Jumat, 26 September 2025

Pasar Taman Puring Kebakaran

Kisah Uteng Korban Kebakaran Pasar Taman Puring: Toko Pertama Sejak Lulus SMA Lenyap Dilalap Api

Uteng dan para karyawannya menumpang berjualan di lapak darurat. Mereka tetap membuka lapak seadanya demi bertahan hidup.

Editor: Erik S
Tribunnews/Alfarizy
KEBAKARAN  - Kondisi terkini Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan, Kamis (31/7/2025). Tampak kepulan asap masih muncul dari dalam kios 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Api melalap habis deretan kios di Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025). 

Di antara puing-puing yang tersisa, seorang pria paruh baya berdiri lama. Dia memandang bangunan yang kini sisa besi dan pilarnya saja.

Pria tersebut adalah Uteng (50). Pemilik toko audio yang bangunannya ikut dilalap si Jago Merah.

Baca juga: Penyebab Kebakaran Pasar Taman Puring Diperkirakan Bakal Diketahui Pekan Depan

Toko yang kini hanya tersisa kerangka hangus itu adalah tempat ia membangun hidup sejak pertama merantau ke Jakarta usai lulus SMA, awal 1980-an.

"Saya orang Sunda, dari Tasik. Ngerantau ke sini tahun 80-an. Toko ini yang pertama saya bangun," katanya kepada Tribunnews, Kamis (31/7/2025).

Di atas lahan seluas beberapa meter persegi itulah Uteng memulai segalanya. Ia berdagang audio mobil, dan kemudian menambah lini usaha sepatu beberapa tahun terakhir.

"Yang audio dari dulu, jual-beli. Sekarang juga nambah sepatu. Tapi audio tetap utama," jelasnya.

Hingga kebakaran terjadi, toko milik Uteng sudah jadi tujuan pelanggan loyal. Bahkan saat api belum padam seluruhnya, notifikasi pesan terus masuk ke ponselnya.

"Seharian penuh, sampai jam tiga pagi masih ada yang chat. Banyak yang simpati. Ada juga yang bantu," katanya.

Menurut Uteng, tak ada satu pun barang yang bisa diselamatkan. Baik produk audio maupun sepatu, semuanya ludes.

Saat kejadian, toko tersebut sedang tutup karena Uteng sedang berada di Kebumen, Jawa Tengah.

Baca juga: Kios Dagangan Audio Mobil di Taman Puring Ludes Terbakar, Neni Harus Mulai dari Nol Lagi

Mendengar kabar kebakaran, dia pun langsung berangkat pada malam itu juga dan tiba di Jakarta sekira pukul 5 pagi.

"Langsung ke TKP. Udah rata. Terharu juga lihatnya. Barang sebanyak itu kok bisa hilang gitu saja," ucapnya, menghela napas.

Bagi Uteng, Ini adalah kebakaran ketiga yang dialami selama berdagang di Taman Puring.

Sebelumnya, Pasar Taman Puring sudah pernah terbakar pada tahun 2002 dan 2005.

"Tahun 2005 itu paling parah. Nggak ada sisa tiang, semua rata. Kalau sekarang besinya masih bisa dijual," jelasnya.

Saat ini, Uteng dan para karyawannya menumpang berjualan di lapak darurat. Mereka tetap membuka lapak seadanya demi bertahan hidup.

"Anak buah semua libur. Tapi kita nebeng tempat yang baru, Buat makan mereka sehari-hari," ucapnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan