Minggu, 9 November 2025

Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia Putuskan Berpisah, Ini kata Menteri Perhubungan

Menteri Pertahanan, Budi Karya angkat bicara setelah Sriwijaya Air dan Garuda putuskan berpisah.

Penulis: Faisal Mohay
Kompas.com/LABIB ZAMANI
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo, Jawa Tengah, Minggu (3/11/2019).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI) 

"Pihak Sriwijaya menganggap kerja sama ini sangat merugikan pihaknya. Karena memang di sini terjadi semacam konflik kepentingan. Karena sama-sama bekerja di lahan bisnis yang sama."

"Sehingga selama manajemen dipegang oleh pihak Sriwijaya lebih kurang setahun, dari bulan november 2018 hingga sekarang ini sebenarnya manajemen Sriwijaya itu bukan tambah baik, pelayanan tambah buruk, utang membengkak, dan perusahaan ditangani beda-beda secara tidak efisien."

Pengacara dan shareholder Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra usai melangsungkan rapat dengan Menteri Perhubungan dan Menko Kemaritiman dan Investasi di Jakarta, Kamis (7/11/2019). (KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA)
Pengacara dan shareholder Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra usai melangsungkan rapat dengan Menteri Perhubungan dan Menko Kemaritiman dan Investasi di Jakarta, Kamis (7/11/2019). (KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA) (KompasTV)

Hal tersebut membuat ketegangan antara pihak Sriwijaya Air maupun Garuda Indonesia Group.

Meski demikian, ketegangan tersebut sempat mereda pada satu bulan yang lalu.

Namun, ketika dilakukan upaya untuk memperpanjang perjanjian sementara, terjadi dead lock.

Dead lock adalah sebuah situasi yang proses di dalamnya tidak ada kemajuan sama sekali.

"Dan itu menimbulkan ketegangan. Walaupun pernah rujuk sebulan yang lalu," ungkap Yusril Ihza.

Baca: Alvin Lie: Kinerja Sriwijaya Air Membaik saat Dikelola Garuda Indonesia

"Tapi ketika dilakukan upaya untuk perpanjangan perjanjian sementara itu terjadi semacam dead lock ya kemarin," tambahnya.

Sebelumnya, pihak Garuda Indonesia Group telah memberikan perintah kepada beberapa anak perusahaannya untuk melayani Sriwijaya Air jika membayar service di muka.

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/8/2019). (seno)

Yusril Ihza mengatakan pembayaran tidak bisa dilakukan karena rekening Garuda diblokir berdasarkan permintaan manajemen Garuda Indonesia Group sendiri.

Hal tersebut membuat pihak Sriwijaya Air berantakan di lapangan.

"Sebelum dead lock pihak Garuda sudah menginstruksikan kepada anak-anak perusahaanya, GMF AeroAsia, kemudian Aerowisata, kemudian Gapura Angkasa itu untuk melayani Sriwijaya kalau mau membayar service di muka. Beberapa bulan di muka," jelas Yusril Ihza.

"Nah sementara bagaimana kita mau mbayar, rekening Garuda sendiri diblokir di bank pemerintah atas permintaan manajemen Garuda sendiri. Sepertinya tindakan ini betul-betul membuat Sriwijaya berantakan di lapangan," imbuhnya.

Kisruh yang terjadi antara dua belah pihak tersebut menyebabkan 15 penerbangan Sriwijaya Air mengalami keterlambatan dan juga pembatalan di Terminal Dua Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (7/11/2019). 

(Tribunnews.com/Faisal Abdul Muhaimin/Febia Rosada Fitrianum)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved