Kamis, 4 September 2025

Aksi Ojek Online

Kisah Sedih Buyung Jadi Driver Ojol: Cerai dengan Istri karena Masalah Ekonomi

Buyung sudah menjadi driver ojol sejak tahun 2016 atau masa di mana pendapatan ojol kala itu cukup fantastis. Sehari bisa dapat Rp300 ribu

|
Editor: Erik S
TRIBUNJAKARTA.COM.ELGA PUTRA
KISAH OJOL - Buyung Sutrisno, seorang pengemudi ojek online (Ojol) menceritakan kisah pahit hidupnya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-  Buyung Sutrisno, seorang pengemudi ojek online (Ojol) menceritakan kisah pahit hidupnya.

Buyung hari ini ikut aksi ojek online di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Buyung rela tak mendapatkan pemasukan hari ini karena mematikan aplikasinya.

Hal itu dipilihnya sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan para driver ojol yang menuntut pihak aplikator hanya menerapkan potongan 10 persen.

Baca juga: Polisi Usir Pengemudi Ojol yang Mau Demo di Depan Gedung DPR/MPR

“Kalau narik juga nggak ada duitnya, ya kita tunjukkanlah solidaritas kita,” kata Buyung ditemui di lokasi aksi, Selasa (20/5/2025).

Buyung bukanlah driver ojol 'kemarin sore'. Ia sudah menjadi driver ojol sejak tahun 2016 atau masa di mana pendapatan ojol kala itu cukup fantastis.

"Waktu itu mah minimal sehari itu dapat uang Rp 300 ribu bersih. Indah banget pokoknya," kata Buyung.

Namun semua masa indah itu kini berubah menjadi hal yang cukup pahit.

"Sekarang, dapet Rp200 ribu kotor aja susah. Udah kayak got, kotor banget,” ujarnya.

Sebab, ia menyebut kian besarnya potongan yang diberikan oleh pihak aplikator.

"Sekarang potongan itu 20 persen ditulisannya. Tapi kenyataannya mah lebih dari segitu, banyak potongannya lah," kata dia.

Selain itu, ia menyebut beragam promo hemat yang harganya sangat murah juga kian membuat driver menjerit.

Baca juga: Solusi untuk Ojol Disebut Harus Berpijak pada Realitas Ekonomi, Bukan Sekadar Wacana Politik

Diceritakannya, dalam skema kerja Grab maupun Gojek, para driver bisa memilih untuk masuk ke program-program hemat agar mendapat prioritas order. Namun, menurut Buyung, program ini menjadi jebakan yang merugikan.

“Kalau di Grab, namanya slot. Di Gojek, disebut Aceng, artinya Argo Goceng. Jadi kita dibayar Rp5.000 doang. Padahal perjalanan bisa jauh dan makan bensin. Ini benar-benar merugikan,” tuturnya.

Minimnya order dan besarnya potongan diakui Buyung membuat ekonomi keluarganya limbung.

Ia pun terpaksa memakai sistem 'gali lubang tutup lubang' alias utang untuk sekadar memenuhi kebutuhan.

Halaman
12
Sumber: TribunJakarta
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan