Festival Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional dari 33 Provinsi Digelar di TMII
Festival ini menampilkan ragam permainan dari 33 provinsi, mulai dari Bodu Bue Duk Doeng dari Aceh, Pacu Upiah dari Sumatera Barat, Balogo dari Kalsel
Ringkasan Berita:
- Festival permainan rakyat dan olahraga tradisional bertajuk Teras Main Indonesia di Selasar Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
- Festival ini menampilkan ragam permainan dari 33 provinsi, mulai dari Bodu Bue Duk Doeng dari Aceh, Pacu Upiah dari Sumatera Barat, Balogo dari Kalimantan Selatan, hingga Panahan dari Papua.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) akan menyelenggarakan festival permainan rakyat dan olahraga tradisional bertajuk Teras Main Indonesia di Selasar Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Kegiatan ini mengajak pengunjung menengok kembali warisan permainan tradisional yang kian jarang terlihat, namun menyimpan jejak panjang dalam pembentukan karakter anak bangsa.
Festival ini menampilkan ragam permainan dari 33 provinsi, mulai dari Bodu Bue Duk Doeng dari Aceh, Pacu Upiah dari Sumatera Barat, Balogo dari Kalimantan Selatan, hingga Panahan khas Merauke dari Papua Selatan.
Ketua Dewan Pengarah KPOTI, Dr. Rima Agristina mengatakan, kegiatan ini akan merefleksikan kekayaan budaya Indonesia, termasuk dalam tradisi bermain.
“Bukan saja keberagaman suku bangsa, tetapi juga kita diwariskan permainan dan olahraga tradisional, yang berdasarkan penelitian KPOTI, ada dari 2.600 permainan dan olahraga tradisional di Indonesia, terbanyak di dunia,” ujarnya dikutip Senin, 17 November 2025.
Baca juga: Olahraga Tradisional, Warisan Sehat Bangsa Indonesia
Rima menambahkan, banyaknya permainan dan olahraga tradisional tersebut merupakan potensi besar untuk menyampaikan nilai-nilai Pancasila ke tingkat nasional maupun internasional.
“Di dalam setiap permainan dan olahragat tradisional tersebut ada nilai-nilai Pancasila. Karena itu, perlu kita lestarikan, perlu kita hidupkan kembali agar anak-anak kita, pewaris bangsa dan calon pemimpin masa depan, tumbuh dengan karakter Indonesia yang sesungguhnya, karakter Pancasila,” ujarnya.
Ketua Pelaksana Teras Main Indonesia Dr. M. Zaini Alif menjelaskan, banyak permainan tradisional kini mulai langka akibat digitalisasi dan perubahan gaya hidup anak-anak yang kian jauh dari ruang bermain fisik.
Anak-anak masa kini lebih akrab dengan gim digital daripada permainan seperti bentengan, kelereng, gobak sodor, atau congklak.
"Hilangnya tradisi bermain ini tidak hanya mengancam keberlanjutan budaya, tetapi juga mengikis nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi jati diri bangsa,” ujarnya.
KPOTI sendiri merupakan organisasi yang berfokus pada pelestarian dan pengembangan permainan rakyat dan berdiri sejak 1999. KPOTI memandang fenomena ini sebagai alarm yang perlu ditangani dengan serius.
Zaini menegaskan, pembangunan bangsa berakar pada karakter manusia, dan karakter itu tumbuh sejak masa kanak-kanak.
“Cara kita bermain, berinteraksi, dan mewariskan nilai menjadi fondasi penting bagi masa depan Indonesia,” kata Zaini.
“Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya yang membentuk rasa kebersamaan sejak dini. Nilai seperti gotong royong, sportivitas, kebhinekaan, kreativitas, hingga rasa memiliki sebagai satu bangsa tumbuh dari kebiasaan bermain yang diwariskan turun-temurun," lanjutnya.
Anak-anak dan keluarga yang datang ke festival ini diajak mencoba langsung beragam permainan tersebut, merasakan kembali ritme interaksi yang lahir dari kerja sama, ketangkasan, dan tantangan fisik sederhana.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/PERMAINANTRADISIONAL1111.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.