Rabu, 1 Oktober 2025

Diplomat Muda Tewas di Menteng

5 Respons Keluarga ADP soal Pernyataan Polisi: Hanya Ada 1 Ponsel, Kebenaran Akan Terungkap

Keluarga tak percaya Arya Daru Pangayunan meninggal karena bunuh diri dan meyakini kebenaran akan terungkap.

Dok. Pribadi Arya Daru
DIPLOMAT MUDA TEWAS - Arya Daru Pangayunan semasa hidup. Foto ini diunggah di media sosialnya pada 4 Februari 2024. Keluarga tak percaya Arya Daru Pangayunan meninggal karena bunuh diri dan meyakini kebenaran akan terungkap. Hal ini menanggapi pernyataan polisi pada Selasa (29/7/2025), terkait kematian Arya. Diketahui, Arya ditemukan tewas di kosannya di Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025, dalam kondisi kepala terlilit lakban kuning. 

TRIBUNNEWS.com - Keluarga Diplomat Muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), membantah sejumlah pernyataan polisi mengenai kematian korban.

Pada Selasa (29/7/2025), Polda Metro Jaya menyampaikan keterangan mengenai temuan kematian Arya yang ditemukan tewas di kosannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, 8 Juli 2025.

Dirangkum Tribunnews.com, berikut ini lima bantahan keluarga Arya terkait pernyataan polisi:

1. Yakin Tak Bunuh Diri

Kakak ipar Arya, Meta Bagus, mengaku syok saat mendengar polisi menyatakan korban meninggal karena mengakhiri hidup.

Meta menyebut, seluruh keluarga, termasuk Arya, merasa berat menerima kepergian Arya dan hasil keterangan penyelidikan dari kepolisian.

"(Polisi) tadi sudah menyampaikan mengenai apa yang terjadi kepada almarhum adik kami, saudara kami, Arya Daru Pangayunan."

Baca juga: Kompolnas Akui Ada Luka Memar di Wajah Arya Daru, Mengapa Tak Diumumkan ke Publik?

"Berkenaan dengan hal tersebut, sebetulnya kami saat ini masih pada posisi yang berat, masih syok," ungkap Meta di kediaman keluarga Arya di Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Selasa, dilansir TribunJogja.com.

Meta meyakini, adik iparnya meninggal bukan karena bunuh diri.

Meski Meta tak memungkiri penyelidikan oleh kepolisian tidak mudah, pihaknya menyebut ada rencana mencari kuasa hukum untuk melanjutkan kasus Arya.

"Sampai saat ini kan memang penyelidikan masih berlangsung dan ini kan kesimpulan yang disampaikan juga masih dalam proses pendalaman," ujar Meta.

"Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu (mengakhiri hidup)" tegas dia.

Diketahui, Polda Metro Jaya memastikan Arya meninggal tanpa ada keterlibatan pihak lain alias mengakhiri hidup.

"Dari hasil pemeriksaan tersebut, disimpulan indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," jelas Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, dalam jumpa pers, Selasa.

2. Arya Hanya Punya Satu Ponsel

Arya disebutkan memiliki dua ponsel, yaitu Samsung Note 9 dan Samsung Ultra 22.

Samsung Ultra 22 adalah ponsel yang digunakan Arya sehari-hari, namun hingga saat ini belum ditemukan.

"Samsung Ultra 22 saya tidak terima, hilang atau enggaknya saya nggak tahu," kata anggota Labfor Ditsiber Polda Metro Jaya, Ipda Sadji Purwanto, dalam jumpa pers, Selasa.

"Handphone yang kami periksa adalah handphone yang terakhir kali digunakan pada tahun 2022," imbuh dia.

Menanggapi hal itu, Meta Bagus memberikan bantahan. Sepengetahuan keluarga, Arya hanya memiliki satu ponsel.

Menurut Meta, ponsel yang selama ini digunakan Arya adalah Samsung S22 Ultra.

"Setahu kami satu, satu saja," katanya, dikutip dari Kompas.com.

"Ya betul, yang belum ditemukan itu kan S22 Ultra. Yang itu yang dipakai sama almarhum, seingat saya itu," lanjutnya.

3. Obat yang Dikonsumsi Wajar

Terkait hasil pemeriksaan organ dan cairan tubuh milik Arya oleh Subdit Toksikologi Forensik Bareskrim Polri, ditemukan korban sempat mengonsumsi senyawa obat.

Di jaringan orak, terdeteksi obat paracetamol. Sementara, di bagian empedu, limpa hati, lambung, serta pada darah korban, ditemukan senyawa chlorpheniramine.

Dua senyawa itu juga ditemukan di urine dan ginjal Arya.

Parasetamol adalah sejenis obat yang dapat meredakan nyeri serta menurunkan demam.

Chlorpheniramine adalah obat jenis antihistamin digunakan untuk meredakan gejala alergi, seperti hidung tersumbat dan bersin, serta dapat menyebabkan efek samping ringan seperti kantuk.

Menurut Meta, konsumsi obat yang mengandung dua senyawa itu oleh Arya, adalah hal wajar.

Terlebih, obat dikonsumsi oleh seseorang yang merasa sakit.

"Namanya orang sakit itu kan lumrah, ya. Kadang kita pusing, ya minum Paracetamol, kadang kalau pas lagi sembelit, ya obat sembelit, dan lain sebagainya, gitu," kata Meta.

4. Konsultasi soal Mental adalah Hal Pribadi

Polisi mengatakan Arya sudah memiliki niatan bunuh diri sejak 2013.

Hal ini diketahui dari ponsel lama milik Arya yang ditemukan. Ponsel Arya itu terakhir kali digunakan pada 21 September 2022.

"Kami menemukan ada pengiriman email yang dimiliki atau digunakan oleh pengguna digital evidence. Alamatnya adalah ddaru_c@yahoo.com."

"Dikirim ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional yang mengalami perasaan tertekan dan putus asa, hingga dapat menyebabkan bunuh diri," urai Ipda Sadji Purwanto.

Email itu, kata Sadji, dikirim Arya dalam rentang waktu Juni-Juli 2013. Isinya terkait keinginan Arya untuk mengakhiri hidup.

Email serupa kembali dikirim Arya pada 2021, dalam kurun waktu 24 September-5 Oktober.

"Kemudian di segmen pada tahun 2021, dimulai dari tanggal 24 September 2021 sampai dengan 5 Oktober 2021 sebanyak sembilan segmen."

"Intinya adalah sama ada niatan semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi," jelas Sadji.

Terkait hal itu, Meta menganggapnya sebagai hal pribadi.

Karena itu, ia enggan berkomentar lebih jauh mengenai pernyataan polisi terkait email konsultasi Arya.

"Namanya kita konsultasi mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apapun itu saya rasa itu hal pribadi ya. Jadi, saya tidak mengomentari hal tersebut," tutur Meta.

5. Yakin Kebenaran Terungkap

Meta Bagus meyakini kebenaran mengenai kematian Arya akan terungkap.

Terlebih, penyelidikan terhadap kasus Arya masih terus berjalan.

Ia pun berharap polisi bisa melanjutkan penyelidikan terkait kasus Arya dan melakukan pendalaman lebih lanjut.

"Berarti kan masih ada hal-hal yang perlu didalami lagi oleh beliau-beliau, para penyidik. Nah, itu kita tunggu bersama nanti bagaimana hasil ke depannya," kata dia, masih dari Kompas.com.

"Jadi, pada waktunya nanti, kami juga percaya kebenaran akan terungkap dengan terang, dan membawa keadilan dan ketenangan bagi daru juga bagi yang ditinggalkan," pungkasnya.

Sebagai informasi, pihak kepolisian telah memerksa 24 saksi yang dibagi dalam tiga klaster, yaitu saksi dari pihak Kemenlu, keluarga, dan pemilik serta penjaga kos.

Selain itu, polisi juga telah mengamankan 103 barang bukti yang juga dibagi menjadi tiga klaster.

"Yang pertama adalah klaster di mana penyelidik mengamankan barang bukti tersebut di kantor korban (Kemenlu). Kedua, penyelidik mengamankan barang bukti tersebut di tempat kos korban."

"Kemudian, yang berikutnya lagi, penyelidik mengamankan barang bukti tersebut dari keluarga korban maupun saksi-saksi yang lain," urai Kombes Wira Satya Triputra.

Dari ratusan barang bukti tersebut, adapun yang diperlihatkan saat konferensi pers yaitu lakban kuning, buku karya Arya, hingga kontrasepsi.

Sebagai informasi, Arya ditemukan tewas di kosannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025.

Jasadnya ditemukan telentang di atas kasur dan kepalanya terlilit lakban kuning.

Penemuan jasad Arya bermula dari kecurigaan sang istri karena tak bisa dihubungi sejak 7 Juli 2025 malam.

Istri Arya lantas meminta bantuan kepada penjaga kos untuk mengecek kondisi sang suami, sayang korban kemudian ditemukan tewas.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Keluarga Meyakini Arya Daru Meninggal Bukan karena Bunuh Diri

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Yohanes Liestyo/Abdi Ryanda/Reynas Abdila, TribunJogja.com/Neti Istimewa, Kompas.com/Wisang Seto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved