Senin, 18 Agustus 2025

Begini Penipuan Modus BTS Palsu, Bareskrim Kejar Otak Aksi dan Minta Masyarakat Waspada

Dalang di balik penipuan ini, diduga merupakan warga negara asing (WNA) asal China yang kini telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO)

Editor: Eko Sutriyanto
Grace Sanny Vania
FAKE BTS - Kepala Bareskrim Polri (tengah) dalam Konferensi Pers terkait pengungkapan kasus penyebaran SMS Phising melalui Fake BTS (Base Transceiver Station) di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (24/3/2025) 

Kedua tersangka berperan sebagai operator lapangan, bertugas mengemudikan kendaraan yang telah dimodifikasi untuk mengirimkan SMS massal yang meniph di area-area ramai.

“Tetapi yang diincar memang daerah
yang crowded, yang memang banyak crowdnya, yang banyak orang yang berkumpul di situ, sehingga pasti di titik keramaian,” ujar Wahyu.

Tugas kedua tersangka tersebut hanyalah mengoperasikan kendaraan yang dilengkapi peralatan untuk mengirimkan SMS massal ke area-area publik yang padat.

“Kemudian background mereka, mereka sebenarnya orang-orang biasa aja, karena tugas mereka kan cuma dikendalikan hanya suruh nyupir muter-muter saja,” ujar Wahyu.

Baca juga: Awal Mula Tersangka Penipuan Ditemukan Tewas Dimutilasi di Tangerang, 2 Tahun Disimpan dalam Freezer

Karena itu, kata Wahyu, tugas Bareskrim Polri saat ini adalah berupaya memburu jaringan yang lebih besar dibalik sindikat penipuan menggunakan perangkat BTS palsu ini.

“Oleh karena itu kita bukan hanya sekedar mengungkap yang ada di sini, kita akan berusaha membongkar yang lebih besar lagi. Bagaimana kalau ada jaringannya kita bongkar jaringannya supaya nanti kita bisa tahu kemana saja mereka menyebarkan orang-orangnya,” kata dia.

Bareskrim Polri mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati terhadap SMS yang mencurigakan, terutama yang berisi tautan atau permintaan informasi pribadi.

“Dan dalam kesempatan ini juga kami juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk selalu waspada, hati-hati apabila mendapatkan SMS, dicek betul, jangan buru-buru. Kalau misalnya di SMS yang menggunakan, Anda mendapatkan poin dari bank X, ternyata kita bukan nasabah bank X, kan pasti gak mungkin,” ujar Wahyu.

Lebih lanjut, Wahyu menyarankan agar masyarakat melakukan verifikasi kebenaran informasi dengan menghubungi layanan pelanggan resmi bank yang bersangkutan.

“Oleh karena itu agar betul-betul dicermati, diverifikasi, kalau betul ditanyakan kembali. Kan biasanya ada customer service number-nya di masing-masing bank itu, bisa tanya dulu betul gak ada tersebut. Supaya jangan sampai kita diperdaya oleh para pelakunya,” tuturnya.

Modus penipuan ini tergolong mudah dilakukan karena pelaku tidak memerlukan nomor telepon spesifik untuk mengirimkan SMS.

“Apakah kalau menyebarkan perlu nomor? Tidak perlu, yang penting disebar saja nanti yang nyangkut, nyangkutlah. Kayak nyebar jaring. Namanya juga blasting ya kadang nyangkut, kadang tidak nyangkut,” jelasnya.

Tujuan utama pelaku, kata Wahyu adalah menyebarkan SMS tipuan sebanyak mungkin, dengan harapan ada yang “nyangkut” dan menjadi korban mereka.

“Tapi artinya mereka kan nothing to lose. Yang penting nyebar saja berita ini SMS-nya sehingga bisa masuk, sehingga mungkin kadang-kadang kita juga terima. Tidak kenal ini dari mana. Nah justru kadang-kadang kita harus waspada terhadap nomor-nomor yang tidak kenal,” lanjutnya.

Akibat dari penipuan menggunakan perangkat "Fake BTS" dan SMS phishing ini terdapat 12 nasabah menjadi korban dan menyebabkan kerugian total sekitar Rp473,7 juta.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan