adiknya. (Kompas,com/Tribunnews)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan